Dominict Seorang jendral kerajaan yang diam-diam jatuh cinta pada tuan putri namun gengsi untuk menyatakan perasaanya hal hasil Dominict jadi sering menggoda Tuan Putri. Dominict akan melakukan apapun untuk Tuan Putri_nya, pencemburu akut. Tegas dan kejam Dominict hanya lembut pada gadis yang ia cintai. Akan murka ketika sang Putri gadis pujaannya melakukan hal yang berbahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni Luh putu Sri rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Selama Putri Ana berada di kantor Dominict, Putri Ana membatu Dominict untuk mengobati lukanya. sesekali Putri Ana melihat Dominict meringis kesakitan.
" Apa... rasanya sakit? "
" Mm.. Sedikit. "
Dominict menjawab dengan anggukan pelan, masih tampak raut kesakitan di wajahnya.
" Ana? "
" ya. "
" aku ingin tanya sesuatu padamu. "
" Apa itu? Katakan saja. "
Sesaat Dominict terdiam, ia tampak memikirkan tentang bagaimana ia akan menyampaikan pertanyaannya pada pada Tuan Putri.
" Kenapa kau diam? " Tanya, Putri Ana lagi.
Perlahan Dominict menghela nafas panjang mencoba merangkai kalimat agar Putri Ana tak tersinggung dengan pertanyaannya nanti.
" Apa kau tidak akan marah jika aku mengatakannya? " Dominict mencoba meyakinkan.
" Eh?! Jangan bilang kalau ini tentang pernikahanmu! " Putri Ana mulai tampak kesal dengan sikap Dominict.
" Pernikahan?! Pernikahan apa? " Dominict balik bertanya tampak tak mengerti dengan yang di maksud oleh Putri Ana.
" Bukannya tempo hari kau memberikan surat undangan pernikahan resmi dari keluargamu? "
Putri Ana menegaskan surat yang ia terima dari Sebastian yang katanya surat itu dari Dominict.
" ffftt!! Jadi, kau tidak membacanya? " Dominict tertawa geli.
" Kenapa kau tertawa? "
Sesaat Dominict menghentikan tawanya.
" Kau ingat? Ayahku memiliki saudari perempuan dan telah menikah dengan seorang pejabat di kota, dia memiliki seorang putra dan putranya itu yang akan menikah. Jadi, selama ini kau mengira aku yang menikah? "
Jelas Dominict panjang lebar. Putri Ana yang mendengar jawaban Dominict tampak terkejut dan malu karena selama ini ia tak membuka sama sekali surat undangan pernikahan itu dan langsung berpikir bahwa Dominict lah yang akan menikah.
" Tapi... Gadis waktu itu siapa? " Tanya, Putri Ana lagi.
" maksudmu Isabella? "
" Iya, gadis yang kau temui di gerbang istana. "
" Dia adalah calon istri dari sepupuku yang akan menikah. Dia menemuiku karena dia ingin agar kau datang ke pesta pernikahan mereka. Karena Isabella mengagumimu jadi, dia ingin aku menyampaikan permintaannya padamu, agar kau hadir di pernikahannya. " Jelas, Dominict lagi.
" Lalu, gaun dan cincin pernikahannya? " Tanya, Putri Ana lagi.
" Oh.. Itu, Isabella memintaku membuat gaun pengantin yang mirip dengan gaunmu. Jadi, aku meminta penjahit istana untuk membuatkannya gaun agar mirip dengan yang kau pakai. "
Sesaat Dominict tampak berpikir.
" Oh.... Aku paham sekarang. Jadi ini alasanmu menghindariku dan sulit di temui. Kau cemburu, ya? Mengira aku yang akan menikah?" Kata, Dominict mulai menggoda dengan senyuman nakal.
Sontak Putri Ana terkejut dengan perkataan Dominict, yang bilang bahwa ia cemburu.
Dengan cepat dan keras Putri Ana mengayunkan tangannya dan mendaratkan sebuah pukulan telak di punggung Dominict yang terluka akibat hukumannya di hari itu.
Seketika Dominict tersentak dan berusaha menahan agar tak berteriak sambil menahan sakit di punggungnya sampai ia harus memegang sudut meja dengan kuat karena saking sakitnya.
" Apa yang kau lakukan?! Kau ingin membunuhku, HAH!! " Bentak, Dominict meringis kesakitan.
" Habisnya.. Aku pikir kau akan benar-benar akan menikah. "
" Aku tidak punya waktu untuk memikirkan wanita karena kau! Kau selalu membuat masalah jadi mana sempat aku memikirkan diriku. "
Meski terlihat kesal sejujurnya Putri Ana merasa sangat senang setelah mengetahui bukan Dominict yang menikah, ia tak bisa menyembunyikan senyuman bahagia di bibirnya.
Diam-diam Dominict memperhatikan pantulan bayangan Putri Ana di kaca jendela dan melihat senyuman tersamar di bibir Sang Putri.
" Sebaiknya cepat selesaikan sebelum ada yang datang kemari, dan melihat anda di sini, Yang Mulia. " Ucap, Dominict.
Sesaat Putri Ana berhenti membersihkan luka Dominict.
Dominict merasakan tangan Putri Ana berhenti menyentuh punggungnya dan membuatnya mulai bertanya-tanya dalam hati apa ia salah bicara atau mungkin ada yang lain.
" Ada apa? Yang Mulia? " Tanya Dominict.
" Tidak ada apa-apa. Dominict... aku... Maafkan aku... "
Dominict yang sedari tadi memperhatikan ekspresi Putri Ana dari pantulan bayangan Putri Ana di kaca jendela, terlihat jelas ia tampak sedih dan memperlihatkan raut penyesalan di wajahnya.
" Kenapa anda minta maaf, Yang Mulia? "
Dominict berusaha terlihat biasa saja dan tak begitu memperlihatkan ekspresinya.
" Gara-gara aku kau di hukum seperti ini... Aku benar-benar minta maaf. "
" Tidak perlu minta maaf. Itu juga salahku. " Jawab, Dominict.
" Sebaiknya cepat anda selesaikan, Yang Mulia. " Lanjut, Dominict meminta Putri Ana untuk cepat menyelesaikan pengobatannya.
Kemudian Putri Ana menuruti permintaan Dominict, ia mempercepat proses pengobatan luka di tubuh Dominict.
Setelah membalut luka di tubuh Dominict, Putri Ana keluar dari ruangan kantor Dominict dari jendela awalnya saat Putri Ana masuk kedalam kantor Dominict dan pergi dari biro militer dengan mengendap-endap.
~o0o~
Beberapa hari kemudian setelah terahir kali Putri Ana bertemu dengan Dominict. Setelah hari itu Putri Ana sudah tak pernah bertemu dengan Dominict lagi, bahkan Putri Ana hampir tak pernah melihat Dominict di istana.
Dan begitupun dengan Dominict, ia mulai menyibukkan diri dengan tugas-tugas kerajaan dan melatih pasukan kerajaan di luar istana.
Meskipun begitu terkadang diam-diam Dominict masih sering memperhatikan dan mengawasi Putri Ana dari kejauhan hanya untuk memastikan keadaanya, karena bagaimanapun itu masih menjadi tugasnya sebagai Jendral Istana.
Hingga di beberapa minggu sebelum pernikahan sepupunya, Dominict menerima tugas ke perbatasan kerajaan dan di tugaskan untuk sementara di sana bersama pasukan istana yang baru saja di lantik untuk melakukan tugas pertama mereka di perbatasan kerajaan.
" A.. Apa?! Dominict akan berangkat hari ini? "
Putri Ana yang di beri tahu oleh Sebastian tenang keberangkatan Dominict ke perbatasan tampak terkejut karena ia tak di beri tahu apapun sebelumnya.
" Iya, Yang Mulia. "
Sebastian yang melihat Putri ada tampak sedih karena tak bisa mengucapkan salam perpisahannya karena telah mendapatkan larangan untuk bertemu dengan Dominict karena kesalahannya sebelumnya Samapi Dominict harus menerima hukuman berat.
" Em.. Yang Mulia. jika anda mau anda masih bisa melihatnya dari balkon. " Kata, Sebastian lagi melihat tak tega pada Tuan Putri-nya yang tampak sedih.
Sesaat Putri Ana tampak mempertimbangkan hal itu, untuk melihat Dominict sebelum ia berangkat.
" Ta...tapi, Sebastian... "
" Toh, dari jauh, kan? Jadi tidak apa-apa. " Jawab, Sebastian sambil tersenyum hangat.
Sesaat Putri Ana mulai merasa bersemangat, kemudian bergegas menuju balkon utama istana yang langsung menghadap ke gerbang istana. Dari sana Putri Ana melihat Dominict dan pasukannya sedang bersiap sebelum mereka berangkat.
Sementara itu Dominict, diam-diam memperhatikan balkon utama tampak ia juga mengharapkan Putri Ana akan datang dan mengucapkan salam perpisahan padanya. Dan benar saja sesaat sebelum Dominict melangkahkan kudanya bersama dengan pasukan istana ia melihat Putri Ana sampai di balkon utama tampak ia sangat terburu-buru.
Dalam hati Dominict merasa senang ketika melihat Putri Ana akhirnya tiba di sana. Kemudian Dominict memberikan surat pada penjaga dan memintanya memberikan surat itu langsung pada Putri Ana.
dengan sigap penjaga istana pergi ke balkon utama tempat Putri Ana berdiri. Dari gerbang istana Dominict memberi isyarat kepada Putri Ana agar membaca suratnya lalu Dominict mempersiapkan pasukannya menuju perbatasan.
Kemudian Putri Ana yang menerima surat terakhir Dominict membaca surat itu dengan hati-hati.
" Yang Mulia, Pertemuan kita mungkin sesingkat asa, namun memiliki makna sedalam samudera... Di kehidupan selanjutnya aku akan menjadi bayangan mu, menjaga mu dari segala derita. Jaga dirimu, sampai jumpa di kesempatan lain yang Tuhan berikan untuk kita.
Jika aku masih bisa kembali pada mu, izinkan aku untuk melihat senyuman mu sekali lagi.
Dan aku harap kau mau memaafkan ku, jaga dirimu dengan baik selama aku pergi.
Dominict "
Putri Ana yang membaca isi surat Dominict tampak terharu dan memeluk surat itu di dada sambil melihat Dominict yang pergi keluar dari gerbang istana.
Meski hatinya berat melepas pergi pria yang selama ini ia cintai secara diam-diam. Dengan pelan Putri Ana melambai kecil pada Dominict yang masih menatapnya dari gerbang istana sebagai tanda perpisahan.
Dominict yang melihat lambaian tangan Putri Ana membalasnya dengan senyuman sebelum akhirnya ia melangkahkan kudanya ke luar gerbang istana bersama pasukannya.
Bersambung.......
Pangeran Benedict juga ok 🫨 bingung