Silva, Marco dan Alex menjalin persahabatan sejak kelas 10. Namun, saat Silva dan Marco jadian, semuanya berubah. Termasuk Alex yang berubah dan selalu berusaha merusak hubungan keduanya.
Seiring berjalannya waktu, Alex perlahan melupakan sejenak perasaan yang tidak terbalaskan pada Silva dan fokus untuk kuliah, lalu meniti karir, sampai nanti dia sukses dan berharap Silva akan jatuh ke pelukannya.
Akankah Silva tetap bersama Marco kelak? Atau justru akan berpaling pada Alex? Simak selengkapnya disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pendekar Cahaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13(Dapat Kerjaan)
"Oh iya, Ze, kamu udah planning belum buat kuliah dimana gitu?" Tanya Marco setelah meneguk minuman kaleng yang Zea berikan.
"Apa jangan-jangan kamu mau mau lanjut kuliah di luar negeri lagi, seperti anak orang kaya lainnya" Marco menerka.
"Kuliah? Itu masih dua tahun lagi, sekarang aku baru naik ke 11, jadi, masalah itu dipikirkan nanti" jawab Zea.
"Oh... Sorry, aku kira kita seumuran, ternyata adik aku toh" Marco sedikit tersentak, namun kemudian tersenyum.
"Iya, kakak Marco, hahahaha!" Zea tertawa lepas dengan ucapannya sendiri.
"Kamu sendiri, mau kuliah dimana rencananya?" Zea berbalik bertanya.
"Untuk sekarang aku mau nyari kerja aja dulu, nanti gajiku itu aku tabung, setelah terkumpul baru deh aku daftar kuliah nantinya" kata Marco.
"Kerja? Mau kerja apa'an, Co? Jaman sekarang susah nyari kerja apalagi kalau hanya lulusan SMA, kalah saing kamu sama yang sarjana" Zea menerangkan sesuai dengan kenyataan yang ada.
"Kerjaan apa aja yang penting halal, bahkan jadi supir pun aku mau, kebetulan aku bisa bawa mobil" jawab Marco dengan mantap.
"Supir? Kebetulan aku lagi butuh supir sih buat anterin aku kalau mau pergi kemanapun, soalnya aku dilarang bawa mobil sendiri karena belum punya SIM, makanya aku lagi nyari supir pribadi, cuma belum ada yang cocok" jelas Zea.
"Kalau gitu aku aja, Ze, aku mau kok jadi supir pribadi kamu" Marco menawarkan diri.
"Serius kamu, Co?" Tanya Zea yang terlihat masih ragu.
"Dua rius malahan, Ze, kamu mau yah, terima aku jadi supir kamu" pinta Marco. Zea tampak berpikir sejenak dan mempertimbangkan sebelum memberi jawaban. Di satu sisi Zea memang membutuhkan supir pribadi yang bisa mengantarnya kemanapun dia pergi. Tapi, disisi lain, Zea seolah tidak tega kalau teman barunya itu jadi supirnya dan menyuruh-nyuruhnya kesana kemari.
Namun, karena keseriusan Marco saat mengatakan itu padanya, membuatnya mantap untuk menerima Marco sebagai supir pribadinya.
"Iya, aku terima kamu dan mulai besok kamu bisa langsung kerja" Zea memberikan jawaban, yang pastinya membuat Marco senang.
"Makasih yah, Ze, makasih banget udah terima aku jadi supirmu" Marco sangat senang mendengar jawaban Zea, yang sesuai dengan harapannya. Zea hanya membalas dengan anggukan kepala sambil tersenyum.
Beberapa menit kemudian, Marco pun berpamitan pada Zea, karena Silva sudah mengirimkan pesan padanya dan memintanya untuk ke rumah Silva. Jarak dari rumah Zea ke rumah Silva tidak terlalu jauh karena rumah mereka berdua masih berada di kawasan perumahan elit, cuma nama perumahannya saja yang berbeda. Hanya butuh waktu sekitar 15 menit, Marco sudah sampai. Marco langsung masuk kedalam rumah Silva. Kebetulan Silva dan juga Hilda yang sudah datang sedari tadi berada di ruang tamu.
"Eh, sayang, kamu udah datang" Silva menyambut kedatangan Marco.
"Loh, kamu disini juga, Da, naik apa?" Tanya Marco yang terkejut melihat Hilda sudah ada dirumah Silva.
"Aku tadi kesini sama Flea, cuma Flea langsung ke bandara, soalnya dia kan udah mulai kerja di salah satu maskapai penerbangan gitu, ada omnya Flea disana dan bersedia bantu Flea" terang Hilda. Marco hanya mengangguk mendengar jawaban Hilda.
"Tapi, nanti pacar kamu yang cantik ini bakal anterin aku balik ke kosan, iya kan, Sil" lanjut Hilda dan menoleh kearah Silva yang ada disampingnya. Silva menanggapi dengan anggukan sambil tersenyum.
"Pacar aku ini emang baik banget, jadi makin sayang sama kamu" kata Marco sambil mengacak rambut Silva.
"Ihh.... Sayang, berantakan nih rambut aku" rengek Silva manja sambil merapikan rambutnya dengan tangan. Hilda hanya tersenyum melihat tingkah keduanya.
"Oh iya, sayang, ada apa kamu minta aku kesini?" Tanya Marco, lalu duduk disamping Silva.
"Jadi, gini, sayang, aku mau....." belum sempat Silva menjelaskannya pada Marco, tiba-tiba terdengar suara seseorang berteriak di depan rumahnya.
"Permisi! Paket!" Teriaknya dari luar. Silva segera beranjak dan menghampiri seseorang tersebut.
"Iya, ada apa yah?" Tanya Silva saat sudah berada di depan seseorang tersebut.
"Permisi, saya mau antarkan paket atas nama Silva, apa benar ini rumahnya?" Pria itu berbalik bertanya sambil menunjukkan paket yang dibawanya.
"Iya, aku Silva, ini paket dari siapa yah, mas?" Silva memperhatikan paket tersebut. Silva merasa heran karena tiba-tiba ada yang mengirimkan paket padanya. Seingatnya, Silva tidak belanja barang apapun di toko online, yang mana selalu jadi kebiasaannya kalau lagi gabut.
"Kalau soal pengirim saya sendiri kurang tahu, tapi, katanya didalam paket ini ada suratnya katanya" jawabnya seadanya. Silva pun menerima paket itu. Sebelumnya kurir itu tampak memfoto Silva sambil memegang paketnya sebagai bukti bahwa paket sudah diterima. Kurir itu lalu pamit dan melajukan motornya lagi ke tempat yang lainnya lagi.
Silva pun berjalan masuk sambil membawa paket itu.