novel ini adlaah adaptasi dari kelanjutan novel waiting for you 1
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uppa24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
syafira!!!
Elena mengambil tempat di kepala meja, menghadapi seluruh kepala keluarga yang ada. Suasana sunyi, penuh dengan kegelisahan, dan dengan satu isyarat tangan, rapat dimulai.
Para kepala keluarga tahu betul, bahwa kali ini adalah rapat yang penuh ketegangan. Apa yang akan dikeluarkan dari mulut Elena akan mempengaruhi lingkaran ini untuk waktu yang sangat lama. Dan dengan satu kata atau tindakan salah, nama besar keluarga mereka bisa terhapus dari lingkaran selamanya, menghilang dalam kehancuran yang tak terbayangkan.
Rapat ini akan menguji kesetiaan mereka pada Keluarga El Bara, dan tak seorang pun bisa mengabaikan keputusan apa yang akan diambil malam itu.
~||~
Rapat selesai dengan penuh ketegangan, dan walau tidak ada satu pun kepala keluarga yang mengucapkan sepatah kata setelah rapat berakhir, perasaan yang mengendap di dalam ruang rapat bisa dirasakan oleh setiap orang yang ada. Tidak ada perayaan atau tanda kemenangan. Semua yang ada dalam ruang itu hanya bisa memikirkan satu hal—ketakutan yang mengancam keberadaan mereka. Bukti-bukti yang telah dikuasai oleh Keluarga El Bara kini terasa seperti beban yang berat, menghantui dan mengikat mereka dalam ketidakpastian. Posisi mereka bisa berubah dalam sekejap, mengarah pada kehancuran yang tak terelakkan.
Ketika suara langkah-langkah kaki mulai terdengar perlahan di lorong luar ruang rapat, semua kepala keluarga merasa lega, meskipun mereka tahu perasaan itu hanya sementara. Mereka bukan lagi pihak yang memegang kendali. Para kepala keluarga di peringkat 2 hingga 10 yang selama ini merasa aman di zona nyaman mereka kini tahu bahwa suatu langkah kecil saja bisa membuat segalanya runtuh. Kekuatan Keluarga El Bara bagaikan bayangan yang mengintai mereka, membuat mereka seperti api yang berjarak satu hembusan angin untuk padam.
Setelah rapat berakhir, Elena berjalan keluar dari ruangan dengan langkah yang mantap, kembali dikelilingi oleh para asistennya yang membawa lebih banyak dokumen dan catatan tentang nasib keluarga-keluarga yang telah berkhianat atau yang berada dalam ancaman. Pikiran dan hatinya yang terpaut pada keputusan besar yang telah ia buat hari ini membuatnya hampir tak merasa ada sesuatu yang lain menghalangi perjalanannya.
Namun, saat ia berpapasan dengan Aidan yang baru tiba di tempat, Elena tidak memerhatikan kehadirannya sama sekali. Pikirannya masih terpaut pada hal-hal yang terjadi dalam rapat, rencana untuk menjaga keseimbangan kekuatan di lingkaran ini, dan bagaimana keluarga-keluarga yang berada di posisi salah akan dihukum atas pengkhianatan mereka. Ia tetap berjalan dengan tubuh tegak dan tatapan penuh keyakinan ke depan, tampaknya tidak memperhatikan siapapun yang ada di sekitar.
Namun, Aidan tiba-tiba berdiri kaku seketika. Hidungnya menangkap bau yang sangat familiar, namun samar-samar, seperti aroma yang pernah dia cium. Secara otomatis, matanya mencari dengan cemas, tubuhnya seketika bergerak cepat dalam panik.
"Syafira..." bisiknya lirih, mulutnya mengucap nama yang telah lama hilang. Hatinya berdebar lebih kencang seiring bau itu semakin jelas tercium, seperti bau yang sering dikaitkan dengan wanita yang telah dia cintai—Syafira.
Aidan seakan kehilangan kendali atas langkahnya. Tanpa memperhatikan sekeliling, ia berbalik badan dan memandangi setiap sudut lorong dengan penuh kegelisahan. Seolah dunia berhenti sejenak di sekelilingnya, hanya ada penciuman yang semakin tajam dari aroma yang mengingatkannya pada Syafira—aroma yang hampir dilupakan, tetapi kini kembali menghantui.
Kepanikan mulai merayapi dirinya. Hatinya terombang-ambing antara kebingungan dan harapan. Ini bukan kebetulan. Ini pasti sesuatu yang lebih besar dari yang dia duga.
Aidan mempercepat langkahnya, berusaha menghindar dari keramaian yang ada, berharap bisa menemukan asal bau tersebut. Ia merasa tidak bisa menunggu lebih lama, saat penantian selama bertahun-tahun akhirnya berakhir, dan di bawah ketegangan ini, kegelapan masa lalu kembali terungkap.
Elena yang berjalan dengan tenang tidak menyadari kekacauan yang sedang dirasakan Aidan. Namun, dalam pikirannya, ia tahu bahwa jika ia bertemu dengannya saat ini, akan lebih banyak yang perlu diselesaikan, lebih banyak yang perlu dikatakan—tapi untuk saat ini, dia memilih untuk tetap fokus pada tujuannya.
Di saat yang sama, Aidan terhenti di tempatnya, terlihat semakin bingung, cemas, bahkan panik saat langkah-langkahnya tak bisa mengarahkan ke mana pun.
"Di mana kamu... Syafira?" gumamnya, seluruh tubuhnya seperti dipenuhi keraguan dan kecemasan.
Perasaan yang menyesakkan di dadanya semakin berat—melihat kembali, mencoba untuk mengenal bau itu lebih jelas, dan kini dia tahu—itu adalah bau Syafira. Dan ketika semuanya bersatu dalam kepanikan itu, harapan dan ketakutan yang dia coba sembunyikan selama ini akhirnya muncul, membanjiri dirinya.
Aidan berlari cepat, melintasi koridor taman yang remang, dengan kaki-kaki yang terus membawa dia lebih jauh dari kerumunan. Ketegangan yang masih membekas di hatinya membuat napasnya terasa semakin sesak, dan pandangannya yang cemas melintas setiap sudut taman. Dalam hatinya, hanya satu nama yang bergetar—Syafira.
Dan akhirnya, matanya melihat sosok wanita di tepi danau, yang berdiri tenang sambil memandang ke kejauhan, sosok yang mengingatkannya pada kehangatan yang pernah ia miliki. Sejenak, langkahnya terhenti saat melihat pungung itu, punggung yang ia ingat seakan terlupakan selama bertahun-tahun. Tak ada keraguan dalam dirinya lagi. Tanpa berpikir panjang, ia melangkah cepat menghampirinya. Aidan menutup jarak dengan cepat, perasaan yang membara di dalamnya memaksanya untuk bertindak tanpa memikirkan konsekuensi.
Seketika, ia memeluknya dari belakang. Tangan-tangan Aidan erat melingkupi tubuh wanita itu, seolah takut akan kehilangan kesempatan ini begitu saja.
"Syafira… kau tak akan pergi lagi, kan?" suara Aidan bergetar, penuh harapan. Ia merasa seolah dunia berhenti sejenak, semua kebingungannya terlupakan ketika berada dalam pelukan itu.
Namun, wanita yang dia peluk itu tiba-tiba terkejut, dan dengan gerakan yang tegas, ia melepaskan diri dari pelukan Aidan. Wajah wanita itu berbalik untuk menatapnya, dan mata Aidan melihat tatapan tajam dan tegas. Wanita itu membuka mulutnya dengan kata-kata yang tajam seperti pedang.
"Kau salah orang, tuan. Aku adalah Elena El Bara," suara Elena terdengar datar, dengan sedikit nada mencibir, "Dan lancangnya kau memelukku begitu saja."
Seketika itu juga, Aidan terpaku. Mata Aidan terbeliak, dan detik itu pun dunia seakan terbalik. Sadar bahwa dia salah orang, tubuhnya terdiam, terpaku sejenak di tempatnya. Semua harapannya, seakan runtuh begitu saja dengan kenyataan yang baru ia hadapi.
Hidung Aidan seperti kehilangan indera penciumannya, seperti seketika perasaan yang sebelumnya memenuhi ruang hatinya kini hilang dan berubah menjadi hampa. Ia tak bisa berkata apa-apa. Ketakutan menyergapnya begitu kuat, tak mampu dia mengelak dari kenyataan yang ada di hadapannya. Elena El Bara. Apa yang terjadi pada Syafira? Kalau ini bukan dia, lalu siapa? Mengapa ada bau itu? Apa artinya?
Aidan merasa seakan kejatuhan seribu batu besar yang meremukkan jantungnya. Bayangan Syafira seakan menghilang begitu saja, digantikan oleh sosok yang berdiri tegak di depannya ini. Matanya melirik ke arah Elena yang menatapnya, seakan mengundang serangan lebih lanjut.
"A-Apa...," Aidan tergagap, dan kalimat-kalimat di kepalanya seakan saling bertabrakan. Segala pertanyaan dan kebingungan berkelana di pikirannya tanpa arah. Matanya memandang Elena dengan ketakutan, kebingungannya membuat dirinya semakin terpuruk.
Elena tetap berdiri tegak, wajahnya dingin dan penuh perhitungan, tidak menunjukkan tanda-tanda amarah meski Aidan begitu terkejut. Tangan Aidan gemetar, hampir tak percaya pada apa yang baru saja terjadi. Keinginannya untuk mengerti, untuk mencari tahu apa yang sebenarnya telah terjadi, tiba-tiba terhenti. Tidak ada jawaban yang ada, hanya kesunyian yang menekan.
"Apakah kau... mengingatku?" akhirnya Aidan bersuara lagi, suara pelan penuh rasa salah dan penyesalan, meski ia masih tak bisa mengubah kenyataan.
Tapi Elena hanya menjawab dengan dingin, "Saya bukan Syafira yang kau cari." Keputusan dan kekuasaan dalam suaranya sangat jelas, memberi Aidan sebuah kejelasan—meskipun hati Aidan tidak menginginkannya. Elena El Bara bukanlah Syafira yang telah hilang darinya.
Aidan berdiri terdiam. Angin sepoi-sepoi yang bergerak lambat seolah membeku sejenak, begitu banyak pertanyaan yang memenuhi hatinya—tapi hanya satu kebenaran yang ada, dan ia sudah tak bisa melangkah mundur.