Zira terjebak dalam tawaran Duda saat dimalam pertama bekerja sebagai suster. Yang mana Duda itu menawarkan untuk menjadi sugar baby dan sekaligus menjaga putrinya.
Zira yang memang sangat membutuhkan uang untuk biaya kuliah dan juga biaya pengobatan bibinya terpaksa menerima tawaran gila itu.
"Menjadi suster anakku maka konsekuensinya juga mengurus aku!" Ucap Aldan dengan penuh ketegasan.
Bagaimana cara Zira bertahan disela ancaman dan kewajiban untuk mendapatkan uang itu?
follow ig:authorhaasaanaa
ada visual disana.. ini Season Dua dari Pernikahan Dadakan Anak SMA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
00013
“Aku tidak ada ikut campur, hanya ingin Aila mendapatkan kasih sayang darimu. Sudah itu saja!” bantah Zira akan penilaian Aldan yang sangat salah itu.
Aldan menatap tajam Aila yang kini memeluk erat Zira. “Ingat, aku tidak suka melihat anak itu dekat-dekat denganku. Jangan sembarangan memasukkan orang didalam kamarku!” Peringatan Aldan cukup tegas di pendengaran Zira dan Aila.
Pria itu melangkah pergi memasuki bathroom, disaat itulah Aila menangis dalam pelukan Zira. Meskipun tidak ada suara tangisan tapi Zira dapat merasakan jika Aila menangis histeris. Bagaimana tidak menangis? Kata-kata Aldan tadi sangat menyakitkan.
“Sayang..” Zira berjongkok hingga berhadapan dengan Aila yang duduk di pinggir ranjang. “Jangan dengarkan apa yang Papamu katakan tadi.. Jangan sedih, Mama sudah buatkan nasi goreng spesial buat Aila. Suka tidak?”
Aila menghapus air matanya, ia mengangguk mengucapkan terimakasih pada Zira lalu melangkah pergi. Tidak ada kata apapun mungkin karena masih sangat kecewa dengan apa yang Aldan katakan.
“Duda itu memang mau kena!” Zira kesal sendiri dengan Aldan jadinya. Memikirkan hal apa yang harus dilakukan agar Aldan tidak semena-mena seperti itu kepada anaknya sendiri.
•
“Mama, Aila berangkat yaa..” ucap Aila, ia menyalami tangan Zira tidak lupa cium pipi kanan dan kiri. Setelah itu berlari menuju pak supir yang siap mengantarkan ke Sekolah, Zira memperhatikan kepergian Aila diambang pintu masuk.
“Zira!” Suara itu membuat senyuman Zira langsung memudar.
“Kena Lo duda tantrum, lihat aja!” Zira berusaha tersenyum agar tidak terlihat niat jahatnya. Zira melihat Aldan yang sudah duduk di meja makan dengan menatap kearahnya.
“Kau dari mana?” tanya Aldan, ia menarik tangan Zira kala wanita itu dekat dengannya. “Bagaimana, milikmu masih sakit tidak?” tanya Aldan lagi sambil mengecup bibir Zira berulang kali.
Ayolah, Zira merasa risih melihat Aldan yang suka kali mencium atau melakukan apapun pada tubuhnya. “Hentikan, Tuan.. Malu dilihat pelayan lain,” Zira ingin menghindar tapi Aldan malah mengarahkan Zira untuk duduk di pangkuannya.
Sungguh sebenarnya Zira tidak tahu mengapa Aldan sangat memiliki sifat yang berbeda pada setiap manusia. Kalau dengan orang lain Aldan selalu cuek dan sok cool, tapi disaat dengan Zira malah mesum dan menyebalkan.
“Ada kursi lain loh disana,” ucap Zira dengan tangan menunjuk ke arah kursi yang sangat siap untuk ia duduki.
“Lalu?”
“Ya lepaskan aku, Tuan. Aku mau duduk disana,” Zira ingin bangkit tapi lagi dan lagi Aldan memaksanya untuk tetap duduk.
“Enakan duduk dipangkuanku lah, bisa dapat kecup kecup begini haa..” Aldan terus mencium pipi Zira terus menerus. Sampai Zira sangat kesal jadinya, karna Aldan benar-benar menyebalkan.
“Selama ada aku.. Kursi itu tidak berguna untukmu,” ucap Aldan lagi, ia mendaratkan dagunya pada bahu Zira. Dari samping Aldan dapat melihat Zira yang tengah kesal, sekalipun sedang sibuk mengoles roti dengan selai itu.
“Nih makan..” Zira memberikan roti yang membuatnya sibuk tadi, Aldan pun menerima roti dari Zira itu.
Disaat itulah kesempatan bagi Zira untuk bangkit dari pangkuan Aldan, ia memperhatikan cara pria itu makan roti hasil buatannya. Pertama ekspresi Aldan biasa saja, tapi lama-lama mulai terlihat menahan pedas yang luar biasa.
“Astaga, pedas!” Aldan bangkit menuju wastafel memuntahkan semua apa yang ia makan dari Zira tadi. Aldan mengambil minum, menenggak habis untuk menghilangkan rasa pedas yang ada.
Sebanyak apapun yang ia minum tetap saja rasa pedas itu tidak hilang malah semakin membara. Aldan terus minum hingga bahkan bajunya basah semua akibat air yang bercucuran.
“Zira!” Aldan murka tentunya, sudah pasti pelaku semua ini adalah Zira.
Sementara sang pelaku sudah kabur ntah kemana, Aldan ingin mengejar tapi langkahnya terhenti karena melihat bekas gigitan roti yang ia makan. Terdapat cabai berwarna merah menyala, pantas saja lidah Aldan seakan mau terbakar.
“Zira!” Teriak Aldan, ia tidak akan mengampuni Zira kali ini.
Sementara itu Zira terus berlari hingga bersembunyi dibalik pohon mangga samping Mansion. Puas sekali ia sudah membuat Aldan termakan cabai itu, itulah yang Aila rasakan akibat kata-kata pedas pagi tadi.
“Zira!” Suara itu mengejutkan Zira, ia memberanikan diri mengintip. Terlihat Aldan yang berdiri dengan pandangan mata kesana kemari seperti mencari keberadaannya.
Dan jangan tanya ekspresi Aldan, tentu saja emosi memuncak dengan tatapan super tajam. “Kau tidak akan lolos dariku pagi ini, keluar dari persembunyian mu!” teriak Aldan dengan sangat kuat.
Zira tertegun tentunya, kalau melihat dari ekspresi wajah pria itu terlihat sekali kalau memang kesal dan sangat kesal malah. Bahkan batu yang tidak bersalah saja ditendang Aldan dengan kekuatan super. Zira menjadi merinding sendiri, seakan-akan ialah batu malang itu.
Dari kejauhan Zira melihat Liam yang sudah datang menjemput Aldan, sehingga Aldan kembali masuk. “Huh.. Aman.. Setidaknya duda itu akan pergi bekerja, semoga lembur..” ucap Zira, ia tersenyum puas dengan bersandar pada pohon mangga tersebut.
~
Liam heran melihat bibir Aldan yang memerah dan bahkan sedikit bengkak. “Tuan, ganas sekali ya Nona Zira?” tanya Liam dengan keterkejutan diwajah tampannya.
Aldan menghela napas panjang. “Kau tahu, Zira memberikan cabai pedas di roti yang aku makan. Inilah akibatnya,” jelas Aldan.
Sudah pasti Liam ingin tertawa mendengarnya, Zira memang sangat cocok dengan Aldan. “Kalau mau tertawa, ya tertawa saja, Liam..” ujar Aldan.
Ada maksud dari perkataan Aldan itu, eh malah Liam tidak mengerti. Malah tertawa kencang sepuas-puasnya, karna memang ekspresi Aldan sungguh lucu ditambah bibir yang dower itu.
“Baiklah, sepertinya ada yang tidak mau gajian bulan ini,” ucap Aldan.
Seketika tawa Liam terhenti, tergantikan dengan ekspresi wajah serius. “Maafkan aku, Tuan..” ucap Liam yang mana hanya mendapatkan tatapan malas saja dari Aldan.
Aldan masih sangat kesal dengan Zira, ia belum puas kalau tidak balas dendam. “Lihat aja, bakal kubuat memohon!” gumam Aldan didalam hati. Sifat jahil dan semena-mena memang sudah ada sejak lahir dalam diri Aldan.
“Kenakalan mu, aku anggap keinginan untuk berhubungan lebih lama lagi. Awas aja,” ucap Aldan didalam hati sambil melangkah pergi untuk menuju mobil Liam yang sudah menunggu.
dah sakit aja baru
tp kenapa yaaaa...si aila bisa seegois ituu 😞🙈pdhl dh liat tuhh papa nya nangis bombay di tgl ultahnya aila