~Silahkan baca karya sebelumnya "Tiba-tiba Jadi Istri Pak Guru" supaya paham alurnya.
"Aku suka sama kamu"
"Tapi aku sudah menikah"
"Aku tunggu jandamu"
"Silakan saja"
Tidak ada yang menyangka, wanita yang menjadi dambaannya sejak lama ternyata istri dari sahabat nya sendiri.
Namun tidak ada yang mustahil di dunia ini, jodoh pasti bertemu.
Rafasya Dimas Anggara sejak lama mengagumi Tisya Andini, berulang kali dia menyatakan cinta pada Tisya namun Tisya selalu menolaknya. Tapi Dimas tidak menyerah begitu saja, setiap malam ia selalu meminta pada Tuhan untuk mempersatukan mereka.
Bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ssabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
❤️❤️❤️❤️❤️ HAPPY READING ❤️❤️❤️❤️❤️
Seperti biasa setelah suaminya berangkat ke kantor Tisya langsung memulai pekerjaan rumahnya.
Hanya itu-itu saja yang Tisya lakukan setiap hari membuatnya merasa bosan.
Setelah selesai membersihkan rumahnya ia duduk di sofa sambil memainkan ponsel milik suaminya.
Tisya membuka aplikasi toktik dan melihat video-video.
Tisya mulai tertarik dengan video yang memperlihatkan seorang wanita tengah membuat desain baju-baju lucu.
"Bagus-bagus banget gambarnya." Ucap Tisya.
Hampir satu jam Tisya melihat video itu. Hingga akhirnya Tisya ingin mencoba menirukannya.
"Siapa tahu kemampuan menggambar gue masih ada" Ucap Tisya.
Waktu ia duduk di bangku SMP ia pernah menjuarai lomba melukis tingkat kabupaten.
Tisya mengambil buku dan bolpoin dari ruang kerja suaminya kemudian mulai menggoreskan pena di atasnya.
Sembari melihat gambar di ponselnya ia tetap fokus menggambar.

"Not bad" Ucap Tisya.
Sebagai pemula ia puas dengan gambarannya.
Tisya menyimpan gambaran itu dan berniat menunjukkan kepada suaminya nanti ketika sudah pulang dari kantor.
----------------
Hari ini Stefi sudah mulai berkerja di perusahaan Dimas. Berkat bantuan Juan ia bisa menjabat sebagai kepala bidang marketing.
Setibanya di kantor Stefi langsung disambut oleh Juan.
"Selamat pagi" Ucap Juan
"Pagi" Jawab Stefi.
Juan menunjukkan ruangan Stefi dan memperkenalkan Stefi pada seluruh staff marketing.
"Ini ruangan kamu" Ucap Juan.
Juan membukakan pintu ruangan yang cukup luas itu kemudian mereka berdua masuk bersamaan.
"Ehem selamat pagi semua" Ucap Juan.
"Pagi Pak Juan" Jawab mereka serempak.
Para karyawan menatap ke arah Stefi dengan tatapan penuh tanya.
'Siapa dia?'
'Mana gue tau'
'Istrinya Pak Dimas'
'Ngawur aja, istrinya Pak Dimas kan pakai jilbab'
'Jangan-jangan pacarnya Pak Juan'
'Kalau pacarnya Pak Juan ngapain diajak ke sini?'
Mereka saling berbisik-bisik dengan rekan di sampingnya.
"Ehem" Dehem Juan.
Para karyawan terdiam kemudian kembali menatap Juan.
"Mohon perhatiannya" Ucap Juan.
"Perkenalkan dia adalah kepala bidang marketing baru yang menggantikan posisi Pak Anwar." Ucap Juan.
Juan menatap ke arah Stefi supaya memperkenalkan diri.
"Perkenalkan nama saya Stefi, saya harap kalian bisa bekerjasama dengan saya dan bisa membantu kinerja saya" Ucap Stefi.
Setelah sesi perkenalan selesai Juan langsung kembali ke ruangannya, dan Stefi duduk di kursi yang sudah disediakan.
Semua karyawan di sana menatap ke arah Stefi dengan tatapan yang sulit diartikan.
Stefi merasa menjadi pusat perhatian membuatnya menjadi risih.
"Ngapain kalian lihat-lihat?" Tanya Stefi.
Tidak ada yang menjawab, mereka langsung menatap komputer yang ada di hadapannya masing-masing.
Stefi mengambil cermin dari dalam tasnya kemudian membenarkan penampilannya.
Sekiranya sudah rapi ia kemudian keluar dari ruangan itu.
"Gila pakaiannya kaya mau jadi LC haha" Ucap salah satu karyawan ketika Stefi sudah pergi dari situ
"Kita tunggu aja sampai dia ditegur Pak Dimas"
Memang di kantor ini ada peraturan, bagi setiap karyawan wanita harus memakai baju lengan panjang dan pakaian bawah panjang.
Sedangkan Stefi hari ini mengenakan rok di atas lutut dan baju tanpa lengan.
Dengan percaya diri ia menaiki lift menuju ruangan Dimas.
'Tok tok'
"Masuk"
Stefi membuka pintu kemudian masuk ke dalam ruangan Dimas.
"Selamat pagi pak" Ucap Stefi.
Dimas menatap ke arah Stefi tanpa berkedip, bukan karena ia terpesona namun ia heran, ada wanita memakai pakaian seperti itu ke kantor.
Dimas melihat tali lanyard yang dikalungkan di leher Stefi.
"Ada apa?" Tanya Dimas.
Tanpa dipersilakan Stefi duduk sendiri di hadapan Dimas.
"Jadi gini pak, hari ini saya diterima kerja di sini sebagai kepala bidang marketing, tapi saya tidak tahu apa aja tugas saya, bapak tahu sendiri kan sebelumnya posisi saya sebagai apa." Ucap Stefi.
"Kamu pikir saya HRD?" tanya Dimas.
"Lagian kalau tidak menguasai bidang marketing buat apa kamu melamar di posisi itu?" Tanya Dimas lagi.
"Keluar." Perintah Dimas.
Tanpa sepatah kata pun Stefi bangkit dari tempat duduknya dan beranjak keluar dari ruangan Dimas.
"Stop"
Stefi berhenti di depan pintu dan menoleh ke belakang. Ia mengira kalau Dimas berubah pikiran.
"Iya pak" Stefi membalikkan badannya dan berjalan masuk mendekati meja Dimas.
"Stop, saya bilang stop jangan mendekat" Ucap Dimas.
Stefi diam di tempat dan menatap Dimas.
"Apa kamu belum tahu peraturan di kantor saya?" Tanya Dimas.
"Emm peraturan apa?" Tanya Stefi.
"Tanyakan kepada Juan perihal pakaian yang boleh dan tidak boleh dikenakan di kantor saya." Ucap Dimas.
"Keluar" perintah Dimas.
Setelah Stefi keluar dari ruangannya Dimas langsung menghubungi pihak HRD.
📞 "Selamat pagi pak, ada yang bisa kami bantu?"
"Siapa yang menerima karyawan baru?"
📞 "Saya pak"
"Kenapa tidak meminta persetujuan dari saya?"
📞 "Maaf pak, karyawan baru tersebut rekomendasi dari Pak Juan"
'Tut tut...'
Dimas memutuskan sambungan teleponnya.
"Udah gue tebak pasti ini kerjaan Juan" Ucap Dimas.
Sejak awal rencana kerjasama dengan perusahaan Pak Yudha, Juan sering menceritakan tentang sekertaris Pak Yudha padanya. Hingga suatu hari Dimas tidak tertarik dengan kerjasama itu namun Juan terus membujuk dan meyakinkan Dimas supaya menyetujui kerjasama itu.
Dimas menggeleng-gelengkan kepalanya kemudian melanjutkan pekerjaannya.
...----------------...
'Ting tong'
Jessika yang masih terlelap terpaksa bangun untuk membuka pintu.
"Siapa sih pagi-pagi ganggu aja" Ucap Jessika.
Dengan nyawa yang belum terkumpul semua Jessika membuka pintunya.
'Klek'
Terlihat seorang pegawai hotel membawa nampan berisi makanan.
"Masuk-masuk" Ucap Jessika.
Pegawai hotel tersebut meletakkan hidangan sarapannya di meja kemudian kembali keluar.
Jessika menutup pintunya kembali lalu ia membuka jendela kamarnya.
Ia menatap gedung-gedung tinggi yang menjulang ke langit. Sambil memainkan ponselnya tak sengaja ia melihat akun sosial media Dimas.
"Dimas" Ucap Jessika.
Ia tersenyum licik kemudian melempar ponselnya ke atas ranjang.
Jessika duduk di sofa sambil menikmati kopi pahit pesanannya.
"Kita tunggu tanggal mainnya"
TBC
Ngarang cerita itu sulit guys, maaf ya kalau kadang alurnya ga jelas.
Jangan lupa LIKE dan VOTE
Author seneng guys kalau kalian komen, walaupun sekedar komen "Lanjut tor" itu membuat author semangat ngarangnya hehe
KOMEN YA GUYS HIHI❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️🩶❤️🩶❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️🩶🩶🩶🩶🩶🩶🩶🩶❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Eh itu yang bakal jadi ulet bulu kok banyak ya... Stefi dan Jesica.
lama gak up