NovelToon NovelToon
Menjadi Guru Di Dunia Lain

Menjadi Guru Di Dunia Lain

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Sistem / Akademi Sihir / Penyeberangan Dunia Lain / Elf
Popularitas:9.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ned_Kelly

Arthur seorang guru honorer di sekolah negeri yang memiliki gaji pas-pasan dengan jam mengajar yang tidak karuan banyaknya mengalami kecelakaan pada saat ia hendak pulang ke indekosnya. Saat mengira kehidupannya yang menyedihkan berakhir menyedihkan pula, ternyata ia hidup kembali di sebuah dunia yang sama sekali berbeda dari sebelumnya.

Tetapi uniknya, Arthur kembali menjadi seorang guru di dunia ini, dan Arthur berasa sangat bersemangat untuk merubah takdirnya di dunia sekarang ini agar berbeda dari dunia yang sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ned_Kelly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 13: Home Visit Part 2

Johan sudah, Jade sudah, dan Charlotte pun sudah. Tiga dari enam muridku hari ini sudah mengunjungi rumah mereka masing-masing, menggunakan sihir teleportasi yang baru saja ku pelajari setelah aku tahu aku berafiliasi dengan sihir ber-elemen kegelapan.

Akechi Masamune, marah padaku karena belum dapat giliran. Kami terlalu lama menghabiskan waktu di rumah Charlotte Pennyroyal hingga petang tiba dan jam pelajaran sudah lama berakhir.

“pak guru ! Kenapa aku belum dapat giliran?!” Masamune mendengus kesal sambil melipat tangan di dadanya. “Kita kelamaan di rumah Charlotte tadi!”

Aku hanya bisa menghela napas, merasa bersalah karena kami memang menghabiskan terlalu banyak waktu di kediaman keluarga Charlotte Pennyroyal. “Maaf, Masamune. Tadi situasinya di luar rencana. Tapi besok, aku janji, kita akan lanjutkan kunjungan ke rumah kalian yang belum dikunjungi”

Masamune mendengus, tapi dari sorot matanya, aku tahu dia sebenarnya lega mendengar janji itu. Di sampingnya, Celestine tampak tersenyum lebar meski tidak mengucapkan apa-apa. Sebagai gadis yang bisu, dia hanya bisa mengekspresikan perasaannya melalui gerak tubuh dan tatapan mata.

Melihat Celestine begitu gembira, aku mengangguk untuk meyakinkan mereka. “Iya, besok giliran Masamune, Celestine, dan Elyrde. Aku akan pastikan kalian juga mendapat kunjungan yang sama.”

Celestine memberikan jempolnya dan bertepuk tangan pelan, matanya berbinar bahagia. Masamune akhirnya tertawa kecil melihat temannya yang bersemangat. “Kalau begitu, jangan sampai lupa, pak guru . Besok, kami semua menunggu.”

Di antara mereka, Elyrde yang biasanya lebih pendiam hanya berdiri sambil memegang erat bukunya. Tatapannya menghindar, seolah-olah dia tak terlalu antusias. Dia mengangguk pelan ketika aku menyebut namanya, tapi tak ada senyum yang sama seperti Celestine.

Aku mendekat ke Elyrde dan bertanya dengan lembut, “Kamu tidak apa-apa, Elyrde? Besok kita akan ke rumahmu juga.”

Elyrde menggeleng pelan dan menulis cepat di buku catatannya sebelum menunjukkan tulisannya padaku. “Aku baik-baik saja, pak guru . Terima kasih sudah mau datang...”

Celestine dengan cepat menggenggam tangan Elyrde dan memberikan senyum lembut, berusaha memberikan dukungan tanpa kata-kata.

“Baiklah, semua!” seruku, mencoba menyemangati mereka. “Besok kita lanjutkan, ya? Jadi siapkan diri kalian. Hari ini sudah cukup melelahkan, tapi besok akan lebih seru!”

Mereka mengangguk serempak, masing-masing dengan cara mereka sendiri. Aku bisa merasakan antusiasme mereka meski tak semuanya ditunjukkan dengan kata-kata.

Besoknya, kami bersiap mengunjungi rumah Celestine, gadis bisu yang selalu tersenyum meski jarang berbicara. Begitu tiba di depan rumah besar dan megah milik Count Oxwood, aku merasakan tekanan dari bangunan yang menjulang tinggi, seolah-olah rumah itu sendiri menunjukkan betapa kuatnya posisi keluarga ini di masyarakat.

Celestine terlihat sedikit gelisah, meski tetap menampilkan senyumnya yang biasa. Dia memegang erat tanganku, seolah mencari keberanian sebelum melangkah masuk. Sesampainya di dalam, kami disambut dengan dinginnya interior dan wajah-wajah yang kaku—terutama kakak-kakaknya, yang langsung memandang rendah pada Celestine dengan tatapan meremehkan.

“Celestine, akhirnya kau pulang,” ujar kakak sulungnya, Leontius, dengan nada sinis. “Jadi, ini guru barumu? Tampak tidak terlihat meyakinkan sekali tampangnya"

Aku menahan diri, tak ingin terpancing oleh komentar pedas itu. Sebaliknya, aku membungkuk sopan. “Senang bertemu dengan Anda semua. Celestine adalah murid yang luar biasa di kelas.”

Count Oxwood , ayah Celestine, hanya mengangguk singkat tanpa menunjukkan emosi. “Celestine memang selalu menjadi yang berbeda di antara anak-anakku,” katanya, suaranya datar, seolah putrinya hanyalah seorang yang patut disayangkan, bukan dibanggakan.

Aku berdiri di ruang tamu megah keluarga Oxwood bersama Celestine. Rumah itu dipenuhi lukisan-lukisan keluarga dan ornamen mahal yang memancarkan kekayaan dan prestise. Namun, suasananya dingin dan kaku, seperti hubungan Celestine dengan keluarganya. Di hadapanku, Count Oxwood dan istrinya duduk dengan sikap angkuh, ditemani kakak-kakak Celestine yang memandang adik mereka dengan tatapan meremehkan.

Celestine tampak gugup. Dia bersembunyi di belakangku, menggenggam tanganku erat, mencari kekuatan dalam kehadiranku. Wajah Count Oxwood tampak dingin, menatap Celestine seolah-olah dia hanyalah beban dalam keluarganya.

"Jadi, ini Celestine sekarang?" tanya Count Oxwood dengan nada datar, matanya menatap putrinya dengan kekecewaan yang tersirat. "Gadis yang tak bisa bicara dan tak punya bakat apapun yang berarti bagi keluarga ini?"

Aku menarik napas dalam, mencoba menahan amarah yang berkecamuk. Ini bukan pertama kalinya aku menghadapi orang tua yang tidak bisa melihat potensi anak mereka sendiri, tapi tetap saja, kata-kata Count itu membuat hatiku miris. Celestine, meski diam, adalah gadis yang penuh bakat dan dedikasi.

"Saya mengerti perasaan Anda, Count Oxwood ," kataku dengan tenang, menatap langsung ke matanya. "Tapi saya di sini bukan untuk membicarakan apa yang Celestine tidak bisa lakukan. Saya di sini untuk memberitahu apa yang Celestine bisa dan akan capai. Celestine adalah murid yang sangat berbakat, meski bakatnya tidak seperti yang diharapkan oleh keluarga."

Kakak sulung Celestine, Leontius, menyela dengan tawa sinis. "Bakat? Celestine? Kami belum pernah melihatnya melakukan sesuatu yang layak dibanggakan."

Aku tersenyum tipis, tetap tenang meski ditantang. "Celestine memiliki kemampuan yang mungkin belum kalian lihat sekarang, tetapi saya bisa pastikan, dia memiliki bakat luar biasa yang tidak dimiliki oleh siapapun di sini. Saya berjanji, suatu hari nanti, keluarga Oxwood akan terkejut dengan apa yang bisa dilakukan oleh Celestine."

Count Oxwood menyipitkan mata, seolah menilai ketulusan perkataanku. “Itu janji besar, pak guru . Banyak yang sudah mencoba dan gagal. Celestine bukan seperti kakak-kakaknya.”

Aku mengangguk, tetap memegang tangan Celestine yang gemetar. “Bukan tugas saya untuk membandingkan. Tugas saya adalah membawa yang terbaik dari setiap murid saya, dan Celestine sudah menunjukkan bahwa dia siap berjuang. Pada waktunya, Anda akan melihatnya sendiri, Count.”

Count Oxwood terdiam, terlihat mempertimbangkan kata-kataku. Meski ragu, ada secercah harapan kecil yang muncul di matanya. Celestine menatapku, senyum kecil menghiasi wajahnya, penuh rasa terima kasih. Ia tahu aku di pihaknya, berjuang demi masa depannya.

“Baiklah,” kata Count Oxwood akhirnya, menghela napas panjang. “Kami akan menunggu dan melihat. Kami akan melihat apakah putri kami memang berbakat seperti yang Anda katakan, pak guru .”

Aku tersenyum dan menunduk hormat. “Terima kasih atas kepercayaan Anda. Celestine tidak akan mengecewakan Anda.”

Kunjungan ke rumah Celestine kali ini nampak sedikit dingin, namun ada satu hal yang membuat ku senang. Jade dan Charlotte semakin lengket dengan Celestine. Apalagi setelah mendengar Celestine yang dirundung habis-habisan oleh keluarganya sendiri membuat Charlotte ingin membela Celestine, tetapi aku menghentikannya karena aku tidak ingin membuat keributan yang berlebih. Sebagai guru mereka, aku harus bertindak selayaknya seorang guru yang melindungi murid-muridnya.

Setelah meninggalkan rumah Celestine, kami melanjutkan perjalanan ke rumah Akechi Masamune di Shukoku dengan sihir teleportasi. Setibanya di rumah Masamune, pemandangan megah langsung menyambut kami, mengingatkan pada era Keshogunan Jepang. Rumah besar dengan desain tradisional dan taman zen yang indah membuatku merasa seperti berada di tengah sejarah.

Ketika kami memasuki rumah, Akechi Katsuyori, kepala klan Akechi, berdiri di depan pintu utama dengan ekspresi terkejut yang jelas. “Selamat datang di rumah kami,” ucapnya dengan nada yang penuh kekaguman. “Kehadiran kalian dari Kerajaan Fonterra adalah kejutan besar bagi kami.”

“Saya mohon maaf atas kejutan ini,” jawabku sambil membungkuk hormat. “Kami sedang melakukan perjalanan sebagai bagian dari program akademi, dan kami sangat berterima kasih atas sambutan Anda.” ucapku, tentu saja ini bukanlah program akademi, ini hanya keinginan egois dari murid-murid ku setelah tahu aku memiliki sihir teleportasi.

Katsuyori tersenyum lebar dan melambaikan tangan, mengundang kami masuk. “Jangan khawatir, kami sangat senang bisa menerima kalian. Silakan masuk, kami telah menyiapkan jamuan untuk menyambut tamu-tamu istimewa.”

Kami memasuki ruang makan yang luas dan mewah, dihiasi dengan lampu-lampu tradisional yang lembut. Di meja makan, berbagai hidangan khas Shukoku telah disiapkan, mulai dari sushi segar hingga ramen dan tempura. Ibu Masamune, dengan senyuman lembut, menyambut kami.

“Selamat datang, tamu-tamu terhormat,” ucap ibu Masamune. “Kami sangat senang bisa menyajikan hidangan khas kami untuk kalian. Silakan, nikmati makanan ini.”

Jade, Charlotte, dan Celestine langsung menyambut makanan dengan antusias. “Ini semua terlihat sangat menggugah selera!” seru Jade sambil mencicipi sushi.

Charlotte mencicipi ramen dan berkata, “Rasanya luar biasa! Ini berbeda sekali dari ramen yang pernah ku coba sebelumnya.”

Celestine mengangguk penuh semangat, menunjukkan betapa dia menikmati hidangan tersebut meski tidak bisa berbicara.

Sementara itu, aku melihat Elyrde duduk di sudut meja dengan wajah yang tampak semakin redup. Aku mendekatinya, duduk di sampingnya dengan penuh pengertian. “Elyrde, bagaimana perasaanmu? Aku tahu ini bisa terasa tidak nyaman bagi kamu.”

Elyrde menoleh dengan tatapan cemas dan membuka bukunya untuk menulis. Dia memperlihatkan tulisannya padaku. “Semua ini terasa sangat asing. Aku tidak tahu bagaimana harus bersikap di sini.”

Aku tersenyum lembut dan berkata, “Memang bisa terasa tidak biasa. Tapi kita semua di sini bersama. Jika ada sesuatu yang membuatmu merasa tidak nyaman, beri tahu aku. Aku akan membantu sebisa mungkin.”

Elyrde mengangguk pelan, menunjukkan sedikit rasa lega. “Terima kasih, pak guru . Aku akan berusaha.”

Sementara itu, Masamune tampak tak sabar untuk berbicara dengan ayahnya. Setelah beberapa waktu, dia akhirnya menyapa Katsuyori dengan penuh semangat. “Ayah! Aku tidak menyangka bisa kembali ke sini dalam keadaan seperti ini.”

Katsuyori memandang Masamune dengan mata yang penuh emosi. “Masamune! Anakku! Kami sangat merindukanmu. Tidak mudah untuk menerima kenyataan bahwa kau harus merantau jauh ke Kerajaan Fonterra untuk belajar di Akademi Bridestones.”

Masamune tersenyum, sedikit terharu. “Aku juga merindukan kalian, Ayah. Tapi aku tahu keputusan ini adalah yang terbaik untuk masa depanku. Belajar di Akademi telah membuka banyak kesempatan dan pengalaman baru bagiku.”

Katsuyori menepuk bahu Masamune dengan lembut. “Kami bangga padamu, Masamune. Melihatmu tumbuh dan belajar di tempat yang jauh membuat kami merasa campur aduk. Tapi melihatmu kembali seperti ini—sehat dan penuh semangat—adalah kebahagiaan tersendiri.”

“Terima kasih, Ayah,” jawab Masamune dengan suara penuh rasa syukur. “Aku tidak akan berada di sini tanpa dukungan kalian.”

Ibu Masamune bergabung dalam percakapan, menambahkan dengan lembut, “Kami sudah lama ingin mendengar cerita dari Masamune tentang pengalamannya di akademi. Sekarang kita memiliki kesempatan untuk berbagi dan merayakan momen ini bersama.”

Lalu setelah cukup melepas rindu, Masamune pun berpamitan sekali lagi dengan orang tuanya sebelum aku membuka portal lagi dan kali ini tujuannya adalah rumahnya Elyrde.

Sebelum aku masuk ke dalam portal, sekali lagi aku berterimakasih pada Akechi Katsuyori, ayahnya Masamune karena sudah menyambut kami dengan begitu baik.

"Terima kasih lagi saya ucapkan kepada anda!" ucapku membungkuk dengan penuh hormat. "Akan ku pastikan Masamune baik-baik saja dalam pengawasan saya" Lalu aku pun masuk ke dalam portal.

Setelah menyelesaikan kunjungan ke rumah Akechi Masamune, kami melanjutkan perjalanan ke rumah Elyrde. Perjalanan kali ini membawa kami jauh dari Kerajaan Fonterra, menuju hutan suci tempat tinggal Elyrde, yang tersembunyi di dalam keindahan alam elf. Hutan ini penuh dengan aura magis dan keheningan yang dalam, menciptakan suasana yang sangat berbeda dari apa yang kami alami sebelumnya.

Setibanya di hutan tersebut, kami disambut oleh suasana yang sangat tenang dan alami, dengan pepohonan tinggi dan tanaman yang bersinar lembut. Elyrde memandu kami dengan hati-hati melalui jalur-jalur hutan yang penuh dengan keajaiban. Rumah Elyrde terletak di tengah hutan, dibangun dengan desain yang elegan dan harmonis dengan alam sekitarnya.

Ketika kami tiba di rumah Elyrde, aku merasakan ketegangan yang jelas di udara. Kedua orang tua Elyrde, yang tampak sangat terhormat dan berwibawa, berdiri di depan pintu rumah mereka. Mereka melihat kami dengan tatapan yang penuh keraguan.

“Selamat datang di rumah kami,” kata ayah Elyrde dengan nada formal. “Kami tidak menduga akan ada tamu dari jauh seperti ini.”

“Izinkan saya memperkenalkan mereka,” Elyrde berkata dengan tegas, meskipun tampaknya gugup. “Ini adalah pak guru dan rekan-rekannya dari Akademi Bridestones. Mereka datang untuk mengunjungi setiap murid yang belajar di akademi.”

Ibu Elyrde menatap kami dengan ragu. “Elyrde, mengapa mereka datang jauh-jauh dari Kerajaan Fonterra untuk mengunjungi kita?”

Elyrde menelan ludah dan melanjutkan, “Kunjungan ini adalah bagian dari program akademi untuk mengenal lebih dekat latar belakang dan keluarga para muridnya. Mereka adalah bagian dari perjalanan yang dirancang untuk memberi kami pengalaman dan pengetahuan yang lebih luas.”

Ayah Elyrde tetap skeptis. “Kami tidak terbiasa menerima tamu dari ras manusia. Kami khawatir tentang keselamatan dan kenyamanan kami serta bagaimana kalian akan mempengaruhi keseimbangan tempat ini.”

Aku mengambil langkah maju dengan penuh rasa hormat. “Saya mengerti kekhawatiran Anda. Kami datang dengan niat baik dan menghormati tradisi serta kepercayaan elf. Kami berharap dapat memahami lebih dalam tentang kehidupan Elyrde dan budaya elf.”

Ibu Elyrde melirik Elyrde, yang tampaknya sangat gugup. “Apa yang dapat kamu katakan untuk meyakinkan kami tentang niat mereka?”

Elyrde mengangguk dan menjelaskan dengan jelas. “pak guru dan teman-teman ku sudah sangat mendukungku sepanjang waktu. Mereka mengerti dan menghormati perbedaan kami. Kunjungan ini penting bagi mereka untuk memahami kehidupan kami dan bagi kami untuk berbagi pengalaman ini dengan mereka.”

Ayah Elyrde akhirnya melihat betapa serius dan tulusnya Elyrde. “Kami akan memberikan kalian kesempatan, tetapi harap diperhatikan, kami sangat menjaga keharmonisan hutan ini.”

“Terima kasih atas pengertian Anda,” jawabku dengan penuh rasa terima kasih. “Kami akan memastikan untuk tidak mengganggu keseimbangan tempat ini dan berusaha untuk menghormati segala hal yang Anda percayai.”

Setelah perkenalan yang agak tegang, kami diundang untuk masuk ke rumah Elyrde. Di dalamnya, suasana tetap sejuk dan penuh dengan desain yang elegan. Kami disajikan dengan hidangan ringan yang khas elf, termasuk buah-buahan hutan dan minuman herbal yang menyegarkan.

Selama makan malam, aku mencoba untuk berbicara dengan lebih banyak anggota keluarga Elyrde, berusaha untuk menunjukkan rasa hormat dan ketertarikan kami terhadap budaya elf. Aku mendiskusikan dengan mereka tentang berbagai aspek kehidupan elf dan betapa kami ingin belajar lebih banyak tentang cara hidup mereka.

Elyrde tampak sedikit lebih rileks seiring berjalannya waktu, dan aku bisa melihat bahwa kehadiran kami mulai diterima dengan lebih baik. Namun, aku juga memperhatikan bahwa kedua orang tua Elyrde tetap menjaga jarak, meskipun mereka mulai menunjukkan sedikit rasa terbuka.

Kami mengucapkan terima kasih atas sambutan mereka dan berharap dapat meninggalkan kesan yang baik selama berada di rumah Elyrde. Sementara kami bersiap untuk beristirahat, aku merasa lega bahwa kami telah melewati pertemuan yang menegangkan ini dengan penuh rasa hormat dan pengertian. Aku juga berharap bahwa Elyrde akan merasa lebih diterima dan didukung di tengah keluarganya yang sangat memperhatikan keseimbangan dan tradisi mereka.

1
~YUD~
lajrooot!!
Ned: entar dulu ye kasih Ned nafas dulu wkwkwk...
total 1 replies
Ned
Parah nich, dari pagi tadi update eh kelarnya sore
~YUD~
di festival lunaris ini Arthur bakal ikut main apa cuma jadi guru pengawas doang?
Ned: Jadi pengawas doang, tapi....ada tapi nya hehe/CoolGuy/.... tungguin apa yang bakalan terjadi di sana
total 1 replies
~YUD~
nanti Arthur sama Brandon bakal duel gak author?
Ned: Ya tunggu aja tanggal mainnya
total 1 replies
Gamers-exe
kirain masamune date 👍🗿
~YUD~
nanti Charlotte sama Arthur bakal saling cinta gak author?
Ned: Yakin gak ada yang mau sama Celestine nih /CoolGuy/
「Hikotoki」: betul sekali, jadi meski charlotte umur 16 masih available buat dinikahi
total 8 replies
Erwinsyah
mau nabung dulu Thor🤭
Ned: Monggo silakan, jangan lupa vote dan rate bintang 5 nya kakak
total 1 replies
~YUD~
apa tuh yang segera terungkap?
Ned: apa tuh kira-kira hehehe
total 1 replies
R AN L
penasaran sekali reaksi murinya lihat kekuatan asli guru ny
Ned: tar ada kok, tunggu aja tanggal main nya heheh
total 1 replies
Ned
Update diusahakan tiap hari, setidaknya akan ada 1 BAB tiap hari...kalo Ned bisa rajin up mungkin 2-3 BAB...

Minggu Ned libur
R AN L
di tunggu up ny
Ned: kalo gak berhalangan tiap hari update, Ned usahakan ada 1 chapter update lah minimal sehari....Minggu kayaknya libur...doain aja Ned bisa nulis terus
Ned: kalo gak berhalangan tiap hari update, Ned usahakan ada 1 chapter update lah minimal sehari....Minggu kayaknya libur...doain aja Ned bisa nulis terus
total 4 replies
R AN L
Luar biasa
vashikva
semangatt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!