Nana adalah kembang desa yang sangat cantik, Ada lima pemuda yang pernah melamar dia dan semua nya di tolak dengan berbagai alasan.
Hingga suatu hari Nana merasakan dada nya sangat sakit luar biasa, Berobat kedokter sudah dan di nyatakan tidak ada kanker payudara. Namun payudara nya sangat sakit, Seminggu kemudian sudah membusuk dan membuat Nana sangat menderita.
Banyak yang menduga bahwa Nana di santet.
Siapa kah yang sudah menyantet Nana?
Mampu kah Nana melawan santet ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Dugaan
Perkumpulan para pemuda mendadak jadi mencekam karena Davin menceritakan kondisi Nana yang sangat memprihatikan, Siapa pun yang melihat nya pasti akan iba karena kembang desa memang sedang sakit parah. Apa lagi sakit nya lumayan aneh sehingga membuat orang yang menjenguk merasa ngeri, Davin yang memang sedikit banyak bisa melihat hal ghaib pun menceritakan sosok yang tak sengaja ia lihat sedang berkeliaran di rumah Nana. Tapi dia tak cerita pada Ibu nya karena tahu Bu Yuni pasti akan langsung tantrum bila mendengar masalah hantu, Baru dengan teman teman nya dia bercerita panjang lebar tentang apa saja yang sudah terjadi di rumah Nana.
"Jadi maksud mu Nana kena santet?!" Hendra sangat kaget.
"Benar, Namun itu hanya dugaan ku saja." Angguk Davin.
"Nasib kembang desa memang jarang yang beruntung, Apa lagi Nana juga sangat sombong." Sahut Ahmad.
"Namun tak seharus nya pula orang itu sampai menyantet Nana, Kalian tak tahu saja bagai mana kondisi dia sekarang." Lirih Davin.
"Kasihan juga ya dia, Siapa yang sudah tega kepada nya?" Andi agak merinding mendengar cerita Davin.
"Kita tidak tahu pikiran orang, Kepala saja yang terlihat sama! Namun kita tak tahu apa isi pikiran manusia, Bahkan bisa jadi pelaku nya salah satu di antara kita." Cetus Hendra.
Semua langsung terdiam karena ucapan Hendra ada benar nya, Memang mereka tak tahu apa yang teman teman nya lain pikirkan. Toh mereka tak bisa membaca pikiran, Bisa jadi memang salah satu du antara mereka yang sudah menyakiti Nana karena hati nya sangat dendam akibat penolakan Nana saat di lamar oleh mereka.
"Mbah nya Davin tu yang bisa buat santet." Cetus Lupi.
"Anjing kau ya, Pi! Biar pun Mbah ku di bilang orang dukun, Tapi aku tak pernah main dukun." Serag Davin marah.
"Jangan asal tuduh saja, Kita tak bisa seenak nya menuduh orang." Ahmad menengahi mereka.
"Ini si Lupi sembarangan saja, Nanti bila di dengar orang malah aku di kira benaran mengirim santet." Davin masih kesal.
"Tapi kan yang melamar Nana sampai dua kali cuma kau, Vin." Tunjuk Hendra.
"Itu tak bisa untuk di jadikan alasan, Kau bahkan sudah tidur dengan nya malah." Sengit Davin.
Hendra terdiam karena memang hanya dia yang pernah menyentuh Nana, Yang mengambil perawan Nana juga dia. Hanya saja Nana menolak ketika Hendra akan tanggung jawab dan menikahi nya, Namun Nana mau ketika di tiduri, Itu lah yang membuat Hendra tak paham dengan pemikiran nya kembang desa itu, Mereka menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih, Namun Nana menolak nya ketika Hendra datang melamar.
"Apa sih? Kau malah bawa bawa masalah itu." Hendra kesal juga.
"Masuk akal omongan Davin, Kan kau yang pernah pacaran dengan nya." Andi di kubu nya Davin.
"Nah iya tuh, Kau setahun kan pacaran dengan Nana." Ahmad juga setuju.
"Apa kalian ini, Tak usah bawa bawa hubungan ku lah." Sewot Hendra.
Semua nya terdiam dalam pikiran masing masing karena masih sibuk menebak siapa yang sudah sakit hati dengan Nana hingga menaruh dendam yang sangat besar dan gelap mata sehingga menyakiti nya separah ini, Pasti orang tersebut sangat sakit hati sehingga nekad untuk memberikan santet.
"Eh ngomong ngomong kok sekarang adik nya Nana tambah cantik ya?" Hendra malah membahas Nani.
"Terus kenapa memang nya, Kau mau ganti pacaran sama dia?" Tanya Lupi.
"Enggak masalah lah, Kan aku juga belum pernah menikah dengan Nana." Jawab Hendra.
"Gila kau ya! Sudah Kakak nya sekarang malah ganti dengan adik." Davin menggeleng kan kepala heran.
"Kalian saja yang terlalu kampung, Di kota banyak kok yang sampai turun ranjang malahan." Hendra berkata serius.
"Terserah kau saja lah!" Ahmad malas mau menanggapi nya.
"Asal jangan Bu Asih saja yang kau pacari, Bis adi cincang sama Pak Irwin kau." Gurau Lupi.
Mereka semua tertawa karena tak mungkin juga Hendra mau menyukai Bu Asih yang sudah tua, Meski dulu nya Bu Asih adalah wanita yang sangat cantik, Namun kecantikan akan pudar di makan usia. Soal cantik tak bisa mau di sombongkan, Karena semua nya pasti akan pudar seiring nya waktu kita hidup di dunia ini. Bila kebaikan tak akan pudar walau kita sudah tua, Karena pada dasar nya sifat baik selalu ada menemani kita, Beda hal dengan kecantikan yang sifat nya tak abadi, Lagi pula apa yang abadi di dunia ini, Semua nya hanya lah titipan dari allah saja, Kita tak pantas untuk menyombongkan nya.
...****************...
Purnama menyediakan makan malam untuk suami nya yang baru pulang dari kota, Zidan memang sering kekota untuk melihat kost milik mereka. Dari sana lah mereka bisa mendapatkan uang untuk makan dan untuk kebutuhan lain nya, Sehingga kehidupan mereka bisa di bilang cukup enak. Rumah pun sudah besar, Mobil ada satu yang terparkir, Purnama tak pernah menggunakan mobil bila berpergian, Dia lebih suka naik motor saja sambil melihat pemandangan. Titisan iblis yang sudah jadi manusia baik ini memang tak pernah bersikap seperti iblis lagi, Siapa pun pasti tak akan menyangka bahwa istri Zidan adalah siluman ular yang sangat bengis.
"Mas mau minum teh atau langsung makan saja?" Tawar Purnama.
"Makan kamu boleh enggak sih? Kita buat adik untuk Zahra dan Zahira yuk." Goda Zidan.
"Masih sore udah mau buat anak saja, Aku enggak mau nambah anak." Tolak Purnama.
"Kalau gitu enggak usah di jadikan, Kita cukup dua saja." Rayu Zidan.
"Ya nanti to, Mas! Sekarang ayo makan dulu, Biar ada tenaga buat ngengkol." Sahut Purnama.
"Tapi benaran ada jatah ku kan malam ini, Jangan sampai kamu malah sibuk sama genderuwo patah hati." Rajuk Zidan.
"Iya, Udah selesai kok urusan ku dengan nya." Angguk Purnama memberikan piring kepada suami nya.
Zidan bahagia sekali karena mendapatkan istri sebaik Purnama, Rasa nya ia tak berhenti bersyukur menikahi Purnama yang bukan manusia ini. Karena manusia sungguhan belum tentu akan sebaik dia, Malah yang ada akan banyak tingkah, Dengan Purnama hanya perlu hati hati saja agar tak sampai di banting bila melakukan kesalahan.
"Mas udah transfer uang kerening mu, Terserah nanti mau kasih Umi berapa." Ujar Zidan.
"Kayak biasa to, Aku enggak pernah kurangi kok." Ujar Purnama.
Memang mereka terbiasa mengirim untuk Umi uang bulanan sebagai bakti kepada orang tua, Lagi pula mereka punya rezeki berlebih sehingga tak ada salah nya memberi orang tua.