NovelToon NovelToon
Bisikan Arwah Penasaran

Bisikan Arwah Penasaran

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Rumahhantu / Desas-desus Villa / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:8.5k
Nilai: 5
Nama Author: Leona Night

Caroline Blythe Berasal dari keluarga Broken Home dengan ibu yang harus masuk panti rehabilitasi alkohol. Hidup sebatang kara tidak punya kerjaan dan nyaris Homeless.

Suatu ketika mendapat surat wasiat dari pengacara kakeknya bahwa beliau meninggalkan warisan rumah dan tanah yg luas di pedesaan. Caroline pindah ke rumah itu dan mendapatkan bisikan bisikan misterius yang menyeramkan.

Pada akhirnya bisikan itu mengantarkan dirinya pada Rahasia kelam sang kakek semasa hidup yang mengakibatkan serentetan peristiwa menyeramkan yang dialaminya di sana. Mampukah Caroline bertahan hidup di Rumah tersebut?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leona Night, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Malam Yang Dingin

Caroline's POV

Harry kemudian mengajakku ke dokter untuk menyembuhkan luka lebam akibat ulahnya semalam. Sebetulnya aku tidak mau. Aku merasa obat dari Charles sudah cukup, tetapi aku juga tidak tega melihat keinginan kuat Harry. Akhirnya aku ke dokter pagi itu. Kami pergi ke sebuah klinik di desa dan aku mendapat pengobatan.

Setelah itu Harry membawaku mampir ke sebuah toko baju yang jaraknya lumayan jauh dari Ravenwood. Dia membelikan aku baju untuk dipakai sehari hari selama aku di Ravenwood. Dia juga mengajakku ke toko peralatan Rumah tangga, dia membelikan aku oven dan aneka peralatan dapur yang aku butuhkan. Termasuk lemari es sederhana untuk menyimpan makanan. Sehingga nanti saat musim dingin tiba, setidaknya aku tidak perlu kebingungan menyimpan makanan untuk masa masa sulit.

Aku sebenarnya tidak begitu suka dengan apa yang dilakukan oleh Harry. Hatiku sebenarnya juga masih sakit karena kekerasan yang dia lakukan. Tetapi aku kenal betul Harry, dia tidak akan melakukan hal yang se negatif itu, tanpa ada pemicunya. Aku menduga dia pasti habis bertengkar dengan ibunya.

Sesampainya di rumah, Harry membantuku menurunkan semua barang yang dia berikan untukku. Termasuk lemari es kecil. Aku sangat berterimakasih.

“Terima Kasih Harry, kau sungguh baik,” ujarku.

“Tidak, aku bukan pria yang baik. Pria yang baik tidak akan pernah memukul wanita. Aku sudah melakukannya padamu,” jawab Harry dengan wajah memerah.

“Setiap orang bisa lakukan kesalahan, asalkan dia tahu paham itu salah dan bertekad tidak melakukannya lagi,” ujarku

“Pasti Sayang, aku tidak akan melakukannya lagi,” Jawabnya malu.

Setelah membantuku menata semua barang yang tadi kami beli, dia pun kembali ke London. Baru saja aku masuk ke dalam rumah dan hendak menelpon Willy jika aku datang agak siang, Tiba tiba ada suara ketukan lagi di pintu. Kali ini agak keras dan kasar. Aku pun membukanya, dan ternyata, ibunya Harry sudah berdiri di depan pintu rumahku dengan berkacak pinggang. Dia datang bersama wanita muda yang sepertinya orang yang sama waktu itu kau lihat bersama Harry di Cafe.

“Ohw, jadi disini rupanya anakku menyembunyikan dirimu?” katanya dengan ketus

“Ah selamat siang mami, silahkan masuk,” kataku berusaha sopan

Kemudian mereka berdua masuk, dan ibu Harry (Mami) mengibas ngibaskan tangannya seolah mencium bau kurang sedap.

“Rumah mu ini sungguh bau busuk dan lembab. Sebusuk otakmu rupanya,” kata Mami

“Maaf apa maksud mami?” tanyaku

“Kau harus tahu yan Caroline, aku kesini bersama Tunangan Harry. Dua bulan lagi mereka akan menikah. Jadi kau jangan berharap banyak dari Harry.”

Aku tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutku, sekaligus aku sadar, bahwa hal ini rupanya yang membuat Harry mabuk berat. Dia dijodohkan dengan wanita yang saat ini ada bersama ibunya di rumahku.

“Tunangan Harry ini anak seorang bangsawan Inggris, Ayahnya seorang Earl. Tentu saja bukan sepertimu, yang ayahnya saja tidak jelas,” ujar mami seolah mengejekku.

“Syukurlah mami, Setidaknya Harry menikah dengan wanita yang jelas siapa ayah dan keluarganya. Kasihan Juga Harry, bukankah dia juga tidak jelas siapa ayahnya? Dengan menikahi wanita terhormat tentu itu memperbaiki keturunan,” ujarku seraya menatap tajam wajah mami.

“Berani sekali kau mengatakan itu padaku,” katanya dengan marah.

Lalu PLAK, PLAK …dia menempeleng ku.

Aku hampir saja menempeleng dia balik, tapi aku ingat dia orang tua yang harus dihormati. Aku mengepalkan tanganku untuk menahan diri.

“Aku mungkin bercerai dari suamiku dan dia meninggalkan kau. Tapi setidaknya Harry punya akta lahir yang jelas ayah dan ibunya. Sementara kau? Ibumu yang liar itu menikah tidak jelas siapa suaminya. Kau ini anak siapa? Ha? Kau anak bajingan pinggir jalan yang memacari ibumu lalu meninggalkannya ketika tahu ibu mu hamil. Nama ayahmu saja kau tidak tahu.” ujarnya sambil memandangku dengan tatapan jijik.

Aku merasa mataku mulai panas, tapi aku menahan emosiku. Aku tidak mau wanita gila ini melihatku menangis.

“Keluar kalian dari sini, keluar!!!” teriakku marah.

“Ah aku juga akan keluar dari Rumah reot ini. Setidaknya kau tahu bahwa Harry akan segera menikah. Bersama ini, Mary Ann. Lihat wajahnya dan attitude nya jauh diatasmu anak haram.”

Lalu dia melihat amplop yang Harry beri padaku tadi pagi.

“Ini, uang dari anakku pasti. Tidak tahu malu kau perempuan gembel. Kau menerima saja uang dari anakku sementara kalian sudah putus bahkan anakku sudah bertunangan,”

Mary Ann yang sedari tadi hanya memperhatikan calon mertuanya nyerocos, kemudian tiba tiba berkata,” Mami, biarkan dia menerima uang sumbangan itu. Wajahnya seperti perempuan kelaparan. Siapa tahu dia belum makan, uang itu bisa dipakai olehnya untuk membeli makanan masyarakat jelata,”

“Tidak Honey. Aku akan mengambilnya, biar wanita gembel ini mati kelaparan. Apa peduli ku.”

Seketika dia ambil kembali amplop berisi uang yang Harry berikan padaku.

“Aku lebih baik memberikan uang ini ke panti asuhan, dari pada kau yang menerimanya. Aku tidak mau terlibat dalam mensupport orang kecanduan alkohol dan setengah gila seperti kau dan ibumu,”

Aku sudah tidak bisa menahan emosiku lagi. Aku berteriak dengan sekuat tenaga mengusir mereka berdua.

“Keluar kalian dari rumahku. Keluaaar !!”

Melihatku mulai kalap, mereka berdua keluar dari rumahku dengan tergesa gesa, hingga amplop berisi uang itu terjatuh.

Seketika aku meraih amplop itu dan melemparkannya ke wajah tunangan Harry.

“Makan ini uang haram kalian, cepat pergi dari sini, sebelum aku meneriaki kalian Maling,” ujarku berapi api.

Mereka bergegas mengambil amplop yang tadi aku lempar dan pergi meninggalkan rumahku.

Aku menutup pintu dengan keras, lalu aku menangis di balik pintu itu. Bukan karena menangisi Harry yang akan menikah, tetapi menangisi nasibku yang begitu buruk. Ibu Harry benar, Aku bahkan tidak tahu siapa ayahku. Dalam akta kelahiranku pun tidak tercantum nama ayah, hanya nama ibuku. Aku menangis tersedu sedu hingga kau lelah. Lalu aku cuci muka dan berangkat bekerja.

*****

Sesampainya aku di tempat kerja, nenek Luisa dan Willy tidak berani bertanya apapun padaku. Sepertinya mereka melihat mataku yang bengkak dan tampak seperti habis menangis.

“ Ehm Caroline. Kau kenapa nak?” tanya nenek Luisa setelah melihatku menangis di dapur.

“Aku sepertinya kurang enak badan nek, “ jawabku

“Biar willy mengantarmu pulang, hari ini kau tidak usah kerja,” kata nenek Luisa.

Aku hanya bisa diam mengangguk. Tak lama Willy pun mengantar aku pulang dengan Motornya.

“Caroline. Kamu tidak apa apa?” tanya Willy sesampainya kita di rumahku.

“Aku tidak apa apa Willy, aku baik saja,” jawabku.

“Kalau kau butuh sesuatu, kau tidak bisa tahan lagi tinggal di sini. Kau bisa tinggal bersama kami di toko kue. Di sana ada kamar kosong,” ujar willy sambil melihat ke arahku dengan khawatir.

“Everything is ok Willy, aku masuk dulu ya,” ujarku

Dia mengangguk dan setelah berpesan untuk berhati hati dia pun pergi meninggalkanku seorang diri.

Rumah kakek Sore itu terlihat lebih suram dari sebelumnya. Setelah Willy pergi, aku duduk di sofa depan. Lampu kamar tamu mati, sepertinya bohlam nya pecah. Aku terpaksa menggunakan lilin. Untung aku punya lampu minyak dan lilin, sehingga aku bisa menyalakan keduanya, ruang tamu itu menjadi sedikit terang.

Malam itu cuaca mendung, hujan sepertinya akan turun. Suara gemuruh guntur dilangit mulai berbunyi. Aku sedikit cemas, takut jika seluruh listrik di rumah tua ini tau tau mati. Tiba tiba kembali aku mendengar bisikan dari berbagai arah. Kali ini terdengar jelas, mereka memanggil manggil namaku.

“Caroline”

Aku terkesiap, hawa dingin menerpa wajahku membuat bulu kudukku tegak berdiri. Aku merinding kuat, rasanya bulu kuduk dan semua bulu di tubuhku berdiri tegak. Aku tahu ada suara wanita memanggilku berulang ulang. Aku mematung seperti es.

Aroma Cedarwood kembali tercium, kali ini baunya sangat keras dan harum. Aku merasa sedikit pusing karena bau itu. Tak lama aku dengar ketukan di pintu depan. Aku bernafas lega, semoga itu Harry atau siapa lah yang datang menemaniku malam ini. Segera aku berlari ke arah pintu depan dan membukanya.

Ternyata Charles, dia berkata,” Bolehkah aku berteduh di tempatmu? Hujan ini benar benar membawa hawa dingin yang menusuk, aku tidak bawa mantel.”

Aku bernafas lega, dan mempersilahkan Charles masuk.

“Masuklah, cepat, anginnya sangat dingin,” ujarku

Charles bergegas masuk, bajunya basah kuyup.

“Sialan, aku pulang kerja tidak membawa jas hujan dan mantel. Aku pikir tidak akan hujan. Ternyata, malah badai,” ujarnya.

“Tenanglah Charles, kau bisa diam disini sampai esok pagi. Aku rasa hujan ini akan semalaman,” ujarku.

Charles melihat ke arahku. Lalu dia melepas bajunya. Jantungku berdebar keras melihat tubuh atletis Charles dengan perut sixpack nya. Aku segera memalingkan muka.

Namun nampaknya Charles sempat melihat raut wajahku, dia lalu berkata,” Apa yang kau lihat Caroline?”

Aku gugup dan berkata, “ Ti…tidak ada Charles. Tunggu disini, aku akan membuatkan kau minum.”

Berdua kami minum teh hangat, sementara di luar, hujan turun dengan deras,diiringi petir yang berkali kali menyambar. Aku lalu menceritakan semua kejadian hari itu padanya. Aku pun menangis tatkala bercerita tentang Ibu Harry yang datang dan menghinaku.

Charles mendengar kisahku dengan seksama dan menunjukkan empati, lalu dia berkata,” Sabarlah Caroline, nanti tiba masanya, kau juga akan bahagia,”

Aku menatap wajah Charles dan berkata,” Aku merindukan masa itu. Masa dimana aku bisa lepas dari kubangan penderitaan ini, dan meraih keberuntungan. Aku sungguh ingin keluar dari kemiskinan yang menyiksaku ini,”

Charles mengalungkan tangannya ke leherku dari belakang dan meletakkan kepalaku pada pundaknya, ”Kita senasib Caroline, keberuntungan seperti jauh dari kita. Kubangan kemiskinan seolah tak henti menyeret kita makin larut dan tenggelam. Tapi percayalah, semua ada waktunya, kau akan bahagia juga kelak.”

Aku merasakan kehangatan dari kata kata Charles. Aku seperti terbuai. Tiba tiba Charles memelukku dan menciumku dengan mesra. Dia melumat bibirku dan berkata di telingaku,” I Love You Caroline,”

Setelah itu dia menggendongku dengan Bridal style, lalu masuk ke dalam kamar ku dan meletakkan aku diatas tempat tidur. Lalu dia mengunci kamarku dan tanpa aku bisa menolaknya, dia sudah mengungkungku di bawahnya.

Tangannya yang kekar meremas dadaku dan memainkan puncaknya hingga aku menggeliat. Lalu dia menarik seluruh baju atasku hingga tinggal pakain dalamku saja. Kemudian dia menelusuri tubuhku dengan tangannya yang kekar. Aku sudah tidak mampu lagi berkata atau menolaknya, tubuhku menginginkannya. Dia menciumi sekujur tubuhku dan berhenti di lembahku yang sudah basah akibat ulahnya. Lalu dia membuka segitiga kecil itu dan membenamkan tangannya di sana berulang ulang sampai pelepasanku menghantamku dengan keras, Setelah itu dia memasuki ku. Aku sudah tidak bisa menolaknya, aku memeluknya erat erat, dan berharap semua kegundahanku pergi bersama gerakannya yang ritmis di dalamku.

Aku seperti terbius, entah berapa lama kami bermain api dengan irama yang memabukkan. Aku tidak ingat berapa kali dia melakukannya, sepertinya sepanjang malam, hingga aku sangat terbuai dan melupakan segalanya. Lupa akan Harry, lupa akan pekerjaan ku yang bergaji kecil itu, dan lupa akan rumah hantu ini. Aku benar benar lupa dan tak sadarkan diri hingga pagi.

*****

1
Cellicia gisella
ceritanya bagus dan seru
een sena
Caroline lebih baik berteman dng hantu klw bisa membuatmu nyaman ya👍🏻
een sena
saya suka cerita nya Thor bikin penasaran tolong jangan lama2 lanjutannya👍🏻👍🏻♥️♥️♥️
Leona Night: Jangan lupa bintangnya kakak/Heart//Pray/
Leona Night: Terimakasih...saya usahakan update tiap hari. support terus yaaa/Heart/
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!