NovelToon NovelToon
I Adopted Paranormal Dad

I Adopted Paranormal Dad

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Reinkarnasi / Pendamping Sakti
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Matatabi no Neko-chan

Setelah sembilan belas kehidupan yang penuh penderitaan, Reixa terbangun kembali di usianya yang kesembilan tahun. Kali ini dengan gilanya, Reixa mengangkat seorang pria sebagai ayahnya, meninggalkan keluarganya setelah berhasil membawa kabur banyak uang.
Namun, siapa sangka Reixa membangkitkan kemampuannya dan malah berurusan hal di luar nalar bersama ayah angkatnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matatabi no Neko-chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Reixa berdiri di balkon, memandangi langit malam yang berkilauan dengan bintang-bintang. Tapi sesuatu menarik perhatiannya—sesosok bayangan hitam berdiri di dekat jendela lantai bawah. Sosok itu tidak bergerak, hanya menatapnya dengan pandangan kosong.

Seperti kilatan petir, ingatan yang bukan miliknya tiba-tiba menyerang pikirannya. Adegan-adegan suram tergambar dengan jelas—sekelompok pekerja sedang membangun apartemen itu. Namun, apa yang awalnya tampak seperti pekerjaan biasa berubah menjadi tragedi mengerikan. Mereka terjebak dalam campuran semen, pasir, dan material lain. Tubuh-tubuh mereka terperangkap, terbenam perlahan-lahan, tanpa sempat berteriak atau menyelamatkan diri. Wajah-wajah mereka memancarkan rasa putus asa, dan jerit mereka lenyap dalam timbunan material.

Reixa tersentak dari lamunannya, napasnya tersengal. Tangannya berpegangan erat pada pagar balkon. Matanya kembali menatap ke arah bayangan hitam itu. Sosok itu masih di sana, berdiri dengan tatapan hampa yang kini terasa penuh dengan permohonan.

"Jadi," gumam Reixa, suaranya bergetar tipis, "ada tubuh-tubuh yang terkubur di apartemen ini?"

Sosok itu mengangguk perlahan, ekspresi di wajahnya tetap kosong, tetapi ada semacam pengakuan di sana.

Reixa menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. "Kami akan bantu," ucapnya lembut, matanya memandang langsung ke arah sosok itu. "Aku tidak bisa menjanjikan akan menemukannya secepat ini. Apartemen ini sedang direnovasi, tapi aku yakin tubuh kalian akan segera ditemukan."

Sosok hitam itu tersenyum tipis—senyum yang penuh dengan rasa terima kasih dan kelegaan. Sebelum Reixa sempat berkata lebih banyak, sosok itu memudar, lenyap bersama hembusan angin malam yang dingin.

Reixa memejamkan mata, mencoba mengumpulkan keberanian. Bagaimana mungkin apartemen ini dibangun di atas kematian seperti itu? pikirnya. Sekarang, dia merasa beban baru menghimpit pundaknya. Tapi ada sesuatu yang pasti—dia harus menemukan kebenaran dan memberi keadilan bagi jiwa-jiwa yang terperangkap di sana.

🐾

Apartemen tua itu akhirnya dirobohkan sepenuhnya, keputusan yang diambil untuk mencegah risiko runtuhnya bangunan mengingat usia gedung yang sudah ratusan tahun. Proses penghancuran berlangsung dengan cepat, dan Saverio memperhatikan kegiatan itu dari kejauhan. Namun, tatapannya berubah tajam ketika sesuatu yang ganjil menyembul di antara reruntuhan bekas tiang penyangga.

Mumi manusia.

Saverio memicingkan mata, memastikan apa yang dilihatnya bukan sekadar ilusi. Tubuh-tubuh itu mengering, terbungkus dalam sisa-sisa material bangunan, tampak seperti saksi bisu dari masa lalu yang kelam.

"Ayah," suara Reixa memecah keheningan, nadanya terdengar datar namun penuh pemikiran, "sepertinya orang-orang dulu menggunakan tumbal manusia untuk bangunan ini. Apartemen ini sudah berdiri selama ratusan tahun, kan?"

Saverio mengangguk, mengamati lebih dekat beberapa jasad mumi yang telah dipindahkan ke tempat aman oleh para pekerja konstruksi. "Ya, tubuh mereka terlihat sudah mengering sepenuhnya. Bisa dipastikan mereka memang telah mati ratusan tahun lalu. Mungkin mereka dikorbankan sebagai bagian dari ritual atau pembangunan."

Penemuan ini sontak mengguncang kota. Berita tentang jasad-jasad itu menyebar dengan cepat, dan lokasi apartemen segera dipadati polisi yang datang untuk melakukan olah TKP. Tim forensik bergerak dengan hati-hati, memeriksa setiap tubuh yang ditemukan.

Dari hasil penyelidikan awal, polisi mendapatkan informasi dari pihak konstruksi bahwa struktur bangunan tua itu memang menyimpan banyak keanehan sejak awal. Jasad-jasad tersebut akhirnya dievakuasi dan dikirim untuk penelitian lebih lanjut, sementara lokasi apartemen diisolasi sementara untuk mencegah kerumunan warga yang penasaran.

Meski begitu, pembangunan kembali apartemen tetap dilanjutkan setelah semua jasad dipindahkan. Namun bagi Reixa, rasa penasaran belum terjawab sepenuhnya. Ada sesuatu tentang apartemen itu yang terasa janggal, seolah cerita yang sesungguhnya masih tersembunyi di balik dinding-dinding yang kini telah rata dengan tanah.

Saat jasad-jasad itu dievakuasi, Reixa berdiri di kejauhan, matanya tak lepas dari proses pengangkatan tubuh-tubuh yang telah berubah menjadi mumi. Ada sesuatu yang tak nyaman di dadanya, sebuah firasat yang sulit dia abaikan. Saverio memperhatikannya sejenak, sebelum menghampiri gadis itu.

"Ada yang kau pikirkan?" tanyanya lembut.

Reixa menggeleng, namun tatapannya masih terpaku pada salah satu jasad yang terlihat lebih utuh dibandingkan yang lain. "Mereka tidak mati begitu saja, Ayah," gumamnya. "Aku bisa merasakannya... mereka mati dengan amarah, dendam, dan ketakutan yang besar."

Saverio menghela napas. Dia tahu bahwa indera Reixa lebih tajam dari manusia biasa. "Mungkin mereka memang korban sesuatu yang lebih kejam daripada sekadar tumbal. Tapi apa pun itu, mereka sudah ditemukan, dan setidaknya mereka tidak akan terus terjebak di sana."

Reixa mengangguk, tapi pikirannya masih berputar. Bayangan sosok hitam yang pernah dia temui di balkon apartemen tua itu kembali terlintas di benaknya. Mungkin ada lebih banyak rahasia yang belum terungkap, pikirnya.

Malam itu, ketika dia kembali ke kamar, Reixa duduk di depan meja tulisnya. Dia membuka sebuah jurnal kecil yang selalu dia gunakan untuk mencatat apa pun yang dia rasakan atau lihat. Dia menuliskan deskripsi tentang sosok-sosok yang menghantui apartemen itu, tentang amarah dan ketakutan yang dia rasakan. Namun saat pena hampir menyentuh kertas lagi, sesuatu terjadi.

Udara di sekitarnya berubah dingin, dan suara langkah kaki menggema di ruangan meski tidak ada siapa pun di sana. Reixa mengangkat kepala, dan di depan cerminnya, bayangan seorang pria muncul. Wajahnya tidak utuh, seperti terpotong oleh luka-luka yang sudah membusuk.

"Kenapa kau di sini?" tanya Reixa dengan suara bergetar, meskipun dia berusaha terdengar tenang.

Pria itu tidak menjawab. Dia hanya menunjuk ke arah jurnal di meja, kemudian menggerakkan bibirnya tanpa suara. Reixa menatap dengan saksama, mencoba membaca gerakan bibirnya.

"Kuburan kami belum semuanya ditemukan. Ada sesuatu di bawah tanah, lebih dalam dari yang mereka gali."

Dan dengan itu, bayangan pria itu lenyap, meninggalkan Reixa yang membeku di tempatnya. Jantungnya berdegup kencang. Dia tahu, apa pun yang pria itu maksud, itu berarti apartemen itu masih menyimpan rahasia yang lebih kelam.

"Sepertinya ini belum berakhir," gumamnya pada dirinya sendiri, sebelum menutup jurnalnya dan bersiap mencari tahu lebih banyak. Dia tahu bahwa ini bukan hanya soal masa lalu. Apa yang terkubur di sana mungkin memiliki dampak yang jauh lebih besar untuk masa kini—dan masa depannya.

Sebuah ekskavator terus menggali bekas pondasi apartemen hingga operatornya tiba-tiba menghentikan alat beratnya. Beberapa pekerja turun untuk memeriksa temuan yang baru saja tersingkap. Sebuah kuburan massal yang tersembunyi selama ratusan tahun kini terkuak. Tulang belulang manusia, masih tertanam dalam posisi yang tidak wajar, teronggok di antara tanah yang gembur.

"Sepertinya ini bekas kuburan, Ayah," ucap Reixa pelan, mengamati lokasi itu dari balik garis polisi yang mulai dipasang. "Bagaimana kalau kita pindah lokasi untuk pembangunannya? Rasanya kurang baik jika tetap di sini."

Saverio mengangguk setuju, tatapannya tidak lepas dari kerangka-kerangka yang mulai terungkap satu per satu. "Kau benar. Kita akan cari tempat lain. Pembangunan tidak bisa dilakukan di atas tanah seperti ini."

Pihak kepolisian segera mengambil alih tempat kejadian, mengamankan area untuk penyelidikan lebih lanjut. Para arkeolog dan pakar sejarah pun dilibatkan, mengingat temuan ini menyimpan jejak masa lalu yang kelam.

Beberapa hari kemudian, sebuah fakta mengejutkan terungkap dari penggalian lebih lanjut. Lokasi apartemen itu dulunya merupakan bekas kuburan massal korban pembantaian besar-besaran yang terjadi ratusan tahun silam. Para korban, sebagian besar petani dan warga biasa, dibantai tanpa ampun oleh pasukan perang dalam sebuah konflik berdarah yang kini hanya tertinggal sebagai cerita samar dalam buku sejarah.

Reixa termenung saat membaca berita itu di sebuah koran lokal. "Tidak heran apartemen itu terasa berat auranya. Ternyata ada cerita mengerikan di balik tanah ini," gumamnya, matanya memandang jauh ke arah lokasi penggalian yang kini kosong.

Saverio duduk di seberangnya, menyesap secangkir kopi. "Kisah seperti ini memang sering terlupakan, tapi jejaknya tetap ada. Sekarang, tugas kita memastikan bahwa tanah ini diberi penghormatan yang layak," katanya, meletakkan korannya di atas meja.

Reixa mengangguk kecil, meskipun pikirannya masih dipenuhi dengan bayangan kerangka-kerangka yang ditemukan. Mungkin, mereka masih ingin didengar. Mungkin, mereka masih menunggu keadilan yang belum pernah mereka dapatkan, pikirnya dalam hati.

Beberapa hari setelah penggalian kuburan massal itu, kegiatan pembangunan pun terhenti. Kota itu tiba-tiba terjebak dalam kegemparan, dan cerita tentang penemuan tersebut cepat menyebar ke seluruh penjuru. Banyak warga yang mulai berbicara tentang peristiwa bersejarah yang mengerikan itu, sementara pihak berwenang, termasuk pihak konstruksi dan polisi, mulai menyusun rencana untuk memindahkan lokasi pembangunan.

Reixa dan Saverio berjalan perlahan di sekitar lokasi yang kini telah dipasangi pagar pembatas. Reixa masih merenung, matanya menyapu tanah yang kini terpisah oleh garis polisi. "Apa yang harus kita lakukan dengan semua ini?" tanyanya, suaranya tenang namun penuh pemikiran. "Mereka berhak untuk diperlakukan dengan baik, tapi kita juga tidak bisa menghentikan segalanya."

Saverio berhenti sejenak, menatap gadis kecil yang kini menjadi anak angkatnya. Ia tahu betul betapa berat beban yang harus dipikul Reixa. Terlebih dengan kemampuan yang dimilikinya, yang terkadang bisa menghubungkannya dengan kenangan atau pengalaman masa lalu orang lain. Namun, ia juga tahu bahwa Reixa bukanlah gadis biasa. Dia lebih kuat dari yang terlihat.

"Kita akan pastikan bahwa mereka dihormati," jawab Saverio dengan tenang. "Sepertinya, kita harus mencari cara agar tanah ini bisa diberkati, atau mungkin ada ritual tertentu yang bisa dilakukan."

Reixa mengangguk pelan, meskipun ia masih merasa berat di hatinya. "Aku rasa aku bisa membantu. Aku tahu bagaimana cara berkomunikasi dengan mereka. Mungkin itu bisa menjadi jalan keluar."

Saverio menatapnya dengan lembut, menyadari bahwa gadis itu tidak hanya kuat secara fisik, tetapi juga memiliki kemampuan luar biasa yang kadang bisa sangat mengganggu dirinya sendiri. "Kalau begitu, lakukan apa yang perlu dilakukan, Reixa. Kita akan menyelesaikan ini bersama-sama."

Malamnya, Reixa berdiri di dekat reruntuhan apartemen, di tempat yang kini menjadi pusat dari semua kehebohan tersebut. Dengan hati yang penuh ketenangan, ia mulai memusatkan perhatian pada tanah di sekelilingnya. Ia dapat merasakan kekuatan gaib yang ada di bawah permukaan tanah, sebuah kekuatan yang telah lama terkubur bersama tubuh-tubuh yang terabaikan.

Tanpa berkata sepatah kata pun, Reixa mulai memanipulasi energi yang ada, mengarahkan niatnya untuk menghubungkan dunia yang tersembunyi dengan dunia manusia. Dalam sekejap, dia merasakan kehadiran banyak roh yang tak tenang, masih terjebak dalam waktu yang mereka sendiri tidak pahami.

Mereka mengerang, suara-suara itu datang dari dalam tanah. Reixa bisa merasakannya dengan jelas, dan itu membuatnya merasa gelisah. Namun, ia tahu ini adalah langkah yang harus diambil. Dengan penuh ketenangan, ia mulai mengucapkan mantra yang telah dia pelajari dari berbagai kitab kuno, menyambung kekuatan yang ada di sekitarnya untuk memberikan kedamaian pada roh-roh yang terperangkap.

Suara erangan itu mulai menghilang satu per satu, digantikan oleh keheningan yang lebih damai. Reixa menutup matanya, merasakan bahwa proses ini akan membutuhkan waktu, tetapi langkah pertama sudah diambil.

Saverio, yang mengamatinya dari jauh, hanya bisa menatap dengan rasa bangga dan kekhawatiran yang tersembunyi. Ia tahu bahwa Reixa adalah seseorang yang tidak hanya memiliki kemampuan luar biasa, tetapi juga tekad yang kuat untuk melindungi semua yang ada di sekitarnya. Namun, ia juga tahu bahwa setiap langkah yang diambil Reixa akan semakin mendekatkan mereka pada takdir yang tidak bisa mereka hindari.

"Apakah semuanya akan baik-baik saja?" bisik Saverio pada dirinya sendiri, meskipun ia tahu jawabannya tak semudah itu.

1
Triani Sutriani
baguslah visualnya pakai anime, karena aku kurang suka kalau pakai foto orang asli
Triani Sutriani
hihi, lucu kamu Rei
Astuty Nuraeni
Reixa masih 10 tahun pak, tentu saja masih kanak kanak hehe
Ucy (ig. ucynovel)
secangkir ☕penyemangat buat kak author
Ucy (ig. ucynovel)
reinkarnasi ya
Citoz
semangat kk 💪
Buke Chika
next,lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!