Menikah karena perjodohan orang tua, tidak menghalangi cinta antara Farrel dan Anastasya. Namun, hubungan yang tadinya sudah indah harus hancur berkeping-keping karena pemuda itu lebih mementingkan sahabat, daripada Tasya istrinya sendiri. Sehingga tidak tahu bahwa istrinya mengidap penyakit mematikan. Segalanya terbongkar setelah Tasya mengalami kecelakaan bermotor yang hampir menghilangkan nyawa gadis itu. Hal itu pula membuat Tasya koma hingga bertahun-tahun lamanya.
Bagaimanakah kisah rumah tangga pasangan remaja tersebut? Akan kah Farrel dan orang tua Anastasya menyesal sudah mementingkan hal lain daripada gadis malang tersebut? Jangan lupa tinggalkan jejak biar Mak Autor semagat nulisnya ya🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaenab Usman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingin Omelette.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
... HAPPY READING... ...
.
.
Tidak ingin membuat Tasya semakin tertekan, Farrel mengabulkan permintaan istrinya. Namun, dia tidak benar-benar pergi jauh atau ke kamar atas, melainkan duduk di depan pintu kamar. Istrinya lagi demam jadi mana mungkin dia meninggalkannya begitu saja. Setiap beberapa menit pemuda itu melihat keadaan istrinya dari celah pintu, karena Farrel sengaja tidak menutupnya rapat.
Meskipun dia tahu Tasya menangis, tapi Farrel hanya diam, tidak bertanya kenapa istrinya seperti itu? Sejauh ini Farrel masih tidak menyadari bahwa dialah penyebabnya dan beranggapan Tasya bersedih karena mertuanya yang sibuk dengan pekerjaan.
Farrel tidak tidur dan hanya duduk diam seraya membalas pesan dari Renata karena gadis itu tidak bisa tidur. Lelah berbalas pesan, dia pergi ke dapur karena ingin mencari sesuatu yang bisa dia makan. Namun, dirinya sangat terkejut melihat di atas meja makan ada berbagai macam masakan. Meskipun tampilannya tidak sempurna, tapi Farrel tahu jika Tasya pasti sudah berkerja keras untuk itu.
Deg!
Jantung Farrel berdegup kencang disaat matanya melihat paperback tempat makanan yang tadi malam dia pesankan. Semuanya masih utuh tidak disentuh sama sekali. Begitu pula dengan makanan yang sudah istrinya masak.
"Apakah dia marah sama gue lagi?" Farrel menghela nafas dalam. Dia juga memijit pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut. "Gue tidak tahu dia menunggu kepulangan gue dengan menyiapkan makan malam." Ucapnya sendiri yang mengurungkan niatnya untuk mencari makanan yang bisa mengganjal perutnya sampai pagi. Rasa lapar Farrel hilang begitu saja. Apalagi mengingat istrinya bahkan tidak makan sama sekali dari kemarin siang.
Tidak tahan dengan rasa bersalahnya. Pemuda itu langsung masuk ke dalam kamar dan ternyata Tasya sudah tertidur lelap. Farrel melirik obat yang diberikan oleh dokter sudah dibuka satu-satu, membuatnya merasa lega. Tasya yang sudah terbiasa sakit tanpa ditemani orang tuanya langsung tahu obat apa saja yang harus dia minum. Namun, gadis itu tidak memakan bubur seperti yang sudah disarankan oleh sang dokter sebelum pergi.
Cup!
"Maaf, sayang." Bisiknya pelan setelah mengecup kening Tasya. Lalu Farrel naik keatas tempat tidur dan baring sambil menatap muka istrinya yang masih memar. Hati Farrel bertambah sakit setelah memperhatikan sudut bibir gadis itu juga pecah.
"Gue benar-benar tidak menyangka akan seperti ini. Gue tidak berniat menyakiti Elo, Sya. Tapi hanya ingin papa dan mama tahu bahwa Elo pergi entah kemana. Tapi kenapa papa semarah itu dan memukul tanpa bisa gue cegah. "
Gumam Farrel tidak bisa tidur. Dia menyesal sudah memberitahu mertuanya dan menyesal kemarin malah pergi menemui Renata. Andai Farrel tidak kemana-mana dan terus bersama Tasya, maka tidak mungkin istrinya tersakiti seperti saat ini.
Pagi menjelang. Walaupun matanya mengantuk tapi Farrel langsung mandi karena sejak kemarin tidak membersihkan tubuhnya. Lalu dia pergi ke dapur ingin membuatkan sesuatu untuk mereka berdua pagi ini. Namun, pada saat bersamaan bel rumah ada yang membunyikan dari luar. Penasaran siapa yang datang bertamu, pemuda itu langsung membukakan pintunya dan ternyata bibi pelayan dari rumah mertuanya sudah datang.
"Tuan Muda, maaf sudah menganggu waktu istirahatnya. Tapi Saya disuruh sama Nyonya Lela." Jelas wanita setengah baya itu merasa tidak enak. Karena jam masih menunjukkan pukul 5 : 34. Tapi dia sudah datang bersama sopir keluarga Erwin.
"Iya, tidak apa-apa, Bibi. Ayo masuklah! Itu Bibi membawa apa?" tanya Farrel yang membuka lebar pintu rumah tersebut.
"Ini bubur untuk Nona muda yang dibuatkan oleh Nyonya Lela. Tadi beliau bangun pagi-pagi sekali untuk membuatnya sendiri." Farrel langsung diam mendengarnya.
"Kalau begitu nanti tolong Bibi bawakan ke kamar bawah. Saya mau kembali ke kamar," ucap pemuda itu yang diiyakan oleh wanita tersebut.
"Sebetulnya mama ataupun papa sangat menyayangi Elo, Sya. Tapi Elo salah paham pada mereka. Dan mengira bahwa papa dan mama lebih menyanyangi Kak Sena dan Kak Sera."
Farrel bergumam sambil kembali ke kamar. Namun, dia kaget melihat Tasya sudah tidak ada diatas tempat tidur. Selang infus yang belum habis juga sudah dibuka olehnya.
Tok!
Tok!
"Sayang... Apakah Elo ada didalam?" padahal tanpa bertanya saja Farrel sudah tahu jawabannya karena terdengar air kran yang dinyalakan. "Sayang, Elo baik-baik aja 'kan?" kembali memanggilnya karena tidak ada sahutan dari dalam.
"Mine... Elo baik---"
Kleek!
Pintu kamar mandi sudah dibuka oleh Tasya, gadis itu sudah mandi dan berganti pakaian dengan baju tidur stelan panjang. Rambutnya di kuncir asal. Meskipun sudah mandi tetap saja wajah Tasya masih terlihat memar tapi tidak parah seperti tadi malam.
"Ada apa, Rel?" tanya gadis itu benar-benar tidak menyebut Huby yang artinya suamiku lagi.
"Sayang, Elo marah sama gue?" Farrel menahan pergelangan tangan istrinya yang hendak melangkah melewatinya.
"Marah?" ulangnya dan Farrel mengangguk mengiyakan.
"Marah karena hal apa? Bukankah Elo nggak melakukan kesalahan?"
"Jika benar tidak marah sama gue kenapa semalam Elo pergi dan tidak mau memberi kabar agar gue nggak khawatir? Karena terlalu khawatir gue menceritakan pada Mama Lela." Farrel semakin mendekati istrinya. Mata Tasya yang bulat sekarang masih terlihat sipit karena terlalu banyak menangis.
"Gue bosan berada di rumah sendirian. Makanya gue pergi mencari angin malam. Tentang gue yang tidak memberi kabar karena tidak ingin mengganggu Elo, Rel," jawab Tasya sudah terlihat santai. Seolah-olah dia menangis bukan karena kecewa pada suaminya.
"Mana mungkin Elo menganggu Gue, Sya. Elo istri gue yang---"
"Ya, lain kali gue akan memberi kabar." Sela Tasya cepat. Entah mengapa untuk saat ini dia tidak ingin mendengar kata suami lagi.
"Gue lapar mau makan. Gue tinggal dulu ya, Rel," pamitnya langsung keluar dari kamar. Farrel terdiam karena sangat terlihat perubahan Tasya yang seakan menjaga jarak dengannya. Lalu dia pun ikut menyusul ke dapur.
"Bibi, makanannya buang saja karena sudah tidak enak untuk dimakan," kata gadis itu karena melihat sang pelayan lagi membersihkan meja makan.
"Sya, makanannya masih bagus kok. Cukup dipanaskan saja, nanti biar gue yang makan. Elo sudah bersusah payah memasaknya kan." Kata Farrel malah melarang bila dibuang begitu saja.
"Tidak, Rel, Gue tidak suka melihat makanannya karena enak di makan itu tadi malam bukan sekarang." Jawab Tasya sambil membuka lemari pendingin.
"Nona mencari apa? Biar saya yang mengambilnya. Nona Tasya sarapan dulu dengan bubur yang dititipkan oleh Nyonya dan dia sendiri yang membuatnya," Bibi Rani selesai membersihkan meja makan dan langsung menyiapkan mangkuk baru beserta sendok agar Tasya bisa sarapan begitu pula suami gadis itu. Tadinya dia mau mengantarkan ke kamar seperti yang Farrel perintahkan, tapi pasangan suami-istri itu malah datang ke dapur.
"Aku sudah tidak suka bubur, Bi. Bibi bisa tolong buatkan aku omelette?" tolak Tasya jengah mengingat orang tuanya.
"Tentu saja bisa, Nona. Ayo duduklah! Biar saya buatkan sebentar," jawab si pelayan cepat. Dia tidak heran Tasya mengatakan sudah tidak menyukai bubur karena itu semua hanyalah alasan belaka gadis itu.
Sedangkan Farrel hanya bisa diam tidak tahu harus berkata apa. Tasya tetap keras pada pendirinya sendiri. Apalagi pada dasarnya Tasya memang susah diatur, begitu menurut orang-orang yang tahu keseharian gadis itu.
... BERSAMBUNG... ...
klo udh begini semua pada nyesel..
kmarin² kmana aja d saat tasya butuh perhatian udh nggk ngasih perhatian malah d katain anak gk berguna kna tampar pula..
biar Farrel merasakan mengejar cinta Tasya, dan orang tuanya pun sama