Terjebak Cinta Polisi Tampan

Icha tersenyum-senyum sendiri, sambil menatap keluar jendela kaca mobil suaminya.

Ekspresi sang ibu tiri yang membelalak kaget, saat melihatnya mengecup pipi suaminya tadi sembari mendesah singkat, benar-benar sangat lucu baginya.

“Sepertinya kau sangat bahagia?” celetuk suaminya sambil menoleh sebentar ke arah Icha.

Mendengar suara suaminya itu, ia langsung berubah kesal kembali.

“Kenapa sekarang kau cemberut seperti itu? atau jangan-jangan….”

Lelaki yang sedang menyetir mobil itu terlihat sekali menikmati menggodanya, kalau tidak kenapa dia tiba-tiba memotong perkataannya seperti itu.

“Jangan-jangan apa?” tanya Icha sambil menoleh ke arahnya dengan kesal.

“Jangan-jangan kau masih cemburu padaku?” tebak lelaki itu.

“Hah?” teriak Icha bergumam dengan keras, ia begitu terperanjat mendengar ucapan sang suami.

“Aku cemburu sama lelaki mesum kayak kamu?....”

Belum lagi Icha menyelesaikan kalimatnya, ia begitu tersentak kaget melihat ekspresi lelaki itu yang berubah serius, dan langsung membanting setir ke kiri untuk menepikan mobilnya…

Ciiiiit

Sepertinya lelaki itu begitu marah.

“Ini kedua kalinya kamu mengataiku dengan keji tanpa alasan, selanjutnya jika kau melakukannya lagi, aku akan menghukummu…” ucap lelaki itu sambil memonyongkan bibirnya ke arah Icha.

Icha langsung bergidik jijik, sambil mengalihkan pandangannya keluar jendela kaca.

Terlihat gelap tayangan lelaki itu tersenyum di balik kaca jendela tersebut kemudian mulai memegang setir kembali 

‘Masya Allah, bahkan senyumnya seindah itu!’ guman Icha dalam hati yang tanpa sadar terus menatap wajah lelaki itu dari balik kaca jendela tersebut, sambil tersenyum menggigit bibir bawahnya.

“Lihatlah senyummu itu! begitu menggemaskan,” ujar lelaki itu tiba-tiba membuatnya kaget. 

Sontak, Icha menoleh ke arah suaminya sambil merengut tajam.

“Siapa yang tersenyum? aku tidak tersenyum,” jawabnya mengelak dengan sinis.

“Aku tidak sedang membicarakanmu, tapi aku sedang membicarakan diriku dari balik kaca jendela di depanmu itu.”

“Hah?” gumam Icha kaget, bagaimana bisa dia mempunyai suami yang begitu narsis.

“Atau kau sedang mengakui, bahwa kau tadi sedang menatapku dari sana sambil senyum-senyum sendiri,” selidik lelaki itu terus saja menggodanya.

“Fokuslah menyetir! daripada kau menebak-nebak seperti itu,” ujar Icha berusaha menasehati suaminya dengan ketus.

Anehnya lelaki itu malah melirikkan matanya ke depan.

“Apa?” tanya Icha heran.

Lelaki itu kembali melirikkan matanya ke depan.

Perlahan Icha menoleh ke depan dan melihat sekitar.

“Apa? Ini sudah di parkiran?” pikir Icha mendapati mobil itu telah berhenti di parkiran.

Seketika, ia memalingkan muka ke arah lain, sambil mengerjapkan matanya dengan malu.

‘ICHA! bagaimana kau bisa setidak fokus ini? memalukan sekali!’

Ia kemudian menelan ludahnya, dan kembali menghadapi lelaki itu sambil berdehem dua kali.

“A–aku tadi ketiduran, ya ketiduran, jadi tidak sadar kalau sudah sampai.”

Lelaki itu terlihat tidak percaya dan tersenyum nyengir.

“Kau jangan berpikiran macam-macam!” ancam Icha memperingatkan sambil menuding muka lelaki itu.

Tiba-tiba wajah lelaki itu berubah serius, bersamaan dengan tatapannya yang begitu dalam, dan perlahan mendekat ke arahnya seraya berkata, “memangnya apa yang kupikirkan?”

Icha yang begitu gugup, seketika mendorong tubuh suaminya, lalu keluar dari mobil itu sambil membanting pintunya dengan keras 

Lelaki itu terlihat kaget sebentar, kemudian tersenyum menikmati kegugupannya tadi.

Sementara Icha yang sudah berada di luar mobil tersebut, berusaha menahan debaran jantungnya yang bergerak cepat dengan memegang dadanya.

Bahkan nafasnya pun terdengar terengah-engah.

“Hey Icha!”

Icha langsung menoleh kaget ke arah sumber suara yang tengah memanggil namanya itu.

Terlihat Sandra berjalan ke arahnya.

“Aduh mampus gue!” gumam Icha dalam hati sambil menoleh ke dalam mobil suaminya itu.

Dia segera berlari menuju pintu keluar suaminya, dan menahan pintu itu supaya tidak terbuka dengan menyandarkan tubuhnya pada pintu tersebut.

Tampak suaminya itu berusaha untuk membuka pintu mobil.

“Ada apa? apa ada yang salah?” ujar Sandra yang sudah menghampirinya, sembari berusaha menilik ke dalam mobil tersebut.

“Tidak ada apa-apa?” ucap Icha sembari meringis kecut.

“Tapi sepertinya ada yang kau sembunyikan?”

“Tidak ada!” ujar Icha sambil menekan kalimatnya, yang sebenarnya ia sedang berusaha untuk menahan pintu itu yang terus saja berusaha dibuka oleh suaminya.

“Hi Sayang, Ayo kita makan!”

Icha begitu membelalak kaget dan segera menoleh ke belakang, mendengar suara suaminya tersebut yang sepertinya telah berhasil keluar dari mobil.

Harusnya ia tahu bahwa percuma menahan pintu suaminya, padahal pintunya tadi juga tidak terkunci.

“Sayang?” tanya temannya yang tengah berdiri di depannya itu membuat Icha segera menoleh ke arahnya kembali.

Tampak wajah Gadis itu begitu penasaran dan heran.

Apalagi sekarang gadis itu mendekat ke telinganya, sembari berbisik lirih, “apa kalian sudah jadian?”

Icha kembali tersentak kaget, mendapati pemikiran Sandra yang berusaha bermain tebak-tebakan dengannya tersebut.

Bisa Gawat! kalau mulut ember sahabatnya itu memberitahu teman-temannya yang lain.

“Jangan ngawur!” bisik balik Icha.

“Gue cuma berusaha mendekatinya, supaya gue bisa menangkap basah perselingkuhan Si nenek lampir itu dengannya,” lanjut Icha berbisik lirih.

“Oh!” gumam temannya tersebut sambil menatap lelaki mesum itu dengan tersenyum.

“Gimana kita jadi makan kan? atau kamu mau ajak temanmu itu makan sama kita?” tanya suaminya.

“Boleh, boleh!” ucap gadis yang suka makan gratisan tersebut begitu antusias.

“Nggak!” Sela Icha dengan berteriak tiba-tiba, membuat suami dan sahabatnya itu terperangah kaget.

“Kalau mereka ngobrol sekarang, bisa-bisa terbongkar semuanya!” pikir Icha.

Ia langsung menghampiri suaminya itu, dan menggandeng lengannya sembari meringis pelan.

“Kita ke tempat lain saja, aku tidak mau makan bubur ayam sekarang,” ajak Icha.

“Baiklah!” jawab suaminya itu menurutinya tanpa banyak bertanya.

Ia kemudian segera menggandeng suaminya itu untuk masuk kembali ke dalam mobil, saat ia tiba-tiba teringat sesuatu dan melepaskan gandengannya, kemudian menghampiri temannya itu kembali.

“Jangan sampai teman-teman kita yang lain tahu, kalau tidak—habis lu sama gue!” ancam Icha sambil berbisik lirih pada temannya itu.

Namun Sandra hanya tersenyum simpul.

Dia kemudian berbalik mendekatkan bibirnya ke arah telinga Icha, “tapi apa kamu yakin, kamu tidak akan kesengsem sama komandan  satu itu? dia ganteng banget loh!”

“Lu mau mati!” ujar Icha agak keras, membuat suaminya itu yang baru saja membuka pintu mobil dan hendak masuk itu, mengurungkan niatnya. 

Terlihat wajah lelaki itu menatap Icha dengan begitu kaget.

Berbeda dengan Sandra yang malah terkekeh keras.

‘Setidaknya untuk sementara gue aman, masa’ iya saat temen-temen gue semua kuliah, GUE NIKAH!’