Dasar dari sebuah pernikahan adalah kejujuran
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pramita rosiani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Setelah selesai berbelanja keperluan untuk ke Singapura, Arumi dan Luna kembali ke asrama. Saat menaiki bus, mereka duduk di bangku paling belakang. Pada saat itu kondisi bus tidak terlalu ramai sehingga mereka kebagian tempat duduk, saat sedang asik mengobrol mereka melihat dua orang laki-laki muda yang duduk di depan mereka saling memberikan ciuman.
Mereka yang melihatnya langsung menganga karena baru pertama kali melihat seperti itu, mereka langsung saling pandang dan memikirkan hal yang sama walaupun tanpa mengatakan apapun. Di sepanjang perjalanan mereka hanya fokus pada kedua pria itu, sesekali kedua pria itu saling bermesraan. Arumi dan Luna hanya bisa diam tanpa berbicara apapun, karena kondisi bus yang tidak terlalu ramai membuat pasangan pria itu menjadi berani untuk mengumbar kemesraan.
Karena merasa sudah tidak tahan, Arumi dan Luna memutuskan untuk turun, padahal mereka seharusnya turun di halte selanjutnya tapi mereka memutuskan untuk jalan kaki saja karena tidak bisa tahan melihat kedua pria itu yang semakin intim. Mungkin jika mereka tetap berada di dalam bus, mereka akan menyaksikan tontonan gratis yang begitu hot. Jika saja itu pasangan normal pasti mereka akan tetap berada di dalam, tapi karena itu pasangan Gay membuat mereka merinding melihatnya.
"Rum!!, lo lihat tadi??" Ucap Luna yang berusaha untuk menyadarkan dirinya dari pengalaman itu
"Emmm aku melihatnya, mereka saling berciuman dan mereka,,,,"
"Iya mereka pasangan Gay, padahal mereka sangat tampan tapi kenapa mereka harus Gay?" Ucap Luna yang merasa bingung dan juga kesal dengan apa yang mereka temui di bus
"Mereka yang bermesraan tapi aku yang merinding melihatnya, lihat bulu tanganku semuanya berdiri". Ucap Arumi sambil menunjukan lengannya kepada Luna.
"Lo benar sekali, walaupun gue tahu LGBT memang sedang marak di Indonesia tapi melihatnya secara langsung membuat gue mual". Ucap Luna sambil berjalan menyusuri trotoar bersama Arumi.
"Apa lo tahu, sekarang ini saingan kita bukan hanya wanita cantik tapi juga laki-laki. Semakin sulit buat gue menemukan jodoh kalo begini" ucap Luna dengan nada bicara mengeluh, sementara Arumi yang mendengarnya hanya tertawa kecil karena tingkah temannya itu
"Ya aku juga merasa mual, tapi kita juga tidak bisa mencegah hal itu. Lagi pula mereka tidak berbuat salah kepada kita, jadi kita juga tidak bisa mengucilkan mereka ataupun membenci mereka karena kondisinya itu" ucap Arumi dengan tenang dalam menghadapi kondisi seperti itu.
"Hiuhh itu karena lo belum pernah merasakannya, bagaimana jika pasangan lo gay? Apakah lo bisa menerima kekurangannya itu??" Tanya Luna kepada Arumi dan membuat Arumi diam seketika.
Mendengar perkataan Luna, seketika Arumi tidak bisa memberikan jawaban karena dia juga tidak tahu harus melakukan apa jika berada di posisi itu. Dia berpikir mungkin dia juga akan sulit untuk menerima kebenaran jika pasangannya ternyata Gay.
"Rum!! Rumi" panggil Luna kepada Arumi sambil menggoyangkan bahunya
"kenapa lo malah melamun?? Ayo jawab bagaimana lo akan mengatasinya??" desak Luna kepada Arumi
"Emmm aku tidak tahu, aku berharap semua itu tidak akan pernah terjadi. Aku berharap kita akan menemukan pasangan yang mencintai kita apa adanya dan benar-benar tulus kepada kita" Ucap Arumi yang berusaha meyakinkan dirinya sendiri walaupun sebenarnya di dalam hati kecilnya dia juga merasa takut dengan ucapan Luna.
"Ya aku juga berharap semua itu tidak akan datang pada kita dan kita akan bertemu dengan pasangan yang terbaik dan hidup bahagia". "Emmm, semoga saja"
Setelah sekian lama tanpa terasa mereka sampai di depan asrama, mereka menghela nafas panjang sebelum masuk ke dalan asrama. Sebelum Arumi masuk, tidak sengaja dia melihat bayangan seseorang yang sedang mengamati mereka. Saat hendak memberitahu Luna, tiba-tiba orang itu hilang dan tidak sempat mereka lihat"
"Kenapa Rum??" Tanya Luna kepada Arumi karena merasa bingung
"Emm tadi aku merasa melihat bayangan seseorang di sebelah sana, tapi saat aku menoleh lagi bayangan itu menghilang"
"Mungkin itu hanya orang lewat saja, lo gak usah berpikir yang aneh-aneh lagi pula kita berada di asrama. Jika benar ada yang mengikuti kita, orang itu tidak akan bisa masuk karena bukan penghuni asrama ini" ucap Luna yang berusaha menenangkan Rara agar tidak khawatir.
"Tapi,,, bagaimana jika orang itu benar-benar mengikuti kita dan bagaimana jika itu adalah orang jahat??"
"Aku khawatir orang itu akan berbuat yang jahat kepada kita"
"Apa jangan-jangan orang itu adalah Kak Leo, dia merasa marah dan juga dirugikan dan sekarang dia ingin belas dendam karena aku sudah menolaknya"
Ucap Arumi dengan panjang lebar dan mengkhawatirkan sesuatu yang terlalu jauh dan membuat Luna sangat pusing mendengarnya.
"Cukup Rum!!! Cukup!!!.. tidak ada kak Leo dan tidak ada siapapun itu hanya imajinasi lo aja dan perlu kamu ketahui Kak Leo sedang melakukan pelatihan di Bali jadi saat ini dia tidak disini dan tidak mungkin dia mengikuti kita"
"So berhenti berpikir yang tidak-tidak dan fokus saja mempersiapkan diri untuk pergi ke Singapura dua hari lagi. lo paham??" Ucap Luna dengan penuh panjang lebar dan membuat Arumi langsung diam dan hanya mengangguk dengan artian dia mengerti akan penjelasan dari Luna.
Dan Luna yang merasa bangga pada dirinya karena berbicara seperti orang yang sangat bijak karena dapat memberikan nasehat dan penjelasan pada orang pintar seperti Arumi.
Sementara itu kini Arumi sedang berada di kamar mandi, dia melihat pantulan wajahnya di cermin. Dia terus kepikiran akan bayangan orang yang dia lihat tadi, walaupun Luna sudah mengatakan jika itu hanya imajinasinya saja tapi dia benar-benar takut jika benar-benar ada orang yang mengikuti mereka sampai ke asrama. Secara tidak langsung dia merasa takut jika dia membayangkan hal buruk terjadi pada dirinya dan orang-orang di dekatnya.
Terlebih lagi sebentar lagi dia akan pergi ke Singapura dan tinggal jauh dari orang-orang terdekatnya, dia tidak mau hal yang buruk terjadi pada mereka.
Lamunannya pun hilang ketika Luna menggedor-gedor pintu kamar mandi
"Rumi!! Apa yang lo lakuin di kamar mandi?? Ayo cepat keluar gue kebelet nih" ucap Luna berteriak dari luar
"Iya-iya aku keluar sekarang" ucap Arumi dari dalam kamar mandi dan kemudian langsung mencuci mukanya agar tidak dicurigai oleh Luna.
"Ouhhh akhirnya lo keluar juga, apa sih yang lo lakuin di dalam sana selama itu?? Lama gue nungguin lo dari tadi" kesal Luna kepada Arumi tepat setelah Arumi keluar dari kamar mandi
"Emm aku tadi mencuci muka dan tidak mendengar suara kamu tadi" ucap Arumi dengan berbohong agar Luna tidak khawatir dengannya.
"Ohh, bilang dong dari tadi kan gue gak akan marah-marah begini. Oh iya tadi ada yang menelepon lo dan gue tidak sempat mengangkatnya"
"Telepon?? Dari siapa??"
"Emm gak tahu.. sudah lihat saja sendiri gue udah gak tahan lagi" ucap Luna sambil masuk ke dalam kamar mandi.
Sementara itu Arumi melihat teleponnya dan menemukan jika orang yang menelponnya adalah ibunya, mengetahui hal itu Arumi langsung mengangkatnya.
"Halo Ibu!! Kenapa ibu meneleponku??"
"Halo sayang, ada hal yang ingin Ibu katakan kepadamu. Apa kita bisa bertemu besok siang di Kafe dekat kampus kamu??"
"Emm iya bisa Bu"
"Ya sudah kita bertemu besok siang ya.. dah putriku,, muahhh".
Bersambung...