NovelToon NovelToon
JAEWOO WITH LOVE FANFICTION

JAEWOO WITH LOVE FANFICTION

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Ketos / Dosen / Poligami / Mafia
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Withlove9897_1

kumpulan fic Jaewoo

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Withlove9897_1, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

[Hoc Est Homo] Parte 009

...* * *...

Waktu seakan berlalu begitu cepat, beberapa hari yang menyiksa Jaehyun lewati tanpa konklusi yang berarti. Yang dia lakukan hanya mengulang sesuatu yang dia lakukan di hari sebelumnya, terkesan monoton.

Kadang Jaehyun menemukan dirinya berpikir dalam suatu putaran yang tidak ada hentinya. Topiknya sama, laki-laki itu.

Dia bisa gila kalau begini. Dia tidak bisa memikirkan hal yang sama secara berulang-ulang. Dia tidak bisa terus-terusan menengok ke sudut yang sama dan kecewa karena tidak melihat orang yang ingin dia lihat. Kim Jungwoo.

Apa artinya?

Apa dia benar-benar tidak akan pernah bisa terbiasa tanpa laki-laki itu?

"Tidak mungkin! Lucas tidak akan jatuh dua kali dalam lubang yang sama. Gosip yang kau dengar itu tidak masuk akal."

Telinga Jaehyun yang sedang sensitif, mendengar nama dari laki-laki yang pernah Jungwoo kencani disebut-sebut tidak bisa membuat Jaehyun tenang.

"Tidak masuk akal bagaimana? Lucas jelas-jelas ngobrol berdua dengan lelaki menjijikkan itu. Lihat saja sekarang kalau tidak percaya! Mereka tertawa-tawa! Aku melihatnya dengan mata kepalaku sen-"

"Kau melihat apa?" mulut Jaehyun tiba-tiba terbuka tanpa dia inginkan, menatap lurus kedua orang perempuan yang kini sedang terkejut balik menatapnya.

"I-Itu Lu...Lucas sedang berdua dengan-"

"Dengan?!" Jaehyun bertanya dengan tidak sabar.

"Kim Jungwoo."

Sialan!

"Dimana?!" tanpa Jaehyun sadari, nadanya menyentak.

"Kebun belakang sekolah." Dan Jaehyun merasa matanya perih tiba-tiba karena panas tubuhnya yang seketika meninggi. Tidak bisa lebih dari ini.

Jaehyun berderap meninggalkan mejanya yang acak-acakan.

Dia tidak peduli lagi! Dia harus memukul seseorang sebelum dia benar-benar gila.

Tidak ada artinya beberapa hari ini dia begitu keras berpikir, sementara orang yang dia pikirkan, sedang bersama seseorang yang harusnya dia benci. Terakhir kali Jaehyun ingat, Jungwoo sama sekali tidak mau bertemu dengan Lucas sialan itu.

Tapi kenapa sekarang mereka bertemu?

Kenapa sekarang mereka tertawa-tawa?

Dan kenapa harus… di kebun belakang sekolah tempat dia dan Jungwoo biasa menghabiskan waktu?

Langkah kaki Jaehyun berhenti tepat ketika dia melihat sesuatu yang membenarkan perkataan siswi di kelas tadi. Kim Jungwoo dan Wong Lucas benar-benar ada disana. Dan Jungwoo… dia tertawa.

Damn! SIALAN!

***

"Itu semua gara-gara kau mengatakan hal-hal yang tidak perlu. Selalu menyebut namanya bagaimana? Aku hanya menyebut nama Renjun sekali waktu aku tidur denganmu itupun karena waktu itu aku sedang mabuk, kau tahu it-"

BUAGGHH!

Suara seseorang memukul batang pohon membuat Jungwoo berjengit kaget, matanya melebar, terlebih ketika melihat siapa yang ada dibelakangnya.

"Jangan tertawa." Katanya laki-laki berambut hitam itu, tampak kacau.

"Apa yang kau—" belum sempat Jungwoo menyelesaikan kata-katanya, pergelangan tangannya sudah dicengkeram dengan keras oleh Jaehyun.

Apa yang harus Jungwoo lakukan? Dia tidak bisa memikirkan apapun, semuanya terjadi begitu cepat.

"Jangan tertawa karena orang lain selain aku." Katanya lagi, perkataan Jaehyun benar-benar membuat Jungwoo tidak percaya dengan sistem kerja telinganya.

Apa dia salah dengar? Apa Jaehyun benar-benar mengatakan persis seperti apa yang Jungwoo dengar?

Bersamaan dengan itu, Jungwoo merasakan sakit pada pergelangan tangannya.

Dia meringis, Jaehyun mencengkram pergelangan tangannya dengan kuat.

"Lepaskan, Jaehyun. Itu sakit" Jungwoo menggigit bibir bawahnya, tidak menyangka kata itu yang keluar dari mulutnya.

Jungwoo menunduk, tidak mau melihat wajah Jaehyun sama sekali.

"Jangan menggangguku lagi,"

"Mengganggu? Aku tidak—"

"Dengar, kita sudah selesai. Oke?" Mengatakannya, Jungwoo menggigit bibir bawahnya makin keras sampai dia sendiri bisa merasakan sakit. Benar, jangan sampai terlena dengan harapan.

"Aku sudah berpikir, aku tidak bisa berhubungan serius dengan siapapun. Jadi jangan ganggu lagi kalau tidak mau hal ini menjadi semakin rumit."

Ada jeda beberapa detik, sampai akhirnya Jaehyun melepaskan tangannya.

Jungwoo tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dia berlari. Menjauh dari sana. Dari Jaehyun, dari Lucas. Dan dari semuanya. Jungwoo melarikan diri lagi.

Sedangkan Jaehyun? Dia hanya bisa terdiam disana, menyadari begitu menyakitkan melihat punggung Jungwoo menjauh darinya.

Akhirnya dia tahu, dia tidak akan pernah bisa terbiasa… tanpa Jungwoo.

Apa sekarang sudah terlalu terlambat?

"Butuh bantuan?"

* * *

Jaehyun menenggak sisa colanya yang tinggal seperempat bagian. Dia duduk di sebuah batu di bawah jembatan tempat dia mencium Jungwoo untuk pertama kalinya. Dan untuk ketujuh kalinya dalam tiga puluh menit ini, Jaehyun melihat jamnya.

Dia tidak yakin akan berhasil. Dulu dia cukup beruntung untuk mendapatkannya, kali ini, siapa tahu keberuntungan sudah bosan padanya?

"Katakan tempatnya dimana dan aku bisa membuat Jungwoo menemuimu. Setelah itu, semuanya tergantung padamu."

"Kenapa kau mau membantuku?"

"Oh, jangan salah sangka. Dia sudah membantuku, jadi aku juga ingin membantunya, meskipun aku tidak meminta bantuannya karena pada akhirnya aku memang benar-benar menyukainya, tapi aku akan membalas kebaikannya dengan kebahagiaan yang mungkin saja bisa ia dapatkan denganmu"

Percakapannya dengan Lucas kemarin masih bisa diingat jelas oleh Jaehyun. Dan sekarang, dia hanya bisa menunggu disini sambil berharap, bahwa keberuntungan yang sama akan kembali memihaknya.

* * *

"Renjun-ah. Kau dimana?" Jungwoo tidak bisa untuk tidak bersungut.

Beberapa puluh menit yang lalu, dia masih memakan apel sambil menonton TV dengan damainya ketika tiba-tiba nomor tidak dikenal meneleponnya, mengaku sebagai lelaki bernama Renjun dan menangis meminta tolong.

Lalu sekarang, berpuluh menit setelahnya, dia ada disini. Tergopoh-gopoh mencari lelaki pendek bernama Huang Renjun yang tidak ada dimanapun.

"Seharusnya ada di sekitar situ." Kata suara yang menjawab telepon Jungwoo.

"Hah?" Jungwoo melongo. Tidak mengerti maksudnya.

Tapi ketika dia melihat seseorang yang berdiri dari duduknya ketika melihatnya, Jungwoo akhirnya paham.

"Lucas sialan! Sialan! Sialan!" Jungwoo mengutuk satu-satunya orang yang bertanggung jawab atas semua ini.

Dia berbalik, ingin lari ketika sebuah tangan sudah keburu menghentikannya.

"Jangan lari." Katanya.

Demi apapun, Jungwoo tidak ingin berbalik. Dia tidak ingin melihat wajah orang yang mengentikan atau segala yang dia rencanakan akan berantahkan.

"Dengar, aku harus pulang sekarang, oke?" Jungwoo tidak berani menoleh.

"Kenapa?" kata suara itu lagi.

Jungwoo menelan ludahnya sambil menyumpah serapah dalam hatinya.

"Jangan banyak bertanya dan biarkan saja aku pergi." Jungwoo tidak tahu lagi harus bagaimana.

"Maaf,"

Satu kata itu, dan Jungwoo sudah ingin menangis. Dia tidak mau lagi terjebak dalam keadaan yang sama dengan dulu. Dia tidak mau!

"Kumohon Jaehyun," tubuh Jungwoo bergetar, memohon dengan segala yang dia bisa pada laki-laki yang masih menahan tangannya.

Memohon agar laki-laki itu mau melepasnya. Tapi Jungwoo tidak mendapatkan apa yang dia mau. Karena kini, seseorang itu malah bergerak dan memeluknya dari belakang.

"Apa yang harus kulakukan untuk membuatmu percaya?" suara Jaehyun yang lirih terdengar tepat di telinga Jungwoo.

"Katakanlah, kumohon." Ucap Jaehyun terdengar putus asa.

Jungwoo mematung dalam posisinya. Pertama kalinya dia melihat Jaehyun seputus-asa ini.

"Aku bukan cinta pertamamu Jaehyun." Kata Jungwoo, berharap dengan itu Jaehyun bisa sadar.

"Aku tahu."

Jungwoo menggigit bibirnya, "Aku laki-laki, bukan perempuan seperti yang kau harapkan"

"Aku tahu, Jungwoo. Dari dulu."

"Lalu apa? Kau bahkan tidak punya alasan untuk bertingkah seperti ini."

Dan sampai sini, Jaehyun melepaskan pelukannya untuk kemudian menarik tangan Jungwoo secara tiba-tiba.

Jungwoo tidak punya pilihan lain selain mengikuti kemanapun Jaehyun membawanya.

Dia tidak tahu dan tidak ingin tahu, sebenarnya. Tapi ketika Jaehyun berhenti tepat ditepi sungai, Jungwoo tidak bisa untuk tidak bertanya-tanya.

"Aku punya alasan." Kata Jaehyun.

"Angkat kepalamu, lihat langit malam ini, dan aku akan menjelaskannya kenapa."

Jungwoo tidak akan terjebak. Dulu Jaehyun juga pernah menunjukkannya sesuatu dilangit, dan itu sudah cukup untuk membuatnya menyerah.

Jungwoo takut kali inipun sama, dia takut dia akan menyerah.

"Apa kau setakut itu untuk bersamaku?"

"Ya." Jawab Jungwoo tanpa mau menyembunyikan perasaannya lagi. Dia terus menunduk, membuat Jaehyun menghembuskan nafasnya.

"Baiklah." Kata Jaehyun, melepaskan genggamannya lalu berjalan sedikit menjauh dari Jungwoo.

"WOOJUNG! KAU DENGAR?" Jaehyun berteriak, menengadahkan kepalanya ke langit, membunuh sepi dalam malam yang harusnya sunyi ini.

Jungwoo tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya ketika nama adiknya disebut.

"DENGAR WOOJUNG, AKU MENEMUKANNYA! AKU MENEMUKAN TEMPAT YANG KUJANJIKAN PADAMU BERTAHUN-TAHUN LALU. AKU MENEMUKAN TEMPAT DIMANA KITA BISA MELIHAT BINTANG YANG BERTABURAN DI LANGIT SEPERTI GULA HALUS!"

"Kau gila Jaehyun!?" sentak Jungwoo, benar-benar tidak habis pikir dengan kelakukan Jaehyun.

"Woojung, dengarkan! Ada satu lagi yang ingin kutunjukkan padamu."

Cukup! Jungwoo tidak mau mendengar lebih dari ini.

Ada yang menusuk-nusuk dalam hatinya setiap Jaehyun menyebut nama adiknya.

Ada yang membuatnya sakit. Dia tidak mau! Dia—

"Orang ini." Jungwoo terdiam ketika dia merasakan genggaman hangat pada tangannya. Jaehyun sudah disampingnya.

"Kakakmu, aku… menyukainya."

Mata Jungwoo melebar. Apa yang didengarnya?

"Dengar, hanya sehari aku mengenalmu, tapi kau mengajari aku apa itu harapan. Aku tidak bisa lebih berterimakasih lagi dari ini." Jaehyun, masih menengadahkan kepalanya kelangit, berbicara lebih pelan, dan masih menggenggam tangan Jungwoo.

"Kau memang cinta pertamaku Woojung, dan selamanya akan begitu. Tapi entah sejak kapan, laki-laki disampingku ini mengambil alih hidupku. Aku mulai memikirkannya, aku mulai resah tanpanya, aku mulai terbiasa dengan kehadirannya, aku sangat mencintainya, jika kau menjadi cinta pertamaku, maka dia akan menjadi cinta terakhirku"

Jungwoo tidak bisa merasakan apa-apa kecuali hangat genggaman tangan Jaehyun. Sedikit demi sedikit, dia tahu apa yang sedang terjadi.

"Hei, Woojung, maukah kau bilang pada kakakmu ini kalau dia berhak bahagia? Kalau—"

"Cukup." Jungwoo mengangkat suaranya, membuat Jaehyun berhenti berbicara.

"Aku mengerti Jaehyun, aku…"

"Kau menangis." Potong Jaehyun, mengusap lembut punggung tangan Jungwoo, mencoba menenangkannya.

Dan Jungwoo tidak pernah membenci dirinya sebesar ini. Dia menyerah, untuk kedua kalinya. Dan dia tidak pernah ingat, kapan dirinya berubah menjadi secengeng ini?

"Kau yang membuatku seperti ini, jadi kalau suatu saat kau meninggalkanku, aku benar-benar akan membunuhmu!" kata Jungwoo, mengusap matanya yang tidak berhenti mengeluarkan air.

Jaehyun mengangkat sudut bibirnya, menatap Jungwoo lalu menciumnya.

Jaehyun mencoba merasakan setiap bagian bibir Jungwoo yang lembut. Jungwoo membalasnya, dan tidak ada yang lebih hebat dari itu.

Jaehyun hampir menyumpah ketika lidah Jungwoo masuk kemulutnya dan bertemu dengan lidahnya.

Jaehyun sangat menyukainya, sensasi panas yang ditimbulkan kedua lidah mereka.

"Sial." Jaehyun akhirnya menyumpah setelah menyadari celananya yang sekarang menyempit, ia tidak sadar miliknya telah bangun sedari tadi.

"Kau… keberatan?" Tanya Jaehyun, menatap Jungwoo lalu menatap celananya sendiri, seolah meminta ijin.

Melihatnya, Jungwoo tertawa terbahak-bahak.

"Oke, tapi jangan disini."

Jaehyun tahu itu artinya iya. Dan biarkan mereka berdua yang tahu apa yang terjadi malam itu.

Jangan jadi reader toxic, tinggalin jejak, silent reader deserve blocked🤓🤓🫵👎🖕

1
🌸 Airyein 🌸
Buset bang 😭
🌸 Airyein 🌸
Heleh nanti juga kau suka. Banyak pula cerita kau woo
🌸 Airyein 🌸
Bisa bisanya aku ketinggalan notif ini
Novita Handriyani
masak iya tiap kali selesai baca harus ninggalin jejak, Thor. saya hadir ✋️
Novita Handriyani
ngga suka cerita sedih
Novita Handriyani
kayaknya pernah baca nih cerita
kebikusi
astaga cerita ini mau dibaca berapa kali kok tetep bikin berkaca-kaca ya, untung banget punya otak pikunan jadi setiap baca selalu ngerasa kaya buat yang pertama kalinya.. NANGIS
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!