Satu digit, dua, tiga, empat, lima, hingga sejuta digit pun tidak akan mampu menjelaskan berapa banyak cinta yang ku terima. Aku menemukanmu diantara angka-angka dan lembar kertas, kau menemukanku di sela kata dan paragraf, dua hal yang berbeda tapi cukup kuat untuk mengikat kita berdua.
Rachel...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gara Gara Samuel
Sebulan sudah berlalu, hubungan itu berjalan baik meski Samuel masih terus maju, setidaknya Rachel selalu menjaga jarak dengan pria yang bebal itu. Sejujurnya Vano selalu kalang kabut jika Samuel sudah beraksi tapi gadisnya juga selalu memvalidasi bahwa semuanya hanya tertuju pada Vano, jadi pria itu sedikit tenang.
Vano sibuk di mejanya, sedangkan Rachel lebih santai mengontrol estimasi Ws mereka di ipad yang biasa ia gunakan.
Drrt... Getar panjang ponsel Rachel spontan menghentikan aktivitas Vano.
📞 Iya, Mikh. Udah dateng ya? Okay aku kesana. Tunggu ya." Seraya keluar dari mejanya.
"Kak, aku turun dulu ya, kiriman Bu Margareth udah sampai katanya. Mikha butuh aku disana."
"Lama ngga yaang?".
"Kayaknya lama, sampe sore, sampe selesai."
"Lama banget? Udah ah bolos aja, biarin Mikha sendiri aja." Rengeknya.
"Pak Direktur, saya turun dulu ya, permisi..."
Sapp...
Tangannya di tarik Vano, pria dewasa itu mulai cosplay menjadi toddler lagi.
"Ayaaang... Udah ah, biar Mikha aja." Rengeknya.
"Udah... Ngga usah lebay, kamu udah tua."
"Yaang.... ", rengeknya lagi. "Yaaanmmmph.... ", spontan terdiam.
Rachel membungkam mulut cosplay toddler syaland itu dengan c! Umannya.
"Nah, diemkan. Giliran di kok0p aja anteng."
Vano menunjukkan deretan gigi kecilnya pertanda ia sedang tersipu-sipu.
"Ah Ayaang...", serunya malu-malu bak perawan desa yang baru c! Um4n. "Jangan sampe sore deh, ya, ya, yaa... ".
"Stok Ws kita membludak kak, siswa kita lagi menurun, jadi Ws nya harus di edar ke Numbers Cabang, pemakaian Ws kita juga menurun. Paham kan yaang, aku juga lagi pusing."
"Iya, iya, sana, Hati-hati, jangan sampai lecet, aku cepet kangen soalnya."
"Dih... Bye... Ayang gueh... ", cup... Kecupan kecil mendarat di pelipis Vano yang kembali membuat pria itu salting tidak karuan ketika Rachel menghilang di pintu. Sungguh gadis itu membuatnya tidak bisa memikirkan hal lain, ia hanya tahu Rachel, Rachel, dan Rachel.
Di Gudang Ws
Mikhaela dan Rachel sibuk menyortir mana Ws yang akan di edarkan dan mana yang akan tetap mereka simpan di Numbers pusat. Soalnya bagi Rachel, Ws kiriman Margareth itu datang bersama Samuel.
"Anjir... Kemungkinannya ini ada dua, eh bukan kemungkinan, udah pasti terjadi, ini makhluk ngintilin gua seharian, dan malah gua juga ntar yang di amuk Ayang. Aohhh...", keluhnya dalam hati melihat Samuel datang dengan senyum lebar ke arahnya.
"Kamu kalau ngga mau bantuin mending pergi sana, ganggu aja." Kesal Rachel setengah berbisik, mengingat Samuel adalah kepala pengawas Numbers pusat, tidak mungkin ia meneriakinya.
"Aku mau bantu tapi ngga tahu caranya." Masih terus mengikuti Rachel kemanapun gadis itu melangkah dengan catatannya.
"Jacky belum datang kah Mikh?".
"Belum, Excelnya masih bermasalah, kerjaannya belum selesai."
Samuel masih dengen setianya mengikuti Rachel kemana pun seperti anak anjing yang mengikuti induknya.
"Hel, aku dipanggil ke depan nih, ada orang tua siswa yang mau cross check kayanya."
"Oh y-ya udah." Dengan berat hati Rachel melepas Mikhaela.
Kini tinggal mereka berdua, Samuel semakin leluasa mengajak Rachel bicara, begitu juga dengan Rachel yang berkali-kali meneriaki Samuel tanpa menahan diri lagi, tidak perduli lagi ia bahwa mantannya itu adalah atasannya, pokoknya pria itu sangat menyebalkan sekarang ini.
"SAMUEL.... "
"Iya Rara, kamu gemesin deh kalo lagi marah begini."
"Wahhh... Kamu bener-bener."
Sudah sejam lamanya, Rachel berada disana bersama Samuel yang menyebalkan itu. Hingga akhirnya Kris muncul.
"Hel, kamu di suruh kak Vano naik, file yang kamu kirim salah katanya."
"HAH? SALAH? Aduh.... ", Rachel kelihatan kalang kabut memilih meninggalkan WAnya atau langsung naik saja.
"Udah tinggalin aja, aku yang lanjutin, Jacky juga udah selesai Excelnya, dia bakal bantuin. Kamu pergi gih, udah prengat prengat tuh pak dirut."
Rachel melangkah pergi dengan senyum kecut, dua kemungkinan yang ia pikirkan tadi benar-benar terjadi.
"Habis gua." Lirih Rachel dan pergi dari sana.
"Permisi pak. Saya mau lanjutin kerjaan Rachel." Sapanya pada Samuel yang sudah lesu kembali karena Rachel pergi bahkan tanpa meliriknya sedikit pun.
Klek pintu abu-abu itu ia putar gagangnya perlahan, langsung menampilkan presensi pria kesayangannya. Benar sekali deskripsi Kris, prengat-prengut mode on.
"Dia begitu aja tetep seksi dimata gua." Batin Rachel masuk dan menutup pintu itu perlahan.
"K-kak.. Filenya salah ya?, aku kirim ulang ya."
"Hm."
"Anjir... Salah gua apa." Jerit Rachel dalam hati dan melangkah ke mejanya mengutak-atik laptop dan mengirim file yang baru pada Vano.
"Kak... Aku turun lagi ya, tadi belum selesai. Ini aku pastiin file udah bener. Ya kak...", hendak berlari.
"BERENTI NGGAK !!! ". suara Vano menggelegar di ruangan itu.
"M4mpus gua." Pekik Rachel dalam hati.
Rachel diam mematung, bahkan untuk berbalik menghadap Vano saja rasanya seluruh badannya berat sekali.
"Rachel... ". Bentak Vano sekali lagi.
"I-iya kak." Rachel gugup sekali sudah menundukkan kepalanya dan spontan berbalik.
Vano mendekat dan kini mereka berdiri berhadapan.
"Sebenernya kamu nganggep aku apa sih? Ada artinya ngga sih aku buat kamu?".
"Kenapa kakak nanya gitu?", Rachel bingung.
"Kalo aku memang ada artinya buat kamu, kamu pasti manggil aku tadi. Kamu kira aku ngga ada di grup chat itu?".
"Grup? Grup chat? Hah?".
Deg
"KAMU TINGGAL TELEPON AKU, BUAT JEMPUT KAMU, AKU PASTI DATENG, KAMU NGGA HARUS KUAT-KUATIN DISANA. ATAU KAMU MEMANG MASIH SENENG YA DI DEKET-DEKET DIA? AKU JADI ALESAN AJA, TAMENG AJA GITU."
"Kak... "
"Kamu takut banget orang lain tahu kalo kita pacaran, apalagi sampai di ketahui sama Samuel, iyakan, Hel."
Rachel hanya diam mematung, ia sudah melihat Vano dari banyak sisi, ketika pria itu bersikap datar, dingin, ramah, manis, manja, bahkan n4fsu4n sekalipun tapi untuk kali ini sama sekali asing baginya, Vano yang model kasar, mode galak, mode marah, ia sedikit takut sekarang.
"Bisa ngga kamu fokus ke aku aja, ngga usah peduliin kiri kanan Rachel."
Rachel masih terdiam, jujur ia syok.
"JAWAB.....!!!! ", bentak Vano. Gadis itu tersentak kaget, "Aku turun dulu kak, permisi."
Ia keluar tergesa-gesa, dan masuk ke toilet paling ujung, toilet paling sepi di Numbers karena rumornya disana angker, Rachel tidak perduli lagi akan hal itu. Hatinya sangat sakit sekarang. Selama usia muda hingga dewasa seperti sekarang ia selalu menghabiskan waktunya dengan bekerja dan mengumpulkan uang, sudah berhadapan dengan bermacam-macam atasan atau pun seniornya, ada yang galak, ada yang jahat, bahkan yang mesum pun sudah pernah ia temui yang membuatnya trauma dan segera hengkang, tapi kenapa yang ini sangat menyakitkan?
Ia juga pernah dibentak, bahkan lebih parah dari yang hari ini tapi kenapa yang ini lebih menyeramkan rasanya.
"Hiks... Hiksss.... ".
Ia terisak disana. Ia teringat akan toilet angker yang sedang ia huni itu, bahkan sekarang ia berharap hantu yang sering dirumorkan menangis disana mendatanginya jadi mereka bisa collab menangisnya. Ahh gila.
"Memangnya gua ngarepin apa? Gua juga siapa? Emang gua salah apa? Gua ngga ngapa-ngapain? Kenapa seolah salah gua besar banget." omelnya pada dirinya sendiri.
🍀🍀
Vano mulai gelisah sendiri, ia merasa bersalah telah kasar seperti itu pada Rachel. Jika di pikirkan ulang bukan salah Rachel juga Samuel menempelinya terus di gudang Ws.
"Ahhh syaland... ", kesalnya menjambak surainya.
Sementara semua orang yang berada di gudang Ws agak terkejut melihat Rachel yang tiba-tiba muncul dengan masker mulut dan matanya yang sedikit merah. Semuanya diam, tidak ada yang bertanya, semuanya bertingkah biasa saja agar tidak melukai harga diri Rachel.
"Ra.... ".
.
.
.
TBC... 💜