Dikhianati Suami Dapat Berondong

Saat Maura dan Raka saling terdiam dengan pikiran masing-masing, pintu depan terbuka.

Nampak Daniel bersama Deva, gadis berusia 20 tahun itu menunduk sedih namun Daniel merangkul pundak gadis itu.

“Ayok, Om bilang kasihan Mama mu kan.“ Daniel meremas pelan pundak Deva, akhirnya gadis itu mengangguk dan mulai melangkah ke arah Raka dan Maura.

Deva mengangkat kepala tertunduk nya, ia menatap dingin ke arah sang Papa. Pandangan penuh kebencian, kemudian tatapannya beralih pada sang Mama yang sedang menangis.

“Mama!“ Deva berlari ke arah Maura dan memeluk ibunya erat. “Maafin Deva ya, maaf karena membuat Mama cemas. Deva hanya butuh menyendiri, Deva sangat kecewa pada Papa.“

Maura mengelus rambut panjang putrinya, ia mengecup penuh sayang kening Deva. “Maafin Mama juga ya, Mama menyembunyikan kenyataan tentang Papa selama ini. Mama hanya nggak mau kamu kecewa karena hubungan Mama dan Papa yang hancur. Tapi sayang, jangan terus marah pada Papamu. Papa__“

“Enggak! Dia bukan Papa ku lagi! Aku nggak mau hidup bersama seorang pengkhianat! Orang pengkhianat sepertinya nggak pantas bersama Mama yang baik, Deva nggak mau melihat nya!“

Gadis itu melepaskan pelukan pada ibunya, dengan mata berurai airmata Deva berlari ke arah kamarnya.

Raka mengejar putrinya, Maura terlambat mencegah suaminya.

Prang!

Prang!

Saat Maura akan masuk, terdengar bantingan barang-barang dari dalam kamar putrinya.

“PERGI!!! Aku nggak butuh Papa kayak kamu! Pengkhianat! Wanita itu bahkan hanya berbeda 3 tahun dariku! Aku malu pada teman-teman ku! Aku malu...!!! Arghhtttt!!!“

Raka mencoba merengkuh tubuh putrinya, namun Deva menghindar. “Aku nggak punya Ayah nggak bermoral sepertimu! Kalau kamu nggak pergi dari sini, aku yang akan pergi lagi!“

Maura dan Daniel masuk ke dalam kamar.

“Deva!!! Jangan tidak sopan kamu ya sama Papa! Meskipun Papa salah, tapi kamu tetap putri Papa! Darah Papa mengalir di tubuhmu!“

“Enggak! Aku benci kamu! Kalau darah di tubuhku mengalir darahmu, lebih baik aku mati saja! Aku benci!“ Deva meraih pecahan lampu dan sudah mulai menekan peca-han itu ke per-ge-la-ngan tang-an nya.

“Akkhhhhh!!!" Maura menjerit saat darah mulai keluar dari pergelangan tangan putrinya.

Raka malah mematung, ia benar-benar tak menduga putrinya akan berbuat ekstrim.

Daniel yang lebih tenang, melompat ke arah Deva dan merebut pecahan dari tangan gadis itu.

Daniel menahan tubuh Deva yang meronta-ronta, “Lepasin Deva, Om! Deva mau mati saja! Deva malu punya Papa seperti dia! Deva malu masuk kampus, teman-temanku pasti menertawakan ku!“

“Husss! Calm down, Honey. Liat Mama mu, kamu nggak kasihan pada Mama mu.“ Daniel terus membisikan kata-kata penguat, tubuh Deva akhirnya terkulai di pelukan sang Duda.

Maura masih menjerit histeris karena melihat putrinya ingin menyakiti dirinya sendiri, Raka yang tersadar dari rasa syok nya gegas memeluk Maura yang sudah ambruk di lantai.

“Sayang, maafin aku. Semuanya gara-gara aku yang nggak bisa menjaga naffsuku. Seharusnya aku bisa menahan diri, maafkan aku... maaf...“ Raka ikut menangis seraya memeluk tubuh Maura yang lemas.

Ketiga orang di dalam kamar melepaskan rasa sakit dengan menangis bersama.

.

.

Sebulan kemudian, tanpa banyak drama Maura dan Raka telah resmi bercerai. Kini Maura menyandang status Janda dan Raka sudah lama tinggal bersama istri keduanya.

Sejak terakhir kali, Deva masih tak ingin bertemu dengan Raka. Bagi gadis itu sosok Ayah sudah tak ada lagi dalam hidupnya, ia terlalu kecewa dan terluka.

Sayangnya, sejak itu pula sikap Deva banyak berubah. Gadis baik dan penurut itu berubah menjadi pemberontak, sering pulang malam dan selalu membantah ucapan Maura.

Maura sedang bersama Daniel di restoran hotel setelah bertemu dengan klien, karena Maura adalah salah satu Assisten Daniel hingga kemana pun Daniel pergi Maura akan diajak oleh sang Bos.

“Deva berubah, Pak.“ Ujar Maura dengan mata berkaca-kaca.

Daniel menghela nafas panjang, ia tau Deva memang sudah berubah. Dulu sering sekali Deva bercerita riang tentang kegiatan sehari-hari dan Daniel selalu mendengarkan. Baginya Deva adalah bagian dari diri Maura wanita yang mendudukinya hatinya, jadi ia sangat menyayangi gadis itu.

“Kau benar! Dia jarang meneleponku sekarang, bahkan saat aku meneleponnya... dia selalu me-reject panggilan dariku. Sebaiknya, kamu mengawasi nya. Aku takut, dia terbawa pergaulan tidak benar. Putrimu dalam masa transisi menjadi seorang wanita dewasa, banyak hal yang akan dia lakukan termasuk berpacaran bebas atau mungkin free s-exss.“

Maura mengangguk, dirinya juga pernah muda jadi ia mengerti maksud dari Daniel. “Apa aku harus mengutus seseorang mengikutinya kemanapun?“

“Biar aku saja, apa kamu keberatan?“ ujar Daniel.

“Terima kasih, Pak.“

Daniel mengangguk, ia ingin menarik tangan Maura karena sekarang Maura sudah single jadi ia bebas untuk mendekati Maura.

Namun belum sempat ia menarik tangan Maura, suara wanita yang sangat tidak ingin ia dengar lagi malah menyapanya.

“Hai, Bang. Kamu sedang apa di hotel ini?“ wanita itu Sandra, mantan istri Daniel yang berselingkuh dari pria itu saat pernikahan mereka.

Daniel menggeram kesal, ia menoleh ke arah Sandra dengan pandangan penuh kebencian. Tiga tahun lalu mereka bercerai, anak mereka laki-laki berusia 10 tahun dan ikut dengan Daniel karena hak asuk anak di dapatkan pria itu.

“Wah, ada Bang Daniel. Apa kabar kakak ipar?“ seorang laki-laki bermata biru ikut mendekat, mata laki-laki itu sedikit terkejut melihat keberadaan Maura disana.

Dia!

Maura yang sedang bersedih dan banyak pikiran tak menganggap keberadaan Sandra dan laki-laki bermata biru yang telah melakukan ONS dengannya. Wanita janda itu sibuk dengan pikirannya sendiri, sementara laki-laki yang bernama Gavriel itu nyengir karena bertemu kembali dengan Maura.