Setelah akadnya bersama sang suami, Aleta mengetahui fakta yang menyakitkan. Laki-laki yang baru beberapa jam menjadi suaminya ternyata selama ini mengkhianatinya. Lebih menyakitkan lagi selingkuhan dari sang suami yakni orang terdekatnya. Aleta hancur, hidupnya tak berati lagi, namun ia tak ingin hidupnya sia-sia untuk laki-laki yang telah mengkhianatinya. Ia bersumpah akan membalas rasa sakitnya kepada kedua orang yang sekarang menjadi incaran atas rasa sakit hatinya.
Namun siapa sangka? setelah mendapatkan kehancuran dalam hidupnya, Aleta justru dipertemukan dengan seorang laki-laki yang akan merubah hidupnya, ia juga yang membantu Aleta membalaskan dendam.
Arfandra Nanggala, laki-laki mapan,tampan, juga sangat pintar dalam bersandiwara, menyembunyikan setatus dirinya juga termasuk bagian dalam sandiwara Arfandra.
"Kamu tidak ingat perjanjian kita diawal?"
"Untuk sekarang aku masih ingat, tapi tidak tahu ke depannya."
Damn
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riria Raffasya Alfharizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 13
Pagi buta sekali, Aleta sengaja mengemasi barang atau keperluan miliknya. Diliriknya Dipta yang masih terlelap di sebelahnya. Jelas saja laki-laki itu masih tertidur, tadi malam Dipta melakukan banyak hal, bukan dengan istrinya, melainkan dengan kaka dari istrinya.
Aleta segera bergegas sebelum Dipta bangun, selain jijik, ia juga teramat kecewa dan marah, tidak banyak yang bisa Aleta lakukan selain menghindar dari Dipta. Ia terlalu berharga untuk sekedar tinggal dengan laki-laki brengsek seperti itu.
Kakinya berjinjit saat menutup pintu kamar, ia segera berjalan dan turun untuk menunggu taksi yang sudah dipesan olehnya.
"Tata," suara mama Desi seketika mengejutkan Aleta.
"Kamu, kenapa bawa tas seperti itu?" tanya mamanya mengamati tas sedikit besar yang dibawa oleh Aleta.
Meski sedikit gugup, namun Aleta berusaha tetap tenang agar tidak menimbulkan kecurigaan.
"Jangan kenceng-kenceng ma, nanti yang lain bangun," ujarnya.
"Tata mendadak ditugaskan ke luar kota, maklum saja masih pegawai baru kan?" jelasnya lagi.
"Lho, kenapa kamu iyain sayang? Dipta tahu? Terus dimana Dipta? Aneh tahu nggak baru subuh begini," rentetan pertanyaan dari mamanya Aleta coba jawab satu persatu.
"Kan udah Tata bilang, namanya pegawai baru ya harus siap kapan aja ma, kak Dipta tahu kok, tadi malam juga aku udah pamit, tapi sekarang dia masih tidur jadi biarin aja ma kasian kecapean kak Dipta," jelas Aleta diangguki oleh mama Desi tanpa menaruh curiga lagi.
Mama Desi menanggapinya jika mungkin saja Dipta kecapean karena keduanya baru saja menjalin kasih sebelum Aleta keluar kota.
"Mama bantuin bawain ya Ta?" ujar mamanya diangguki oleh Aleta.
"Makasih ya ma? Oh ya nanti kalau kak Dipta tanya bilang aja Aleta udah berangkat," ujarnya.
Aleta menatap mamanya sekilas. Lalu memeluk mamanya sebentar. Ada pesaraan yang mendesak untuknya mengatakan yang sebenarnya, tetapi wajah damai itu tidak ingin dia rusak karena kelakuan kakak dan suaminya.
Aleta butuh waktu, dan dia tidak ingin gegabah ketika mengambil keputusan, cukup sekali dalam hidupnya salah mengambil keputusan, yaitu menikah dengan Dipta, laki-laki yang sudah bersamanya 5 tahun terakhir.
Mobil taksi yang ia pesan mulai meninggalkan rumah kedua orang tuanya, Aleta bersandar dengan mata terpejam, tanpa disadari air matanya kembali melesak keluar, ia tidak ingin menangis lagi, apa lagi menangisi laki-laki seperti Dipta, tetapi tetap saja sakit di hatinya tidak mampu ia tahan.
5 tahun bersama dengan Dipta seakan sia-sia saja. Aleta merasa waktunya sudah terbuang, masih ingat ketika dulu ada beberapa teman kampusnya yang mengejarnya, Aleta tidak gentar, ia tetap setia pada satu hati dan satu nama, Dipta.
Aleta menatap gedung bertingkat 4 di depannya. Ia berniat ngekos di tempat tersebut yang sudah dicari lewat media sosial tadi malam.
"Oke Tata, lo harus bisa," ujarnya mulai melangkah.
Sementara di kediaman kedua orang tuanya. Dipta baru saja keluar dari kamar setelah mandi pagi. Laki-laki itu sudah siap untuk pergi ke kantor. Tepat ketika ia baru keluar, Alesa datang dan keduanya sempat saling melempar pandang, sama-sama diam seakan tidak terjadi sesuatu.
"Pagi ma, pa," sapa Alesa setelah berada di meja makan.
Begitu juga dengan Dipta yang sudah duduk di meja makan.
"Ma, Tata kemana ya? Kok dari tadi nggak keliatan?" tanya Dipta merasa aneh tidak melihat adanya Aleta.
"Oh, tadi Tata udah pesen sama mama, katanya kalau kamu nanya bilang aja dia udah berangkat," jelas mama Desi seketika membuat Dipta menautkan kedua alisnya.
"Berangkat? Sepagi ini?" tanya Dipta diangguki oleh mama Desi.
"Iya, bukannya Tata udah bilang kamu ya ada pekerjaan ke luar kota?" tanya mama Desi seketika membuat Dipta terkejut. Tetapi setelahnya ia mencoba tetap tenang, meski banyak sekali pertanyaan yang muncul.
Ke luar kota? Dan bilang dengannya? Dipta sama sekali tidak tahu.
"Ada yang nggak beres," ujar Dipta dalam hatinya.
Setelah selesai sarapan, Dipta langsung pamit untuk berangkat ke kantor. Begitu juga dengan Alesa yang langsung ikut serta untuk berangkat ke kantor bersama dengan Dipta.
"Dip, tungguin aku." Alesa mengikuti Dipta sampai di depan mobilnya.
"Sorry Sa, sekarang kamu berangkat sendiri dulu ya? Aku harus ketemu Aleta," ujar Dipta meninggalkan Alesa yang berdiri di tempatnya.
"Kamu juga peduli sama Tata Dip?" gumam Alesa.
Aleta berjalan menuju ke depan untuk menunggu taksi yang sudah dipesannya, setelah tadi selesai beberes kamarnya, Aleta langsung bersiap-siap untuk ke kantor.
Sedari tadi Dipta terus mencoba menghubunginya, namun Aleta enggan untuk mengangkat, gadis itu hanya sesekali meliriknya tanpa minat.
"Nyari aku kamu kak?" ujarnya menyunggingkan senyum.
Setelah taksi yang dipesan olehnya datang, Aleta bergegas masuk, ia akan datang ke kantor lebih awal, kalau tidak salah di kantornya juga disediakan makanan gratis bukan? Aleta akan sarapan di sana untuk menyingkat waktunya.
Namun seakan nasib buruk sedang berpihak padanya, tiba-tiba sopir taksi tersebut mendapat telepon dari istrinya yang kebetulan sedang hamil tua. Istri dari sopir tersebut meminta untuk diantar ke rumah sakit. Mau tidak mau akhirnya Aleta turun di tengah jalan, untuk sampai ke kantornya masih butuh sekitar 15 menit lagi. Dengan perasaan sedikit kesal, bukan dengan sopir taksi tadi tetapi keadaan yang tidak berpihak dengannya. Aleta melangkah dengan sepatu hak tingginya. Ia tidak berniat memesan taksi lagi, untuk menunggu saja butuh waktu, Aleta akan berjalan dan semoga saja menemukan taksi di perjalanan nanti.
Sudha sekitar 2 menit tidak ada tanda-tanda taksi kosong yang lewat, Aleta mulai gelisah, ia jadi merutuki dirinya sendiri, juga merutuki dirinya yang tidak menurut apa kata Devina untuk memesan ojol atau ojek online saja.
Tiba-tiba sebuah motor berhenti di sebelahnya. Aleta menoleh dan mendapati si OB yang ternyata memberhentikan motornya secara tiba-tiba.
Awalnya Aleta berniat untuk tetap berjalan saja. Ia tidak ingin merepotkan, tatapi dalam hatinya juga menyemogakan untuk diberi tumpangan, pokoknya antara tindakan dan hati Aleta sekarang sangat berbeda tidak singkron.
"Naik," titahnya.
"Hah?" kaget Aleta.
Setelahnya OB tersebut menyerahkan helm untuk Aleta. "Pakai terus naik, aku tau kamu sedang butuh bantuan."
Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan Aleta langsung menerima dan memakainya, setelahnya gadis itu sudah duduk di belakang OB dengan tubuh tegap dan tinggi, hanya saja rambut OB itu terlihat sedikit norak, tetapi beberapa wanita pasti bisa melihat wajah tampannya yang tertutup oleh penampilan.
"Kamu kok tahu aku butuh tumpangan?" tanya Aleta, niatnya sih iseng biar nggak kaku karena sama-sama diam.
"Keliatan dari mukanya," jawab OB tersebut seketika membuat Aleta berniat melihat pantulan dirinya dari spion.
Sementara OB tersebut menyunggingkan senyumnya melihat kepolosan Aleta, apa yang dilakukan oleh Aleta sangat konyol menurutnya.
Tanpa Aleta ketahui, sebenarnya OB itu sudah melihat sejak Aleta turun dari taksi, ia sengaja menunggu Aleta sampai menemukan taksi lagi, tetapi tidak ada mobil yang berhenti membuatnya akhirnya menghampiri gadis itu.
Jangan lupakan usaha OB itu untuk bisa memboncengi Aleta, ia sampai membeli helm agar Aleta bisa naik motornya.
mau tau Fandra berapa lama redmoon nya😁😁🤭🤭🤭
cm seminggu paling kl ga 9 harian laaah.
tp kan hbs itu lgsg bs unboxing kq😁😁
sabar ya mas Fandra😉
nanti bakal ada masa masa indah pernikahan sm Tata🥰🥰
kenapa ketahuan nya setelah menikah.....
Dasar Dipta buaya kadal buntung. udah punya istri hamil masing aja jajan sana sini. awas aja Alesa bakal kena penyakit nya ntr😌😌😌
di dukung kq mas Fandra biar Arfanda Junior nya segera rilis dan mba Tata jg jd lupa sama dendamnya. biar fokus aja sm dede emes nya🤭🤭