Alexa seorang gadis cantik yang memiliki wajah bulat seperti tomat yang menyukai seorang pria tampan di kantor nya. "Sampai kapan pun aku tidak akan pernah tertarik dengan wanita berwajah bulat. Walaupun dia secantik bidadari sekali pun aku tidak akan tertarik. "ucap Chavin (pria yang disukai Lexa).
Dengan seiring nya waktu tanpa disadari mereka pun berpacaran. Chavin menerima cinta Lexa karena alasan tertentu. Tapi Lexa selalu diperlakukan tidak baik. Chavin suka membandingkan Lexa dengan wanita lain. Dan akhirnya Chavin memutuskan untuk berpisah dengan Lexa. Tak disangka- sangka Lexa mengalami kecelakaan yang membuat wajah nya yang bulat menjadi tirus mungkin disebabkan dia sakit parah.
Apakah setelah wajah Lexa tirus Chavin menerima cinta Lexa kembali dengan tulus???
Apakah Lexa akan tetap mengejar cinta Chavin atau malah sebaliknya!!! Nantikan kisah mereka selanjutnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wida_Ast Jcy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9. KEJUJURAN MEMANG MENYAKITKAN
Sabar yah Lex. Mungkin memang dia sedang sibuk. Buktinya dikantor dia masih sempat kan ngasih kecupan sayang nya kekamu. Hhhmmm..kita semua jealous melihat nya. Kalian tu bucin bangeet tau gak sich. "ucap Ninda meledek.
"Hhhmmmm... iiihh... kamu apa iihhh..ada ada saja kamu Nin" jawab ku. Sambil tersenyum walaupun hatiku sedikit galau. Tapi aku tetap ceria dihadapan Ninda.
Malam itu, Alexa tak bisa tidur. Ia memikirkan apa yang Melissa sampai kan ke dia. Ya TUHAN.. Apakah yang dibilang Melissa itu betul??? Apakah Chavin hanya mempermainkan ku saja.
Yah memang akhir akhir sifat Chavin agak berubah. tapi dia masih sempat memberi aku kecupan sayang nya jika memulai pekerjaan dikantor.
Itu kan berarti dia masih menyanyangi ku. Apakah betul Chavin tidak pernah tulus kepada ku. Apakah ini cuma permainan nya saja. "ucap Lexa dalam hati.
Alexa memutar kembali semua kenangan bersama Chavin, mencoba mencari tanda-tanda kebohongan yang mungkin selama ini ia abaikan. Setiap perhatian, setiap senyuman semua terasa berbeda sekarang.
"Memang kamu berbeda sekarang. Tapi kamu tetap bucin kepada ku. Tapi aku perlu tau juga ketulusan mu seperti apa. Aku harus bertemu juga dengan mu Chavin. Haruuus... "ucap ku dalam hati.
Aku tak lagi sanggup hidup dalam kebingungan yang terus menghantui. Aku harus mencari tahu apa yang sebenarnya yang ada di hati Chavin. Rasa sakit dan keraguan yang selama ini ku pendam perlahan berubah menjadi keberanian.
Jam menunjukan pukul 19.00 akhirnya semua pekerjaan Alexa selesai juga. Alexa menghubungi Chavin. Ia berencana mengajak Chavin untuk menghabiskan waktu bersama dengan relax duduk dicafe.
Tanpa banyak bertanya, Chavin langsung menyetujui. Tetapi, ada sesuatu yang berbeda dalam nada suara nya yang datar, seolah menggambarkan jarak yang kini tak terelakkan.
Ketika mereka duduk di kafe yang romantis itu, suasana terasa begitu canggung. Alexa merasakan ketegangan yang menggantung di udara.
Chavin terlihat gelisah. Tangannya terus mengetuk meja, matanya sesekali melirik ke arah jam tangannya, seolah ingin segera menyelesaikan pertemuan ini.
“Ada apa, Lex? Kamu bilang ada yang mau dibicara kan. Apa itu?? "tanya Chavin mencoba membuka percakapan.
Alexa menatapnya, dan menguatkan diri. “Aku cuma mau tahu satu hal, Chavin. Sejujurnya, kenapa kamu terima aku dulu? "tanya ku penasaran.
Chavin terlihat terkejut. Pertanyaan itu jelas tak ia duga. Ia diam beberapa detik, lalu mencoba tersenyum kecil. “Kenapa tiba-tiba kamu nanya seperti itu? ”ucap Chavin.
“Karena aku merasa ada yang tidak beres,Vin. Itu sebabnya aku berani bertanya hal ini kepadamu, Vin. ”jawab ku, dengan suaraku yang bergetar.
“Aku merasa seperti… aku bukan prioritasmu. Aku mau tahu, apa selama ini kamu benar-benar serius sama aku? Atau...tolong jawab Chavin?? "tanya ku emosi.
Chavin menarik napas panjang, mengalihkan pandangan ke luar jendela. Senyumnya pudar, berganti dengan ekspresi yang sulit ditebak.
“Alexa… sambil memegang tangan nya. Dan mencium nya. Aku tidak mau menyakiti mu. Dan kamu tau sendiri kan apa jawaban ku. "ucap Chavin.
“Tapi kamu berubah sekarang, Vin? Kamu tidak seperti Chavin yang dulu aku kenal? ”tanya ku, dengan suara meninggi sedikit.
“Aku terlalu sibuk Lex. Memang aku pun tak pernah benar-benar yakin kita punya masa depan bersama,” ucap Chavin akhirnya. Suaranya pelan, tapi cukup tajam untuk menusuk hati Alexa.
“Aku tidak mau terus terusan menyakiti mu, tapi aku juga tidak tahu bagaimana mengakhirinya. ”Aku bingung Lexa. Aku bingunggg... "jawab Chavin.
"Disisi lain aku juga tidak mau kamu jauh dariku. Dan di sisi lain. Aku tak mau menyakiti kamu terus. " jawab Chavin lagi.
"Bukan kah kamu memang selalu menyakitiku selama ini??? Kadang kita bertemu pun kamu sudah tidak seperti dulu. Dulu canda tawa kamu masih ada tapi sekarang berbeda. "jawab ku.
''Kamu sekarang lebih suka memuji gadis gadis yang lain dari pada aku. Chavin aku mencintaimu aku tidak mau kehilangan mu. Aku tau kamu selalu menghindar dari ku, Chavin... "jawab ku sedih.
Chavin menundukkan kepala, menghindari tatapannya. “Aku tidak bermaksud seperti itu, Lex. Tapi… ya, mungkin iya. Aku minta maaf. Aku salah. Aku tidak tahu bagaimana caranya supaya tidak melukaimu lagi. ”jawab Chavin.
"Dan kamu pun tau alasan ku apa. Lex... memang tidak ku pungkiri. Aku hanya menyukai gadis yang wajah nya tirus. Jantung ku bisa berdegub kencang melihat mereka Lex. Rasa itu berbeda kalau Aku melihat kamu. "jawab Chavin singkat.
Alexa menghela napas panjang, mencoba menahan air mata yang sudah menggenang. Meski hatinya terasa hancur, ia berusaha terlihat tegar.
“Terima kasih atas kejujurannya mu, Chavin,” ucap Alexa dingin. Terimakasih untuk semuanya. Terimakasih Chavin. "ucap Lexa.
“Cukup, Chavin. Aku sudah cukup dengar. Kalau aku bukan prioritasmu, Hanya karena wajah ini bulat kan?? Sehingga pandangan mu berbeda. Dan aku tidak seperti yang kamu mau. "ucap ku lagi.
"Sudah 1 tahun Aku berharap kamu tidak lagi melihat kekurangan wajah ku Vin. Ta..Tapi.. arkkk.. sudah lah. Lexa pun beranjak pergi.
"Alexa, tunggu...” Chavin mencoba menahannya, tapi Alexa sudah berdiri.
Alexa berjalan keluar dari kafe dengan langkah cepat, meninggalkan Chavin yang hanya bisa terpaku di tempat duduknya.
Dan Alexa pun sampai rumah. Dengan galau dia tidak menyangka Chavin tega seperti itu. hu.. hu.. hu..
Malam itu, Alexa menangis sendirian di kamarnya.
Air matanya mengalir deras, membasahi bantal tempat ia berbaring. Rasanya seperti dunia runtuh di sekelilingnya. Tapi di tengah rasa sakit itu, ada sedikit kelegaan. Kini, ia tahu kebenarannya.
"Sayaaanggg... kamu baik baik saja kan, Lexa?? "tanya ibu nya dengan penuh kecemasan.
"Mamah mendengar kamu seperti menangis saja. Sayaanggg, anak mamah.. kamu ok kan Alexa??? "Ehhmmm... ok fine. Mamah tidak akan menganggu kamu lagi.
"Kalau kamu butuh mamah, ingin becerita, keluar lah nak??? Mamah pergi yah??? "ucap ibunya sambil beranjak pergi dari pintu kamar Lexa.
"Aku benci kamu Chavin aku bencciiiii... Kamu itu pembohong. Kamu penipu. Aku benciii...dengan mu. "ucap Lexa histeris didalam kamar.
DAN KE ESOKAN HARINYA
“Aku bertengkar lagi sama Chavin, Nin. ”ujar ku perlahan. Suaraku terdengar tenang, meskipun masih ada luka di dalamnya.
"Hhmmm...Kenapa kalian selalu bertengkar sich?? Bukan nya kamu cinta mati yah denga Chavin, Lex? "tanya Ninda.
"Aku lihat perhatian nya masih tetap bucin kekamu. 1 kecupan 2 kecupan selalu menempel dikening kamu. seolah kalian tu baik baik saja. "ucap Ninda lagi.
"Alexa... sudah lah. Kalau memang kalian sering bertengkar dan tidak ada kecocokan lagi kamu tinggalkan saja dia. Kamu cantik masih banyak lagi yang ngantri tuh. "ucap Ninda dengan meledek.
"Tapi... aku sangat mencintai nya. Aku belum mau putus dari dia, Nin??? "jawab Lexa dengan mata berkaca kaca.
“Kenapa aku bisa sebodoh itu, Nin?” keluh Alexa sambil mengaduk kopinya. “Aku selalu berusaha jadi yang terbaik untuk dia, tapi dia bahkan tidak pernah menganggap aku ini penting untuknya. ”ucap ku.
Ninda menggenggam tangan Alexa dengan lembut. “Kamu tidak bodoh, Lex. Kamu cuma mencintai orang yang salah. Itu bukan salahmu. Kadang kita harus melewati hal-hal ini untuk sadar bahwa kita pantas dapat yang lebih baik.” ucap ninda menasehati.
BERSAMBUNG...