NovelToon NovelToon
CINTA DAN AMARAH

CINTA DAN AMARAH

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama
Popularitas:14.1k
Nilai: 5
Nama Author: Aghie Yasnaullina Musthofia

Saat istri tidak ingin memiliki bayi, saat itulah kekecewaan suami datang, ditambah lagi istrinya selingkuh dengan sahabatnya sendiri, sampai akhirnya mereka bercerai, dan pria itu menjadi sosok yang dingin dan tidak mau lagi menyapa orang didekatnya.
Reyner itulah namanya, namun semenjak bertemu dengan perempuan bernama Syava hidupnya lebih berwarna, namun Reyner todak mau mengakui hal itu.

Apa yang terjadi selanjutnya pada mereka?
saksikan kisahnya ya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aghie Yasnaullina Musthofia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 34 JAILENI

Seminggu yang lalu Jai sengaja lewat depan rumah Leni, karena ingin memastikan Leni sudah sampai rumah nya dengan selamat.

Sementara Syava pulang dari kantor langsung diajak Rey ke rumahnya. Jadi Leni pulang membawa motor Syava.

Jai saat itu melihat Leni yang panik didepan teras rumahnya dengan sesekali melihat ponselnya, entah apa yang membuatnya panik.

Jai yang penasaran menghentikan mobilnya dan bergegas cepat menghampiri Leni.

"Leni ada apa?" ia melihat Leni yang sudah banjir air mata.

Leni melihat Jai pun seketika berfikir jika ini adalah pertolongan dari Tuhan, karena ternyata ibunya pingsan dan saat ini ia sedang memesan taksi namun tak kunjung datang.

"Kak Jai, kak Jai tolong aku kak, ibu pingsan pas aku pulang ibu udah nggak sadar kak, aku takut terjadi sesuatu pada ibu, tolong aku kak!!" Leni menangkupkan kedua tangannya.

"Apa? ibu kamu pingsan? Kalau begitu cepat bawa ibumu ke rumah sakit!!" Jai ikut panik.

Leni mengangguk dan mereka langsung masuk ke dalam rumah, Jai melihat Sarah yang sudah terkapar tak sadarkan diri.

Jai mengangkat tubuh Sarah yang kurus, dan membawanya ke dalam mobil. Leni mengikuti langkah Jai.

Mobil Jai melaju menuju rumah sakit dengan kecepatan sedikit tinggi, karena jalanan sangat macet.

"Ibu bangun bu, jangan tinggalin Leni bu,,," Leni menangis tanpa henti.

Jai yang mendengar tangisan Leni ikut merasa teriris hatinya. Jai mengingat kedua orang tuanya yang dulu meninggalkannya karena sakit.

"Bu, ibu janji kan sama Leni, ibu bakal temenin Leni terus? Ibu harus sehat ya,, tolong bangunlah bu!!!!" isak tangis masih Leni terdengar sangat sedih.

"Kamu yang sabar Len,,, kamu harus yakin jika ibumu akan baik-baik saja" Jai akhirnya ikut bersuara, sambil fokus mengemudikan mobilnya.

"Iya kak, aku harus kuat, dan nggak boleh lemah didepan ibu" ujar Leni hanya pura-pura.

15 menit sampai juga mereka di rumah sakit, dan Jai memanaggil perawat untuk segera membawa bu Sarah ke UGD agar diperiksa.

"Leni, kenapa ibumu bisa pingsan? Seingatku kamu rutin melakukan cuci darah" dokter yang sudah mengenal Leni karena dialah yang menangani Sarah pun ikut khawatir.

"Saya tidak tahu dok, pas pulang kerja ibu udah jatuh dari kursi rodanya dan pingsan" jelas Leni.

"Baiklah, kamu tenang ya, saya akan memeriksa ibumu dulu" jawab dokter itu.

Dokter itu langsung menuju UGD tempat Sarah diperiksa.

Leni harap-harap cemas, ia tidak lagi memikirkan apapun saat ini selain kesehatan ibunya. Ia terus meneteskan air mata.

"Kamu harus tenang, dokter sedang memeriksa ibumu!!" Jai memegang pundak Leni.

Leni mengangguk patuh, ia mengusap wajahnya yang penuh air mata, lalu tersenyum melihat Jai.

"Terimakasih ya kak. Aku nggak tahu jika kak Jai nggak datang, pasti ibu akan semakin parah karena tidak segera ditangani" ucap Leni.

"Sama-sama,,, Tenanglah ibumu akan baik-baik saja" ucap Jai menenangkan dan di jawab anggukan oleh Leni.

Lama menunggu Leni yang duduk di kursi pengunjung, seketika tersentak dan berdiri melihat dokter yang keluar dari ruang ibunya.

"Dokter bagaimana keadaan ibu saya?" leni menghampiri dokter itu.

Dokter itu menghela nafasnya, sepertinya ada tanda-tanda jika berita yang tidak baik akan didengar oleh Leni.

"Dokter ibu saya baik-baik saja kan?" tanya Leni lagi dengan ekspresi tak sabar.

Sementara Jai memegang bahu Leni untuk menenangkannya.

"Leni, kamu yang sabar ya, ibumu ada komplikasi penyakit jantung, semoga ibumu kuat menjalani ini semua, dan kamu juga harus selalu memberinya semangat ya" jelas dokter.

"Apa?"

Leni seketika membulatkan matanya, ia terkejut dengan penjelasan yang dikatakan oleh dokter.

Bagai sebuah pisau yang menancap dalam dadanya, ia sangat sakit mendengar ibunya yang mempunyai riwayat jantung, padahal selama ini ibunya juga sudah kesakitan jika usai melakukan cuci darah.

Leni terduduk lemas, ia seperti tak bisa menahan bobot tubuhnya. Jai menahan Leni agar tidak sampai terduduk di lantai.

Ia mengangkat pelan tubuh Leni lagi hingga kembali berdiri seperti semula.

"Nanti ibumu akan dipindahkan ke ruangan intensif, jadi kamu bisa melihatnya, kamu yang sabar ya,,," imbuh dokter itu lagi, seraya mengelus lembut lengan Leni karena kasihan. Dokter itulah yang selama ini merawat ibunya dari awal tau jika ibunya terkena gagal ginjal.

Leni mengangguk pasrah, ia tak lagi bisa bicara. Ia kembali duduk di kursi pengunjung menunggu ibunya di bawa ke ruangan intensif.

Malam harinya pukul 19.00 Syava dan Reyner datang menjenguk bu Sarah.

"Leni!" sapa Syava sembari menghampiri Leni yang nampak sendu. Ia memeluk sahabatnya itu penuh cinta.

"Sabar ya, ibu pasti akan sembuh" ujar Syava dengan matanya yang ikut berkaca-kaca.

Semua ucapan tentang kesembuhan pada Sarah selalu dijawab anggukan oleh Leni.

"Makasih Sya.. " jawab Leni singkat. Syava sadar jika Leni sekarang masih sedih ia tidak mempermasalahkan semua itu.

"Lo makan dulu ya, gantian gue yang akan jaga ibu, lo harus makan dulu!!" pinta Syava.

"Gue nggak laper Sya" jawab Leni sembari memandangi ibunya. Sarah yang terlihat masih sangat lemah pun, mencoba menggerakkan tangannya pada Leni. Sarah mengelus rambut Leni lemah. Ia memberi kode untuk anaknya agar makan.

"Makanlah nak, ibu tidak apa-apa" suara Sarah sangat lirih hingga nyaris tak terdengar.

Leni mengenggam tangan ibunya dan mengangguk sedih.

Syava bergantian menjaga Sarah, ia duduk disamping Sarah. Sarah ingin mengucapkan sesuatu pada Syava namun tak terdengar oleh Syava, ia mendekatkan telinganya pada Sarah.

"Tolong jaga Leni, jika ibu tidak ada" suara bisikan Sarah membuat Syava sedih. Untung saja Leni tidak mendengarnya. Syava melirik Leni yang sedang makan di ujung sofa.

"Ibu pasti sehat, ibu harus sembuh ya dan menemani kami, apa ibu tidak ingin melihat aku dan Leni menikah nanti? Sebentar lagi aku akan menikah, dan Leni juga pasti akan nyusul, jadi ibu harus tetap sehat ya bu?" setengah berbisik Syava mengenggam tangan wanita paruh baya itu dengan erat. Ia juga tidak bisa membendung air matanya, namun segera mengusapnya karena tak ingin Leni tahu.

***

Malam kian larut, Syava dan Reyner harus pulang karena esok hari mereka harus bekerja. Reyner memberi izin pada Leni untuk menjaga ibunya.

Syava juga ingin minta izin sebenarnya untuk menemani Leni, tapi Leni tahu jika salah satu dari mereka adalah partner, jika mereka sama-sama tidak masuk kerja, maka tidak akan ada yang mem back-up perkerjaan mereka.

Syava akhirnya mengalah. Disamping itu Syava juga lega karena Jai yang akan menemani Leni malam ini, tentu saja atas persetujuan Reyner.

Kini Sarah masih belum memejamkan matanya, ia masih memandang ke arah Leni dan Jai. Sarah mengira jika hubungan Jai dan Leni sangat dekat.

"Tolong jaga Leni ya nak Jai,,,?" ucap Sarah, dengan sekuat tenaga mengeraskan sedikit suaranya.

Tentu saja ucapan itu membuat mereka sama-sama terkejut, namun Leni segera menepis ucapan ibunya, ia tidak enak dengan Jai.

"Ibu, ibu istirahat ya, jangan berfikir macam-macam" ujar Leni lembut.

"Ibu sudah tahu penyakit ibu Len, rasanya ibu sudah tidak kuat lagi, ibu memang orang yang lemah, tapi ibu ingin mempunyai kesempatan hidup untuk melihat kalian menikah dan bahagia, agar ibu tenang" suara lirih itu menarik perhatian Jai, ia berfikir bahwa Sarah mengira jika dia dan Leni sedang menjalin hubungan yang serius.

Jai menarik nafasnya dalam, ia mengelus lengan Sarah lembut dan tersenyum.

"Bu Sarah, bu Sarah jangan khawatir ya, aku akan menikahi Leni, dan selalu menjaga Leni, jadi bu Sarah jangan banyak pikiran ya, agar bu Sarah cepat sembuh"

Sarah yang mendengarnya pun mengangguk lega, namun tidak dengan Leni, ia terkejut dengan ucapan Jai yang tiba-tiba. Namun demi kesembuhan ibunya ia diam saja.

Sarah tersenyum melihat Jai dan Leni, ia menyatukan tangan mereka diatas perutnya, dan getaran di hati mereka sama-sama berderu, dan mereka sama-sama membuang muka karena salah tingkah.

Seminggu kemudian, Sarah dibolehkan pulang untuk rawat jalan. Semenjak kejadian itu Leni dan Jai sedikit canggung, karena setelah Sarah pulang dari rumah sakit, Jai tidak pernah membahas tentang ucapannya waktu itu pada Leni. Akhirnya Leni sedikit menjaga jarak pada Jai agar ia tak terbawa suasana. Tahu nggak sih, (Jai itu gengsi an)

Nah,, itu dia yang bikin Leni waktu itu  diam-diaman sama Jai, saat Syava di rumah sakit.

Udah ya,,, nanti lanjut lagi!!!

1
Konny Rianty
lanjuttt thorrr" sedihhhhh cerita nyaaa
Konny Rianty
lanjuttt thorrr" sedihhhhh cerita nyaaa..
Tuti asih
suka ...tp syg g tuntas
Tuti asih
kecewa...
Arisu75
Keren, thor udah sukses buat cerita yang bikin deg-degan!
Haris Saputra
Kereen! Seru baca sampe lupa waktu.
Coralfanartkpopoaf
Bukan sekadar cerita, tapi pengalaman. 🌈
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!