Elora percaya bahwa cinta adalah segalanya, dan ia telah memberikan hatinya sepenuhnya kepada Nolan, pria penuh pesona yang telah memenangkan hatinya dengan kehangatan dan perhatian. Hidup mereka terasa sempurna, hingga suatu hari, Nolan memperkenalkan seorang teman lamanya, kepada Elora. Dari pertemuan itu, segalanya mulai berubah.
Ada sesuatu yang berbeda dalam cara mereka bersikap. Perhatian yang terlalu berlebihan, dan senyuman yang terasa ganjil. Perlahan, Elora mulai mempertanyakan kebenaran hubungan mereka.
Apakah cinta Nolan kepadanya tulus, atau ada rahasia yang ia sembunyikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rose Skyler, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13. Mereka?
Ting..!
Alden meraih ponselnya, dan membuka sebuah pesan masuk. Dani asistennya, mengirim sebuah video, yang membuatnya langsung terbelalak. Dia langsung beranjak dari kursinya, dan bergegas keluar.
Dengan perlahan, dia berjalan ke arah meja sekretarisnya. Alden berdiri di hadapan Elora sambil memandanginya, namun wanita itu, tetap fokus pada pekerjaan dan tidak menghiraukannya.
Lalu, mata Alden terpaku pada lengan Elora yang terluka. Dia langsung meraih tangan El, "kenapa dengan lenganmu?"
El menarik tangannya dari Alden, "bukan apa-apa," ujarnya singkat, lalu kembali fokus pada pekerjaannya.
"Masuklah, dan obati di dalam,"
"Tidak perlu,"
Alden berdecak kesal karena sikap El yang begitu keras kepala. Dia kembali ke ruangannya, dan tidak lama keluar lagi, membawa kotak p3k. Alden menarik sebuah kursi dan duduk di samping El.
"Sedang apa?" Tanya El dengan bingung
Tanpa banyak bicara, Alden menarik lengan El, lalu membersihkan lukanya.
"Pak Al, apa yang kau lakukan? Para pegawai sedang melihatmu," ucap El setengah berbisik. Dia merasa tidak enak karena, dari kejauhan beberapa pegawai terlihat memperhatikan mereka
"Diamlah..! Kau yang menolak saat ku suruh masuk. Aku hanya tidak mau Nolan menyalahkanku, jika kau terluka,"
"Pak Al.." Dani yang berniat ingin menyerahkan dokumen pada Al, langsung berhenti karena terkejut melihat bosnya dalam jarak yang begitu dekat dengan El. "Eh, maaf Pak, saya kembali nanti saja,"
"Tunggu!" Panggilan Alden membuat Dani langsung menghentikan langkahnya, dan kembali menoleh padanya. "Ada apa?"
"Saya hanya ingin menyerahkan dokumen yang tadi anda minta," ujar nya sedikit gugup
"Letakkan saja disitu," ujar Al dengan lirikan matanya yang mengarah pada meja didepannya
Dani melakukan sesuai perintah bosnya, lalu dia bergegas kembali ke tempatnya.
Alden telah selesai menutup luka di lengan El dengan plester. "Kenapa kau tidak menjelaskan yang sebenarnya?"
"Buat apa?"
"Setidaknya aku tidak perlu menyalahkanmu seperti tadi."
El tersenyum miring, "begitu datang, anda sudah kesal terhadapku dan langsung menyimpulkan. Jadi, rasanya percuma kalaupun aku jelaskan. Lagi pula, itu kan memang salahku. Aku yang datang terlambat, hingga orangnya pergi, dan membatalkan kerja samanya,"
"Sudahlah, lupakan saja," ujar Alden, lalu bangkit dan kembali ke ruangannya
***
Akhir pekan ini, El ingin sekali bisa menghabiskan waktu berdua dengan kekasihnya. Semalam mereka sudah sepakat, kalau hari ini akan pergi jalan-jalan.
Namun hingga mentari sudah semakin meninggi, kekasihnya tidak kunjung datang. Padahal dia sudah berdandan dengan maksimal. El lantas mencoba menelponnya berkali-kali, namun tidak ada jawaban.
"Huft.. kemana sih kak Nolan..?"
Karena bosan menunggu, akhirnya, dia bangkit dan meraih tasnya. El memutuskan untuk pergi ke apartemen sang kekasih. Dia baru pernah sekali ke tempat kekasihnya, dan itu sudah beberapa bulan yang lalu.
Setelah beberapa saat, taksi berhenti di depan gedung apartemen mewah. Elora langsung menuju lift yang akan membawanya ke lantai paling atas gedung itu.
El memencet bel beberapa kali, namun tidak kunjung di buka. Dia tidak mengetahui kode pintunya, jadi dia hanya bisa menunggu.
El terus memencet bel nya, hingga akhirnya pintu terbuka perlahan. Wajah yang awalnya tampak bersemangat, seketika lemas. Dia sontak tercengang, tatkala melihat orang yang ada dibalik pintu adalah Alden. Dan yang lebih mencengangkan, dia hanya memakai celana pendek, tidak memakai atasan, dengan penampilan yang sangat berantakan.
Elora sampai melongo, tenggorokannya tercekat, dia tidak bisa berkata-kata. Pikiran negatif langsung merayapinya.
"Kau... sedang apa disini?"
Alden bersandar pada pintu, dengan wajah yang masih mengantuk. "Kenapa pagi-pagi kesini?"
El menjadi kesal, setelah melihat wajah bosnya yang menyebalkan itu. "Ini kan rumah cowok gue, ya terserah gue kalo mau kesini. Sedangkan lo, ngapain lo disini?" Ujarnya geram, sambil menunjuk ke wajah Alden
Alden langsung memegang jari telunjuk El, "kenapa cara bicaramu seperti ini,?"
El menarik kembali tangannya, "terserah gue, ini bukan di kantor dan juga bukan jam kerja. Jadi gue nggak harus tunduk sama lo,"
"Aku lebih tua darimu, jadi kau tidak pantas memanggilku seperti itu," ucap Al dengan nada meninggi
"Kalo nggak suka pergi aja," balas El ketus
Alden lalu beranjak dari pintu, dan kembali ke dalam. Dia akan masuk kembali ke kamar namun ditahan oleh El.
"Mau ngapain?"
"Lanjut tidur,"
"Kamu tidur disini?" Tanya El menunjuk ke sebuah kamar didepan mereka. Alden hanya menjawabnya dengan anggukan.
El tidak percaya hal ini, "jadi kamu dan kak Nolan, semalem tidur berdua di kamar ini?" Tanya El memastikan.
"Ya," jawab Al dengan santainya
"Padahal kan ada kamar tamu, kenapa mereka harus tidur berdua? Dan lagi mereka.." El langsung menggelengkan kepalanya, mengusir pikiran buruk dari benaknya
"Kamu nggak boleh tidur di sini, tidur aja di kamar tamu atau di sofa sana," El membalikkan badan Alden agar pergi menjauh, sedangkan dirinya langsung masuk ke kamar Nolan.
Begitu membuka pintu, dia tertegun melihat pakaian yang berserakan di lantai. Yang mana pakaian itu milik kedua lelaki itu. "Sebenarnya apa yang sudah terjadi, apa yang mereka lakuin?" Gumamnya
El menarik napasnya dalam-dalam, dan perlahan menghembuskannya. Ia melakukannya berulang, untuk menenangkan dirinya.
Elora berjalan mendekat ke arah ranjang, lalu duduk di samping kekasihnya yang masih tidur lelap. Dia mencium bau alkohol yang begitu menyengat dari sang kekasih. "Jadi semalam kak Nolan minum,"
Elora mencoba membangunkan kekasihnya dengan menepuk-nepuk pundaknya. "Kak, bangunn.!" Beberapa kali dia melakukannya, namun sang kekasih tidak kunjung membuka matanya
"Seberapa banyak dia minum, kenapa dia nggak bangun juga sampai sekarang? Ini pasti gara-gara si Alden," gumam El kesal. Dia bangkit, memungut sebuah kaos dan membawanya keluar.
El melemparkan kaos itu ke arah Alden yang tengah tiduran di sofa. Alden langsung bangun dan duduk, tanpa banyak bicara, dia langsung memakainya.
El mendekat ke Alden, dan mengendusnya. "Kau sedang apa?" Tanya Alden, dia merasa heran dengan kelakuan pacar temannya itu
"Kenapa tidak tercium alkohol?" Batin El
"Sebenarnya, kalian berdua ngapain aja sih semalam?" Tanya El dengan kesal
"Kami hanya bersenang-senang," jawab Al santai
"Bersenang-senang bagaimana maksudmu?"
Melihat raut wajah Elora yang kebingungan, Alden tersenyum menyeringai. "Kau sungguh ingin tahu?"
"Katakan saja, jangan berbelit-belit!"
"Kalau kau begitu ingin tahu, kenapa tidak tanyakan saja pada pacarmu,"
"Kau..."
"Kau bicara dengan siapa Al.." Tanya Nolan yang baru saja keluar dari kamar. Dengan penampilan yang sama kusutnya dan hanya memakai celana pendek.
Lalu dia menyadari kalau itu adalah pacarnya, "sayang, kapan kau datang?" Dia lantas berjalan mendekat kearah El.
"Sudah cukup lama, aku bahkan coba bangunin kak Nolan, tapi nggak berhasil," gerutunya
Nolan terkekeh sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia lantas menggenggam kedua tangan kekasihnya, "maaf ya sayang, aku benar-benar tidak sadar. Kepalaku rasanya masih pusing sampai sekarang," El mencoba mengerti, dia pun hanya bisa mengangguk.
Sementara itu, Alden langsung bangkit dan beranjak pergi.
"Mau kemana Al?" Teriak Nolan, namun tidak ada jawaban
"Sebenarnya, apa yang kalian berdua lakukan semalam?" Tanya Elora dengan penasaran
"Kami hanya minum sambil bermain kartu, tapi aku kalah. Makanya, aku minum lebih banyak darinya,"
"Hanya itu, nggak ada yang lain?"
"Yang lain gimana? nggak ada yang lain. Kami hanya minum-minum berdua di sini." Setelah menjelaskan pada kekasihnya, Nolan meminta El untuk menunggunya, karena dia harus membereskan kamar dan membersihkan diri.
*
*