Pinky, gadis rusuh dan ceplas-ceplos, tergila-gila pada Dev Jaycolin meski cintanya selalu ditolak. Suatu kejadian menghancurkan hati Pinky, membuatnya menyerah dan menjauh.
Tanpa disadari, Dev diam-diam menyukai Pinky, tapi rahasia kelam yang menghubungkan keluarga mereka menjadi penghalang. Pinky juga harus menghadapi perselingkuhan ayahnya dan anak dari hubungan gelap tersebut, membuat hubungannya dengan keluarga semakin rumit.
Akankah cinta mereka bertahan di tengah konflik keluarga dan rahasia yang belum terungkap? Cinta Gadis Rusuh & Konglomerat adalah kisah penuh emosi, perjuangan, dan cinta yang diuji oleh takdir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Saat Mark, Sania, dan Jenny keluar dari gedung, langkah mereka tergesa-gesa. Wajah mereka tampak kesal, campur aduk dengan kekhawatiran akan ulah Pinky yang tak terduga. Begitu mereka mencapai mobil yang terparkir di depan gedung, suara teriakan lantang Pinky memecah kesunyian.
"Woi...koper kalian ketinggalan!" seru Pinky dari lantai atas, suaranya bergema di antara bangunan.
Mereka bertiga refleks menoleh ke atas, dan pandangan mereka tertuju pada Pinky yang berdiri di jendela. Senyuman penuh ejekan menghiasi wajahnya, sementara tangannya dengan santai mengangkat koper milik Sania.
Sania membuka mulut, ingin berteriak menghentikan aksi Pinky, tetapi gadis itu lebih cepat. Dengan gerakan sengaja, Pinky mengangkat koper itu lebih tinggi. "Bibi, kopermu aku kembalikan!" teriaknya sambil melempar koper tersebut ke udara.
Koper itu melayang sejenak, sebelum akhirnya jatuh dengan keras ke atap mobil Mark. Brak! Suara hantaman yang menggelegar membuat Mark, Sania, dan Jenny melompat mundur ketakutan.
"Jangan!" teriak Mark panik, tangannya terulur ke udara seolah bisa menghentikan aksi putrinya.
Namun Pinky tidak menggubris. Senyumnya semakin lebar saat ia mengangkat koper hitam milik Mark. Dengan nada penuh sarkasme, ia berteriak lagi, "Papa, ini koper milikmu!"
Ia melempar koper itu tanpa ragu. Koper tersebut meluncur tajam ke bawah, menghantam kap mobil dengan suara keras. Brak! Dentuman itu menggema, dan mobil tampak semakin penyok di beberapa bagian.
Sania menutup mulutnya, sementara Jenny memandang ngeri pada apa yang baru saja terjadi. Tapi Pinky belum selesai. Dengan penuh antusias, ia mengangkat koper berwarna pink milik Jenny, lalu menatap ke bawah dengan ekspresi penuh kemenangan.
"Jangan!" jerit Jenny, tetapi terlambat. Pinky sudah melempar koper itu ke arah mobil.
Brak! Kali ini, kaca mobil Mark retak dan pecah akibat hantaman keras. Pecahan kaca berhamburan ke segala arah, membuat orang-orang di sekitar mobil menjerit dan mundur.
Aksi Pinky dengan cepat menarik perhatian penghuni gedung. Beberapa orang yang tadinya keluar masuk gedung kini berhenti dan menengadah ke atas. Wajah mereka dipenuhi keterkejutan saat melihat seorang gadis muda berdiri di jendela sambil tertawa puas.
Di bawah, Mark dan Sania hanya bisa menggelengkan kepala dengan putus asa. Sementara itu, Jenny menggenggam lengan Mark erat, wajahnya pucat pasi.
"Paman dan Bibi, aku kenalkan pada kalian semua," katanya, sambil menunjuk ke arah Mark, Sania, dan Jenny yang berdiri di bawah sana "Dia adalah papaku, dan wanita itu adalah selingkuhannya. Sedangkan yang muda itu adalah anak luar nikah mereka."
Kerumunan mulai berbisik, mata mereka bergantian memandang Mark, Sania, dan Jenny tampak tegang, tetapi tidak ada yang berani menghentikan Pinky yang terus berbicara.
"Papaku sudah pergi dari rumah selama 20 tahun," lanjut Pinky, nadanya penuh sindiran. "Dan sekarang dia ingin membawa selingkuhannya dan anak mereka pulang ke sini. Jadi, aku ingin mengusir mereka!"
Ia berhenti sejenak, membiarkan kalimat itu menggantung di udara. Lalu, dengan senyum penuh ejekan, ia menambahkan, "Oh, dan selingkuhannya bernama Sania, pemilik perusahaan Merline yang cukup terkenal. Jadi, kalian bisa ajak kenalan dengan mereka jika mau."
Kerumunan langsung bereaksi. Suasana yang awalnya tegang berubah menjadi hiruk-pikuk. Bisik-bisik mulai terdengar di bawah sana, dan perlahan berubah menjadi cemohan yang diarahkan pada Mark, Sania, dan Jenny.
"Tidak tahu malu! Sudah selingkuh, masih saja membawa mereka pulang!" seru seorang wanita tua.
"Lebih baik kalian pergi dari sini. Jangan mengotori apartemen kami!" tambah seorang pria yang mengenakan kemeja lusuh, ekspresinya penuh penghinaan.
Mark menundukkan kepalanya, wajahnya merah padam menahan malu dan marah. Sania memandang sekeliling dengan gelisah, berusaha menghindari tatapan para penghuni yang kini memandang mereka dengan jijik. Sementara Jenny hanya berdiri kaku, matanya membesar, tidak tahu harus berbuat apa.
Mark menghela napas panjang, suaranya bergetar ketika ia mencoba berbicara. "Pinky, hentikan ini!" katanya dengan tegas, tetapi suaranya tenggelam oleh keributan di sekitar mereka.
Pinky hanya menyeringai, merasa puas dengan kekacauan yang telah ia ciptakan. "Kenapa? Malu, ya? Bukankah kalian yang memulai semua ini? Sekarang rasakan akibatnya!" serunya, suaranya semakin lantang..
Di sekitarnya, suara bisik-bisik penghuni gedung mulai terdengar. Beberapa orang mengangkat ponsel mereka, merekam aksi nekat Pinky yang membuat semua orang di bawah semakin resah. Mark hanya bisa mengusap wajahnya dengan kedua tangan, merasa tak berdaya menghadapi ulah putrinya.
"Kalian tunggu aku, Aku masih ada kejutan lainnya," ujar Pinky.