NovelToon NovelToon
ZAREENA

ZAREENA

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Sandyakala

Setelah ibunya tiada, Zareena hampir dijadikan jaminan untuk melunasi utang-utang judi Sang Ayah.

Dia marah pada Ayahnya, tapi kasih sayang dalam hati Zareena jauh lebih besar, sehingga apapun akan Zareena lakukan untuk menyelamatkan sosok Ayah yang ia sayangi. Namun segala usaha Zareena pada akhirnya sia-sia, Ayahnya meninggal dan dia harus merelakan satu-satunya rumah peninggalan kedua orang tuanya jatuh ke tangan Sang bandar judi.

Saat itu, Zareena sudah putus asa dan hampir menyerah. Tapi takdir berkata lain, di tengah ketidak pastian akan hidupnya, Zareena justru terselamatkan oleh kehadiran Ethan, putra tunggal sekaligus pewaris keluarga Hawkins.

Siapa Ethan dan kenapa dia menolong Zareena? lalu bagaimana kisah keduanya berlanjut?. Yuk, baca kisah lengkapnya dalam novel ini.

Jangan lupa tinggalkan komentar dan like sebagai dukungan kamu, ya. Selamat membaca, terima kasih 😊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandyakala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sakit

Sudah kesekian kalinya Zareena melirik ke arah jam dinding. Kali ini jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi tapi tidak ada tanda-tanda suaminya akan turun ke ruang makan.

"Elis, aku tinggal sebentar ya sarapannya", Zareena berpamitan pada Elis yang masih menatap lauk pauk untuk sarapan kedua majikannya.

"Baik, Nona", jawab Elis sopan.

Zareena bergegas menuju lift, menuju kamarnya di lantai tiga.

Pintu kamar masih tampak tertutup. Zareena mengetuk pintu itu sebelum masuk. Ia khawatir jika suaminya sedang berganti pakaian atau justru baru selesai mandi. Tapi tidak ada jawaban.

Perlahan tapi pasti Zareena membuka pintu kamarnya. Tirai yg sejak pagi dia buka meneruskan cahaya matahari, menyinari Ethan yang masih tertidur dengan selimut membalut tubuhnya.

"Tidak biasanya dia belum bangun. Aku harus memeriksanya", gumam Zareena dalam hati.

Zareena melangkahkan kakinya mendekati tempat tidur. Ethan masih menutup kedua matanya, wajahnya dan bibirnya tampak pucat. Zareena bergegas menempelkan telapak tangannya ke dahi Ethan.

"Ya Tuhan ternyata dia demam", ucap Zareena.

Ethan yang merasakan ada sesuatu menempel di dahinya perlahan membuka kedua matanya. Kepalanya terasa pusing dan berat, tapi dia masih bisa mengenali siluet istrinya.

"Kenapa kamu tidak bilang kalau kamu sakit? tunggu sebentar, aku akan segera kembali", Zareena berbicara pada suaminya.

Ethan tidak memberikan jawaban apapun. Tubuhnya benar-benar terasa tidak nyaman. Ia merasakan seluruh tulangnya linu dan nyeri.

"Elis, tolong siapkan es batu dalam mangkuk ini dan aku minta handuk kecil yang bersih ya", pinta Zareena pada Elis yang baru saja selesai menata sarapan pagi di meja makan.

"Untuk apa, Nona?".

"Suamiku sakit, dia demam tinggi. Tolong cepat siapkan yang aku minta dan tolong hubungi dokter juga Alden", lanjut Zareena.

"Baik, Nona".

Elis bergegas memenuhi permintaan Zareena. Wanita paruh baya itu terlihat cekatan mengerjakan semua tugasnya dengan baik.

"Nona, apa ada hal lain yang bisa saya bantu untuk Tuan?", tanya Elis sebelum Zareena memencet tombol lift.

Zareena menggelengkan kepalanya, "Nanti aku pasti memanggilmu jika butuh bantuan, ya".

"Baik, Nona. Saya akan siaga di sini", janji Elis.

"Terima kasih", Zareena memberikan seulas senyum pada Elis sebelum dia menghilang di balik pintu lift.

"Ethan, aku minta izin untuk mengompres dahimu, ya", ucap Zareena setelah dia duduk di samping Ethan yang masih memejamkan kedua matanya.

Ethan hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Aku sudah meminta Elis untuk menelepon dokter dan juga Alden. Hari ini sebaiknya kamu beristirahat", lanjut Zareena sambil sibuk mengompres dahi suaminya.

Zareena tidak tahu semalam Ethan pulang jam berapa dan entah bagaimana kondisinya.

Sudah beberapa hari terakhir ini tidak hanya di rumah, di kantor pun jadwal dan pekerjaan Ethan sangat padat dan banyak. Meskipun Zareena adalah sekretaris pribadi Ethan, tapi dia hanya mengerjakan tugas administratif yang menurutnya ringan, sedangkan semua jadwal dan pekerjaan yang berat tetap dikelola oleh Alden.

Tok tok tok

Terdengar suara ketukan pintu dari luar. Zareena segera membukakan pintu kamarnya. Ada Alden bersama seorang dokter di sana.

"Selamat pagi, Nona. Aku datang bersama Dokter Ryan, dokter pribadi keluarga Hawkins", Alden memperkenalkan Sang dokter pada Zareena.

"Hallo, Dokter. Saya Zareena. Terima kasih Anda sudah datang secepat ini. Silahkan masuk, Anda bisa segera memeriksa suami saya", Zareena mempersilahkan Dokter Ryan dan Alden untuk masuk ke dalam kamar.

Ethan melirik ke arah Alden dengan tatapan lemas. Alden agak khawatir melihat kondisi bosnya yang sedang sakit.

"Tenang saja, Tuan. Anda tidak usah memikirkan pekerjaan di kantor, semua aman terkendali", terang Alden seolah paham maksud tatapan Ethan padanya.

Ethan mengedipkan kedua matanya sebagai jawaban bahwa dia menerima laporan Alden.

Zareena memperhatikan Dokter Ryan selama memeriksa suaminya.

"Bagaimana kondisinya, Dok? suami saya sakit apa? apa dia perlu dirawat di rumah sakit?", tanya Zareena beruntun.

"Kondisi Tuan Ethan tidak cukup baik, Nona. Sepertinya Tuan Ethan terkena thypus, tapi hal ini harus dipastikan kembali dengan melakukan tes lab. Saya akan mengambil sample darah Tuan Ethan dan ya, sebaiknya Tuan Ethan dirawat di rumah sakit agar kondisinya dapat kami pantau secara intensif", terang Dokter Ryan.

Zareena menatap ke arah suaminya dengan cemas.

"Baik, Dokter. Saya akan segera mengurus persiapan suami saya untuk ke rumah sakit", jawab Zareena tanpa meminta persetujuan dari Ethan.

Ethan hanya terdiam, tubuhnya benar-benar tidak bisa diajak kompromi kali ini.

"Nona, biar aku yang mengurus semuanya. Anda bisa menemani Tuan Ethan dulu", Alden bergerak cepat.

"Baiklah, terima kasih", ucap Zareena dengan tersenyum.

Alden dan Dokter Ryan pamit pada Zareena dan Ethan. Kurang dari sepuluh menit, kini Ethan sudah dalam perjalanan ke rumah sakit.

Lelaki yang beberapa hari lalu beradu mulut dengan Rayden dan membuat Zareena kikuk, kini terlihat lemah dengan jarum infus yang terpasang di pergelangan tangannya.

"Nona tidak perlu khawatir, Tuan Ethan pasti akan mendapatkan perawatan terbaik di rumah sakit ini. Tuan Ethan pasti cepat pulih kembali", hibur Alden yang seolah bisa membaca kecemasan yang tersirat di wajah Zareena.

Meskipun ikatan perasaan antara Ethan dan Zareena belum kuat, tapi sebagai seorang istri yang sudah mulai terbiasa dengan kehadiran seorang suami, berbincang dan bekerja dengannya, tentu saja Zareena merasa cemas.

"Aku harap begitu", jawab Zareena berusaha tersenyum.

Ethan memang mendapatkan perawatan terbaik di rumah sakit itu karena keluarga Hawkins adalah pemilik rumah sakit tersebut. Semua dokter terbaik dikerahkan oleh Alden untuk merawat Ethan.

"Nona, sebaiknya Anda makan. Sejak tadi pagi Anda sepertinya belum sempat sarapan", Alden memberikan makanan yang baru saja diantarkan penjaga rumah ke rumah sakit.

"Aku tidak lapar, Alden. Aku khawatir dengan kondisi Ethan", ucap Zareena jujur, kedua matanya kembali melirik ke arah suaminya yang sejak tadi tertidur.

"Aku tahu Anda cemas, tapi Tuan Ethan tentu tidak akan suka jika Anda sakit juga, Nona. Jadi, sebaiknya Anda makan", Alden masih mencoba membujuk Zareena.

Zareena menatap Alden yang duduk di kursi sebelah.

"Kau benar. Terima kasih", Zareena menerima makanan yang Alden bawa dan mencoba menikmatinya.

"Alden, apa sebelumnya suamiku pernah sakit seperti ini?", tanya Zareena di tengah-tengah aktivitasnya makan.

Alden mencoba mengingat sesuatu sebelum memberikan jawaban.

"Seingatku belum pernah, Nona. Hanya saja memang belakangan ini pekerjaan Tuan Ethan sangat banyak dan aku rasa hal itu mempengaruhi kondisi kesehatannya", jawab Alden.

Zareena mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti.

"Oh ya, apa kedua orang tua suamiku tahu kalau putranya sedang sakit?".

Alden menggelengkan kepalanya, "Mungkin sebaiknya Anda mengabari mereka setelah Anda selesai makan".

Zareena terdiam sejenak. Sejak awal dia menikah dengan Ethan, Zareena tidak pernah mengetahui dan belum pernah bertemu secara langsung dengan mertuanya. Ia hanya pernah mendengar Ethan menyebut nama kedua orang tuanya, tidak lebih dari itu.

Zareena sempat mencari informasi dari internet tentang keluarga suaminya. Dia menemukan banyak sekali berita dan artikel tentang kehebatan keluarga Hawkins dalam berbisnis, tapi informasi tentang sosok di balik kesuksesan keluarga suaminya itu sangat minim, bahkan hampir tidak ada.

"Apa tidak masalah jika aku menghubungi mereka, Alden?", Zareena ragu.

Alden tersenyum tipis, "Tentu saja tidak masalah, Nona. Anda adalah menantu satu-satunya dari keluarga Hawkins dan justru kedua orang tua Tuan Ethan sangat menunggu Anda menghubungi mereka".

Zareena kembali terdiam. Kali ini dia memilih menarik nafas dalam, mencoba mengumpulkan keberanian untuk menghubungi Mama Paula dan Papa Robin.

Setelah Zareena selesai makan, Alden memberikan gawai padanya.

"Silahkan, Nona. Anda sudah terhubung dengan Nyonya Paula dan Tuan Robin".

"Terima kasih, Alden", Zareena menerima gawai dari tangan Alden.

Rupanya Alden menghubungi orang tua Ethan melalui video call, Zareena sempat kikuk menyapa mereka dan memulai pembicaraan.

"Selamat siang, Nyonya Paula dan Tuan Robin", sapa Zareena kaku.

Mama Paula dan Papa Robin yang mendapat sapaan seperti itu saling beradu tatap.

"Sayang, panggil kami Mama Paula dan Papa Robin, ya", ucap Mama Paula pada Zareena.

Zareena tersenyum malu. Saking tegangnya dia sampai tidak memperhatikan panggilan pada kedua orang tua suaminya.

"Maaf, Ma, Pa. Perkenalkan, aku Zareena".

Mama Paula dan Papa Robin tersenyum memaklumi.

"Bagaimana kabarmu di sana? Papa dan Mama minta maaf belum menyempatkan waktu untuk mengunjungimu dan Ethan", Papa Robin membuka suara.

"Kabarku baik, Ma, Pa. Hanya saja ... eee ... saat ini Ethan sedang sakit dan dirawat di rumah sakit", terang Zareena ragu.

"Ya Tuhan, Ethan sakit apa, sayang?", Mama Paula panik. Papa Robin terlihat menenangkan istrinya.

"Dokter bilang thypus, Ma. Tapi kondisinya sekarang sudah cukup baik karena tim dokter di sini sangat memperhatikan perkembangan Ethan", terang Zareena lagi.

"Kamu pasti sedih dan kesusahan di sana ya mengurus Ethan. Besok atau lusa Mama dan Papa akan terbang ke sana".

"Apa Alden membantumu, Zareena?", tanya Papa Robin.

"Ya, Ma. Oh tentu saja, Pa. Alden selalu siaga membantu, bahkan dia yang membantuku untuk bisa menghubungi Mama dan Papa".

"Baguslah kalau begitu. Selama kami belum tiba, jika butuh sesuatu atau ada apapun, katakan saja pada Alden dan Papa harap kamu juga sehat, jangan panik, ya", pesan Papa Robin.

"Baik, Pa. Terima kasih".

"Sayang, bisakah kami melihat Ethan?", tanya Mama Paula.

"Tentu saja, Ma. Sebentar", Zareena membalik kamera gawainya. Ia berjalan ke arah tempat tidur Ethan.

Ethan rupanya sudah sadar sejak lima menit yang lalu. Dia tersenyum tipis saat melihat Zareena datang mendekat.

"Ini Mama dan Papa", Zareena menunjukkan video call yang masih tersambung.

Sudah bisa ditebak bagaimana respon Mama Paula yang panik melihat putra semata wayangnya sakit.

Selama video call itu berlangsung, berkali-kali Papa Robin mencoba menenangkan istrinya agar tidak bersikap berlebihan.

Setelah berbincang cukup lama, akhirnya Mama Paula dan Papa Robin berpamitan pada Ethan dan Zareena.

"Apa kamu mau makan sesuatu?", tanya Zareena setelah video call selesai dan Alden mengambil kembali gawainya.

"Bisakah aku makan buah?", Ethan balik bertanya.

"Tentu", jawab Zareena yang segera memenuhi permintaan Ethan.

"Biar aku suapi, ya", tawar Zareena setelah sepiring buah potong ada di tangannya.

Ethan tersenyum, "Ya. Aku menginginkannya".

1
Dwi anggun
sangat oke sekali😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!