Novel ini lanjutan dari Antara Takdir dan Harga Diri. Bagi pembaca baru, silahkan mulai dari judul diatas agar tau runtun cerita nya.
kehilangan orang yang paling berharga di dalam hidup nya, membuat Dunia Ridho seakan runtuh seketika. Kesedihan yang mendalam, membuat nya nyaris depresi berat hingga memporak porandakan semua nya.
Dalam kesedihan nya, keluarga besar Nur Alam sedang bertikai memperebutkan harta warisan, sepeninggal Atu Nur Alam wafat.
Mampu kah Ridho bangkit dari keterpurukan nya?.
silahkan simak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ujian Iman.
Handphone Yuanchi Juan berdering sesaat dia sudah tiba di kantor nya. Di lihat nya, panggilan dari sang mamah.
Dengan hati bertanya tanya, diangkat nya telpon itu, "halo mah, ada apa ya?" tanya Yuanchi Juan.
"Ada sesuatu yang sangat penting nuna, sekarang juga kau pulang, mamah dan papah menunggu mu!" perintah nyonya Antonius Juan pada Putri nya itu.
"Ada hal apa ya mah?" tanya Yuanchi Juan penasaran.
"Kau datang saja dulu, kita bicara di rumah, jangan tidak tidak, cepat!" suara mah nya terdengar sangat tegas, seperti perintah seorang komandan kepada anak buah nya.
Dengan perasaan heran, Yuanchi Juan memasukan handphone nya kedam tas nya, lalu melangkah keluar dari ruangan nya.
Di pintu dia melihat Daniar menatap kearah nya dengan tatapan heran, "kau mau kemana Chi?" tanya nya.
"kerumah orang tua ku, mereka memanggil ku!" jawab Yuanchi Juan sambil melangkah menuju kearah lift khusus.
Mendengar itu, nampak Daniar termenung sesaat, lalu sekilas terlihat senyum aneh terbit di sudut bibir wanita cantik itu.
Daniar bukanlah wanita lajang, dia sudah punya suami bernama Iwan seorang anggota polisi dan dua orang putri cantik berusia lima dan tiga tahun.
Agak lama juga Yuanchi Juan di jalanan, maklum saat jam jam sibuk.
Namun akhirnya setelah berkutat cukup lama, mobil Pajero sport itu berbelok memasuki pekarangan sebuah rumah yang cukup besar.
Yuanchi Juan segera keluar dari mobil nya, dan bergegas masuk kedalam rumah besar itu.
Di ruang tengah, nampak Antonius Juan papah nya dan Anita Kim, mamah nya sedang duduk menanti diri nya dengan wajah garang.
Dibelakang papah nya, berdiri dua orang bodyguard yang selalu mengiringi sang papah kemana saja dia pergi.
"Hai pah!, mah!, mat pagi ada apa sih mah?" tanya Yuanchi Juan heran.
"Duduk!" terdengar bentakan dari papah nya.
"Ada apa sih pah?" tanya Yuanchi Juan sambil duduk di depan kedua orang tua nya.
"Katakan dengan jujur, apa benar kau sudah menjadi seorang muslimah sekarang nuna?" tanya tuan Anthonius Juan seraya menatap kearah Yuanchi Juan dengan mata melotot.
Yuanchi Juan terhenyak kaget, begitu cepat kabar diri nya pindah keyakinan itu sampai ketelinga kedua orang tua nya.
"Katakan! Benar apa tidak?" tanya Anthonius Juan dengan suara setengah berteriak.
"Ya papah!, nuna memang sudah menjadi seorang muslimah saat ini!" ucap Yuanchi Juan jujur mengakui semua nya.
"Plak!" ....
Tamparan telapak tangan Anthonius Juan mendarat di pipi kiri Yuanchi Juan hingga menyisakan bekas memerah.
"Anak kurang ajar!, sekarang juga tinggalkan keyakinan baru mu itu, dan kembali pada agama kita, kau harus bertaubat nuna!" bentak Anthonius Juan.
"Tidak papah!, Nuna tidak akan meninggalkan keyakinan Nuna ini papah!" sahut Yuanchi Juan sambil memegang pipi nya yang terasa panas.
"plak!" ....
"Plak!" ....
Dua kali tamparan telapak tangan Anthonius Juan kembali mendarat dipipi kiri dan kanan Yuanchi Juan, membuat kini kedua pipi kanan dan kiri wanita cantik itu menjadi biru lebam.
"Nuna!, turuti kata kata papah mu itu Nuna, jangan terus menerus jadi seorang pembangkang!" teriak Anita Kim.
"Tidak mamah!, Nuna tidak bisa, nuna sudah sangat nyaman dengan agama yang Nuna anut sekarang ini, maaf Nuna tidak bisa mah!" sahut Yuanchi Juan bersikeras.
"Plak!" ....
"Plak!" ....
"Buk!" ....
"Buk!" ....
Dua kali tamparan telapak tangan dan dua kali tendangan kaki Anthonius Juan mendarat di tubuh Yuanchi Juan, hingga membuat wanita itu jatuh tersungkur ke lantai.
"Katakan sekarang, kau mau kembali pada keyakinan kita, atau kekeuh bertahan dengan keyakinan kafir mu itu?" bentak Anthonius Juan.
"Allahu Rabbi!, Allahu Rabbi, aku bersaksi tidak ada tuhan lain yang wajib disembah, kecuali Allah!" itulah jawaban yang keluar dari bibir Yuanchi Juan.
"Plak!" ....
"Buk!" ....
"plak!" ....
"Buk!" ....
Kini tamparan tangan dan tendangan kaki silih berganti mendarat ditubuh Yuanchi Juan.
Anita Kim seperti kehilangan hati manusia nya, melihat sang putri dianiaya papah nya, bukan nya merasa kasihan dengan anak yang dia lahirkan dengan pertaruhan nyawa itu, malahan ikut menjambak rambut panjang Yuanchi Juan, melayangkan kaki dan tangan nya kearah tubuh wanita cantik jelita itu.
"Hasbunallahi wa ni'mal waqil!" hanya itulah yang terucap dari bibir Yuanchi Juan yang sudah pecah berdarah itu.
Mendengar ucapan ucapan yang keluar dari bibir Yuanchi Juan itu, seperti bara disiram pertalite, kemarahan sepasang suami istri itu semakin menjadi jadi. Tanpa sedikitpun ada rasa kasihan, kaki tangan mereka mendarat di berbagai bagian tubuh Yuanchi Juan.
Mbok Jumroh, seorang pembantu rumah tangga pengasuh anak anak Anthonius Juan semenjak masih bayi itu, menatap kearah nona muda nya yang dia asuh sedari bayi merah itu dari arah pintu dapur dengan air mata yang mengalir membanjiri kedua pipi keriput nya.
Hati nya benar benar hancur melihat putri yang dia asuh sedari bayi merah itu kini tergolek bersimbah darah di hadapan nya.
Di Mantap kan nya hati nya, dia berlari menubruk tubuh Yuanchi Juan, melindungi nya dengan tubuh nya sendiri, hingga tubuh nya ikut jadi sasaran pukulan dan tendangan sepasang suami ku stri yang sedang kesetanan itu.
"Tuan!, nyonya! Sudah lah, hentikan tuan!, nona muda bisa mati nanti!" teriak mbok Jumroh menangis.
"Tidak!, aku memang akan membunuh nya, anak tidak tahu diuntung kini harus kubunuh!" sahut Anthonius Juan sambil kembali menyiksa tubuh Yuanchi Jua.
"Jangan tuan!, tuan bisa dihukum mati juga nanti!" seru mbok Jumroh berharap tuan dan nyonya nya jadi takut dengan kata kata nya.
Rupanya ucapan dari mbok Jumroh itu sedikit banyak, menggugah sedikit kesadaran dihati Anthonius Juan, sehingga bersedia menghentikan siksaan nya.
"A Cong!, Jong Kok!, seret dan ikat dia di dalam gudang!" perintah tuan Anthonius Juan pada kedua bodyguard nya.
Kedua pria itu segera mengangkat tubuh Yuanchi Juan yang sudah tidak berdaya itu ke belakang rumah, menuju kesebuah gudang tempat menyimpan barang barang bekas.
kedua nya mengikat Yuanchi Juan di sebuah pilar di tengah tengah gudang itu.
"Ambilkan se ember air!" perintah Anthonius Juan pada kedua bodyguard nya.
A Cong segera berlari mengambil se ember air.
"Byurr!" ....
Setelah ember air itu disiramkan ketubuh Yuanchi Juan hingga wanita cantik itu tersadar kembali dari pingsan nya.
"Sekarang bagai mana pendirian mu nuna?, masihkah kau bersikeras dengan keyakinan baru mu itu?" tanya Anthonius Juan.
"Hasbunallahi wa ni'mal waqil!" sahut Yuanchi Juan dengan suara lemah.
"Ya Allah!, tuhan pemilik seluruh alam semesta yang ku yakini, ku pasrahkan seluruh hidup dan mati ku dalam genggaman mu, aku Ridha engkau Tuhan ku" ucap hati Yuanchi Juan penuh kepasrahan.
Rupa nya tuan Anthonius Juan bukan nya sadar, hanya berpindah tempat doang. Kali ini ditangan nya sudah tergenggam sebuah cambuk.
"Ctar!" ....
"Ctar!" ....
"Ctar!" ....
"Ctar!" ....
Empat kali lecutan cambuk mendera tubuh Yuanchi Juan tanpa rasa belas kasihan lagi.
"Katakan lagi jika kau tetap bertahan dengan keyakinan baru mu itu!" bentak Anthonius Juan berang.
"Allahu Rabbi, hasbunallahi wa ni'mal waqil!" hanya itu yang terucap dari bibir Yuanchi Juan yang sudah pecah berdarah.
Mendengar jawaban yang keluar dari mulut Yuanchi Juan itu, kemarahan di hati Anthonius Juan semakin menjadi jadi.
"Baiklah, mulai sekarang, kau bukan bagian dari keluarga Juan lagi, dan semua fasilitas yang pernah kami berikan kepada mu kami tarik kembali, termasuk jabatan mu sebagai CEO perusahaan dan pemilik saham!" ucap Anthonius Juan.
"Hasbunallahi wa ni'mal waqil!" ucapan itulah sebagai jawaban dari ancaman Anthonius Juan pada Putri nya.
"kurang ajar!" teriak Anthonius Juan mengambil gunting listrik lalu mencukur gundul rambut Yuanchi Juan tanpa belaskasihan lagi.
Di sekujur tubuh Yuanchi Juan kini penuh dengan Balur Balur merah ke biru biruan, bahkan ada sebagian yang merobek kulit putih nya.
Mbok Jumroh kembali berlari masuk kedalam gudang, memeluk tubuh dara asuhan nya semenjak bayi merah itu.
"Hentikan tuan! Hentikan, tuan boleh ambil nyawa saya sebagai ganti nya, tetapi bebas kan nona muda Juan tuan!" jerit mbok Jumroh sambil menangis, melindungi tubuh Yuanchi Juan dengan tubuh nya sendiri, hingga lecutan cambuk tuan Anthonius mengenai diri nya.
Tapi wanita tua ini sudah bertekad, dia akan melindungi nona muda nya yang dia pelihara semenjak bayi merah itu, meskipun dengan nyawa yang harus melayang.
Allah maha mengatur segala nya, saat lecutan cambuk bertubi tubi menghantam tubuh Yuanchi Juan dan mbok Jumroh, tiba tiba handphone di saku celana Anthonius Juan berbunyi.
Setelah melihat ke layar handphone nya, Anthonius Juan segera melepaskan cambuk nya, dan pergi ke luar gudang seraya berpesan pada kedua bodyguard nya, "kalian awasi Nuna, awas jang dibebas kan dia!" ucap nya buru buru keluar sambil berbicara di telepon dengan bahasa inggris.
Sedangkan A Cong dan Jong Kok memilih keluar dari gudang, dan duduk di samping pintu gudang seraya menyala kan rokok dan menghisap nya, lalu menghembuskan asap nya keudara.
"Mbok Jumroh, kenapa ini mbok lakukan?, seharus nya mbok biarkan mereka membunuh Anchi, Anchi sudah ikhlas mbok, biar mereka puas melakukan nya" ucap Yuanchi Juan lemah.
Mbok Jumroh memeluk tubuh Yuanchi Juan erat erat, "tidak! non, tidak!, meskipun harus kehilangan nyawa, mbok tidak akan membiarkan mereka menyakiti non Anchi, kau kesayangan mbok, mbok jaga sedari bayi merah hingga sekarang, mbok lebih memilih nyawa mbok lepas demi hidup non Anchi, mbok ikhlas non!" tangis mbok Jumroh memeluk tubuh Yuanchi Juan yang tersandar di pilar dengan lemah.
"Ya Allah, hamba terima ujian ini ya Allah, kuatkan dan ikhlas kan hati hamba, hanya kepada mu lah hamba sandarkan mati dan hidup hamba ini!" ucap lemah Yuanchi Juan membuat tangis mbok Jumroh terisak pilu.
"Ya Allah!, berat nian ujian mu ini, kuatkan hati non Anchi ya Allah!" ratap mbok Jumroh disela Isak pilu tangis nya.
"Mbok!, pergilah ke bengkel mobil Jaya motor, temui seorang pemuda bernama Ridho, ceritakan semua nya tentang Anchi, semoga doa bisa menolong Anchi mbok!" bisik Yuanchi Juan di telinga wanita tua itu.
Dengan menyusut air mata nya, mbok Jumroh bangkit berdiri, berjalan keluar dari gudang itu di iringi tatapan acuh dari A Cong dan Jong Kok.
...****************...