Era kekacauan telah tiba. Ramalan penyihir ratusan tahun telah terwujud.
Sang Penjahat telah tiba untuk menuntut ketidakadilan.
Menantang dunia dan surga.
Saatnya kalian semua membuka mata dengan kemunculanku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galih Pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Generasi Ajaib.
Luo Yan tidak memiliki banyak waktu tersisa untuk menanggapi semua pertanyaan yang membanjiri kepalanya. Ujian pendewasaan akan segera dimulai, dan dia merasakan tekanan yang semakin meningkat.
Dengan penuh tekad, ia tahu tidak ada pilihan lain selain memaksa dirinya menerobos batas dengan latihan yang intens. Ia tak peduli akan risiko yang akan dihadapinya, bahkan jika itu berakibat pada penyimpangan tenaga dalam di jalur meridian atau melukai organ dalamnya.
Keajaiban yang membawanya kembali ke masa lalu tidak mungkin terulang lagi. Kini, Luo Yan sangat bersungguh-sungguh ingin menjadi pendekar nomor satu.
Luo Yan menatap batu besar seukuran sepuluh kali tubuhnya, menyadari bahwa untuk mencapai tujuannya, ia memerlukan kekuatan melebihi batas yang selama ini mengikatnya. "Jika aku tidak melakukannya sekarang, tidak akan ada yang berubah," gumamnya, tekadnya membara.
Mata Luo Yan terpejam, tangannya meraba batu besar itu dengan penuh konsentrasi. Dalam satu tarikan napas yang dalam, ia mengerahkan segala kekuatan yang dia miliki, berharap batunya bisa bergerak, seakan ingin memindahkan gunung.
Keesokan paginya, setelah matahari terbit, Luo Yan terbahak puas meski dengan keringat yang membanjir dan pakaian yang menghitam akibat ketidaksengajaan saat berlatih.
Usahanya seolah disambut oleh kehangatan sinar mentari. Senyumnya merekah, ceria, seolah siap menantang hari-hari yang akan datang.
Ujian pendewasaan adalah tradisi yang telah berlangsung lama di Kekaisaran Yin. Semua yang berusia tepat lima belas tahun akan berkumpul di aula kerajaan untuk diuji.
Proses ini bukanlah sekadar formalitas; ia merupakan acara bergengsi di mana generasi muda menunjukkan kemampuan mereka di depan para tetua, tokoh-tokoh penting kekaisaran, bahkan Kaisar Naga Yin itu sendiri.
Hadiah yang menanti pemenang sangat luar biasa. Bahkan nama pemenang akan diperbincangkan di seluruh penjuru kekaisaran, dan jika beruntung, mereka akan menarik perhatian Kaisar, satu langkah menuju dukungan dari orang-orang berpengaruh.
"Wah, apakah Luo Yan akan mendapatkan hasil yang luar biasa? Latihannya berjalan dengan baik, bukan?"
Luo Yi, ibunya, berharap cemas saat melihat sekumpulan remaja sebaya dengan anaknya sedang berkumpul. Kecemasan menyelimuti hatinya saat membayangkan bagaimana anaknya akan tampil.
"Melihat performa Luo Yan dalam latihan, tak mungkin muridku kalah begitu saja," jawab Wang Kai, Guru Luo Yan, dengan wajah penuh percaya diri. Baginya, juara satu dalam ujian ini adalah hal yang sangat mudah bagi Luo Yan.
"Oh, mereka sudah mulai memanggil nama-nama peserta," kata Wang Kai, matanya tertuju pada kerumunan yang berisik.
“Luo Yan…” Menyebut nama anaknya berulang kali, Luo Yi berdoa dalam hati, berharap yang terbaik untuk anaknya.
Di tengah keramaian, peserta lain mulai berbisik sinis. "Hei, kenapa gembel itu bisa ada di sini? Dia sudah mandi, kan?" tanya seorang peserta dengan nada mengejek.
"Apakah dia tidak merasa malu berjumpa dengan Kaisar dan para tetua mengenakan baju seperti itu?" yang lain menambahkan, penuh cemoohan.
Tatapan sinis itu diarahkan pada seorang gadis kecil yang berdiri di antara mereka, mengenakan pakaian besar lusuh, rambutnya keriting dan kulitnya hitam dekil. Dengan penampilan seperti itu, ia menjadi pusat perhatian yang negatif. Bau tak sedap pun tak luput dari indera penciuman peserta lain.
Dari tempatnya berdiri, gadis kecil itu bisa mendengar semua perkataan buruk yang ditujukan padanya. Mereka memberikan tatapan merendahkan, bahkan ada yang meludah di dekatnya. Namun, wajahnya tetap tenang, tidak sedikit pun terpengaruh.
"Kau tidak perlu mendengarnya. Pada akhirnya, mereka semua akan terdiam sendiri," ucap seseorang dengan hangat sambil menepuk bahunya.
Dia adalah seorang anak laki-laki yang ceria, dia begitu baik sampai repot-repot mendekatinya dan menghibur dirinya, sekarang perasaannya menjadi sedikit lebih baik.
Kenapa dia bisa bersikap baik padanya? Rasa ingin tahunya muncul, menembus keluar dari kepalanya.
"Siapa kau?" tanyanya, bingung.
"Aku? Aku adalah-- Uak!" belum sempat dia memperkenalkan diri, seseorang menarik anak laki-laki itu mundur dengan sangat kuat.
"Luo Yan, kenapa kau seperti ini? Apa kau sudah gila? Kau membuat malu nama kekaisaran! Ikut denganku sekarang!" teriak Xiao Ning, gadis yang tampak khawatir saat melihat Luo Yan.
"Ah! Xiao Ning! Jangan menarik-- Ughk! Begitu kencang-- Uhuk! Tolong!" suara Luo Yan tergagap, terpaksa mengikuti gadis itu.
Sebenarnya, selain gadis kecil itu, ada seorang laki-laki yang juga tampak bodoh dengan penampilan seperti gembel dan berdiri dengan wajah penuh percaya diri, orang itu adalah Luo Yan.
Keberadaan mereka menjadi lebih menarik saat ketiganya terlibat dalam drama kecil yang semakin menghangatkan suasana menjelang ujian.