NovelToon NovelToon
Melepaskan Diri Dari Jiwa Manusia Serigala

Melepaskan Diri Dari Jiwa Manusia Serigala

Status: sedang berlangsung
Genre:Manusia Serigala / Cinta Beda Dunia / Dunia Lain / TKP
Popularitas:838
Nilai: 5
Nama Author: husna_az

"Aku akan melakukan apa pun agar bisa kembali menjadi manusia normal."

Niat ingin mencari hiburan justru berakhir bencana bagi Vartan. Seekor serigala menggigit pergelangan tangannya hingga menembus nadi dan menjadikannya manusia serigala. Setiap bulan purnama dia harus berusaha keras mengendalikan dirinya agar tidak lepas kendali dan memangsa manusia. Belum lagi persaingan kubu serigalanya dengan serigala merah, membuat Vartan semakin terombang-ambing.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husna_az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

"Aku mengatakan yang sejujurnya. Aku memang sedang tidak memiliki masalah," ujar Vartan dengan begitu yakin agar teman-temannya tidak bertanya lagi.

Ketiga pemuda itu pun tidak lagi bertanya. Percuma juga, Vartan tidak akan mengatakan yang sejujurnya karena sengaja ingin menyembunyikannya. Entah karena alasan apa.

"Kalian ke sini dengan tangan kosong? Nggak bawa apa-apa?" tanya Vartan yang sengaja ingin mengalihkan pembicaraan. Bukan maksudnya menyinggung perasaan temannya, hanya saja tidak ada topik pembicaraan tentang hal lain.

"Kami dari kampus, terus ke sini juga buru-buru karena khawatir sama kamu, mana sempat membeli sesuatu buat kamu."

Vartan berdecak kesal, berpura-pura marah padahal tidak sama sekali. Justru dia merasa terhibur dengan tingkah teman-temannya.

"Yang namanya jenguk orang sakit paling nggak bawa buah. Ini datang dengan tangan kosong."

"lain kali kita bawain sesuatu buat kamu."

"Lain kali! Lo doain gue nggak sembuh-sembuh?"

"Bukan begitu juga maksudnya. Besok gue ke sini bawain buah."

"Kelamaan. Lo kamu ambilin buah di kulkas sana sama cemilan, kita makan bareng-bareng."

"Wah! Gitu dong dari tadi, gue 'kan juga laper," seru Asif yang segera beranjak mengikuti perintah Vartan.

Harya dan Tamaz hanya menggelengkan kepala. Seharusnya temannya itu berbasa-basi dahulu, menolak atau pura-pura segan dan malu. Ini main iya-iya saja dan langsung pergi. Vartan sendiri justru merasa senang dengan tingkah Asif yang apa adanya.

"Sebenarnya lo sakit apa? Kenapa tiba-tiba? Bukannya kemarin lo masuk kuliah?" tanya Harya.

"Nggak pa-pa, kata dokter cuma kelelahan saja kok! Lain kali kalian jangan bolos hanya karena ingin datang ke sini, aku 'kan jadi merasa bersalah. Kalau begini jadinya malah ngerepotin kalian."

"Kita yang seharusnya minta maaf karena baru tahu kalau lo sakit, itu juga karena tadi gara-gara Ayara tanya keberadaan lo dan marah sama kita."

"Ayara marah kenapa? Apa kalian melakukan sesuatu yang membuatnya kesal?" tanya Vartan yang merasa penasaran.

"Bukan. Dia justru marah karena kita-kita jauhin lo. Dia kayaknya masih cinta banget deh sama lo. Buktinya dia tidak mau kalau kita musuhan."

"Itu 'kan bagus karena kita teman. Dia juga tidak ingin orang lain bertengkar."

"Apa lo benar-benar cinta sama gadis yang bernama Alexa itu? Kalian baru kenal, apa sudah tidak ada sedikit pun perasaan pada Ayara?" tanya Harya yang sejak kemarin sudah memendam rasa penasarannya.

"Kenapa membahas hal itu lagi?"

"Aku hanya kasihan pada Ayara. Dia sangat baik sama lo dan kita semua, tapi malah berakhir seperti ini. Hubungan kalian ke depannya juga pasti akan terasa aneh dan canggung."

"Gue sudah berkomitmen untuk bersama dengan Alexa. Sebagai seorang laki-laki, gue harus memegang teguh apa yang sudah gue katakan."

"Lalu bagaimana dengan Ayara? Dia juga sangat marah sama lo."

"Seiring berjalannya waktu, aku yakin dia pasti akan bisa menerima semuanya, tapi mungkin hubungan gue sama dia udah nggak bisa seperti dulu lagi."

"Tentu saja. Meskipun sebelumnya tidak ada status yang jelas di antara kalian, tapi semua orang pun tahu kalau kalian sama-sama memiliki perasaan. Entah karena alasan apa tiba-tiba kamu malah berpaling hati. Ya sudahlah, mungkin memang jodoh kalian sampai di sini. Semoga saja Ayara juga bisa mendapatkan seseorang yang bisa mencintainya dengan tulus."

Vartan jadi merasa tidak tenang mendengar ucapan Harya. Ada sesuatu yang mengusik dalam hatinya saat orang lain mendoakan Ayara bersama dengan pria lain. Ada rasa tidak rela, tapi segera dia singkirkan. Semuanya juga demi kebaikan bersama.

Saat mereka sedang asyik berbincang tiba-tiba Mama Minarti datang. Asif juga sudah kembali dengan membawa minuman dan cemilan.

"Vartan, di depan ada Mahesa, apa dia disuruh masuk ke sini saja biar gabung dengan kalian?" ucap Mama Minarti membuat keempat pemuda itu saling pandang.

Vartan tidak mungkin mengusir Mahesa karena dia yakin ada sesuatu yang ingin pria itu katakan, tetapi rasanya tidak enak juga berbicara saat ada ketiga temannya.

"Ada apa dia ke sini?" tanya Asif yang kemudian menatap Vartan. "Lo masih berteman dengan dia?"

"Tidak ada salahnya gue berteman dengan siapa pun. Lagi pula dia orang baik. Kalian saja yang memang belum mengenalnya dengan baik," sahut Vartan.

"Jadi bagaimana? Kamu mau menemuinya di ruang tamu atau suruh dia ke sini?" tanya Mama Minarti.

"Suruh masuk saja, Ma, biar kita semua saling mengenal."

Mama Minarti mengangguk dan segera keluar. Tidak berapa lama tampak Mahesa masuk ke kamar Vartan. Pria itu terkejut melihat keberadaan teman-teman Vartan di sana.

"Maaf, aku nggak tahu kalau kamu lagi ada teman-teman kamu."

"Nggak apa-apa. Masuk saja, sekalian kenalan sama teman-temanku."

Mahesa mengangguk dan perkenalan dengan ketiga teman Vartan. Dia merasakan aneh karena di sini dirinya lebih tua dibandingkan dengan mereka. Dia lebih pantas berteman dengan kedua orang tua Vartan, tetapi mau bagaimana lagi, Mahesa memang sedang ada urusan dengan pemuda itu.

"Gue bingung harus manggil lo apa. Dilihat dari segi usia sepertinya lo lebih tua daripada kita," ucap Asif sambil memandangi Mahesa.

"Panggil senyamannya saja. Aku sama sekali nggak keberatan kok."

"Manggil nama kesannya nggak sopan. Kalau panggil om kayak gimana gitu temenan sama om-om. Panggil kakak aja deh, boleh 'kan Kak Mahesa.

"Boleh saja." Asif mengangguk, begitu juga dengan Harya dan Tamaz.

"Bagaimana keadaan kamu? Sudah lebih baik?" tanya Mahesa pada Vartan.

Asif, Harya dan Tamaz pun saling pandang. Ternyata Mahesa lebih tahu tentang keadaan Vartan dibanding mereka bertiga. Namun, ketiganya tidak berani bertanya. Justru mereka bersyukur ada yang perhatian dengan teman-temannya.

"Kak Mahesa sudah menikah atau sudah punya pacar?" tanya Asif."

"Tidak keduanya. Aku masih menikmati kesendirian ini, memangnya kenapa? Jangan bilang kalau kamu mau mengenalkan aku dengan teman-temanmu! Aku nggak selera dengan mahasiswa."

"Bukan. Aku cuma tanya karena penasaran saja, pria setampan Kak Mahesa itu pacarnya secantik apa? Kali aja Kak Mahesa bisa ngasih tips buat aku biar bisa dapetin cewek cantik."

"Sayangnya aku tidak memiliki keahlian seperti itu temanmu sepertinya lebih ahli. Bukankah dia sering gonta-ganti pasangan?" ujar Mahesa sambil melirik ke arah Harya.

Harya yang mengerti tatapan Mahesa pun melebarkan matanya. "Dari mana Kak Mahesa tahu tentang aku? Apa Vartan mengatakannya?"

"Tidak. Dari auramu juga sudah kelihatan kalau kamu itu playboy," jawab Mahesa dengan cuek, yang justru membuat Harya dan Asif penasaran. Kedua pemuda itu pun mendekati Mahesa.

"Kakak bisa membaca aura? Kalau begitu tolong lihat aku, bagaimana denganku? Apa yang kakak lihat dariku?" tanya Asif dengan mata berbinar.

"Tidak ada yang spesial," jawab Mahesa asal yang mengundang tawa Vartan dan Tamaz.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!