NovelToon NovelToon
PRIA

PRIA

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang
Popularitas:16.2k
Nilai: 5
Nama Author: Arif C

Novel ini menceritakan tentang seorang pria bernama Raka yang berusaha untuk memperbaiki pandangan orang lain terhadap dirinya.

Raka yang sudah pernah mendekam di penjara, mendapat banyak cemoohan dari orang sekitar bahkan keluarganya sendiri.

Apakah mungkin Raka bisa memulihkan nama baiknya yang sudah buruk di pandangan orang-orang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arif C, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13

Sepeninggal Sarah dan Rama untuk kembali ke rumah Laras. Kini tinggal Raka yang menunggu di ruang Instalasi Gawat Darurat untuk bisa menunggu kabar tentang Laras, yang kini sedang ditangani oleh tim dokter.

Walaupun Laras sudah berbuat hal yang telah melukai hati Raka, tetapi Raka mendoakan Laras agar dia bisa selamat beserta dengan bayi yang ada dalam kandungannya.

Raka mondar-mandir menantikan penanganan Laras sampai selesai ditangani, sambil terus berdoa.

'Semoga saja Laras tidak mengalami hal yang serius dan kandungannya masih bisa diselamatkan, harap Raka.

Dia tidak lagi memikirkan luka hatinya setelah dikhianati oleh Laras. Yang terpenting adalah kondisi kesehatan Laras yang bisa pulih seperti sedia kala.

Dan Raka juga berharap Laras bisa berkata jujur kepada dirinya tentang di mana keberadaan kedua anak kembarnya saat ini.

Sebab Raka begitu merasa yakin jika sebenarnya anak kembarnya itu masih hidup, karena dia mengingat ekspresi Laras yang sebenarnya menyimpan kerahasiaan kepada Raka.

Sehingga membuat Raka menjadi merasa curiga, apalagi dia tidak menemukan kuburan kedua putranya di pemakaman yang dimaksud oleh Laras.

Setelah satu jam Raka menunggu di depan ruang Instalasi Gawat Darurat itu. Kemudian ada seorang dokter yang menghampirinya.

"Apakah Anda suami dari pasien?" tanya dokter itu. Raka hanya terdiam sejenak.

Bagaimana kondisi Laras, Dokter? Apakah dia baik-baik saja beserta bayi yang ada dalam kandungannya?" tanya Raka yang begitu mencemaskan Laras.

Dokter tersebut terdiam sejenak, wajahnya merasa semakin khawatir.

"Maaf, sebenarnya kami tidak bisa menyelamatkan janin yang ada di dalam kandungan pasien. Sebab pendarahannya sudah sedemikian banyak kami harus lakukan operasi terhadapnya," jawab dokter itu. Raka pun terperangah mendengarnya.

'Oleh karena itu, kami minta kesediaan saudara sebagai suami pasien untuk menanda tangani surat pernyataan untuk segera dilakukan operasi,' kata dokter tersebut. Raka merasa ragu, karena dia bukanlah suami Laras.

"Maaf, Dokter. Saya bukan suaminya. Saya ini rekannya," jawab Raka. Dokter itu terhenyak mendengarnya.

"Kalau begitu, silakan hubungi keluarga pasien secepatnya. Agar kami bisa melakukan penanganan segera. Karena kami juga tidak ingin sampai terlambat untuk menyelamatkan nyawa pasien," papar sang dokter.

"Tetapi kami juga minta maaf, karena tidak bisa menyelamatkan calon bayi yang ada di dalam kandungannya. Karena sepertinya terlambat di bawah ke rumah sakit ini," jelas dokter tersebut. Raka hanya menganggukkan kepalanya.

"Baiklah, Dokter. Kami juga tengah menghubungi keluarga Laras. Semoga saja mereka segera datang," kata Raka.

"Kalau mereka sudah datang segera hubungi pihak rumah sakit untuk segera melakukan penandatanganan pernyataan operasi!" perintah dokter itu. Raka lalu meminta untuk menemani Laras, selama keluarganya belum datang.

Beruntung saat itu pihak medis mempersilakan Raka untuk menemani Laras saat itu.

Raka segera masuk di mana Laras tengah terbaring. Bahkan Laras mendesis kesakitan, karena dia sebenarnya belum sepenuhnya ditangani oleh tim medis.

Sebab Laras seharusnya sudah dilakukan penanganan operasi. Dia kemudian melihat Raka dan terkejut dengan kehadiran Raka yang ada di sampingnya. Air mata Laras kemudian menetes ketika melihat Raka.

"Tenang saja, Laras. Suami dan keluargamu pasti akan segera datang, dan mereka tentu akan menandatangani surat pernyataan agar kamu bisa segera dioperasi," kata Raka.

Laras masih menatap Raka dengan tatapan nanar seolah ada yang ingin disampaikannya kepada Raka.

"Terima kasih, Raka. Kamu sudah bersedia membawaku ke rumah sakit," ucap Laras dengan nada lirih.

"Sudahlah, Laras. Memang sudah sewajarnya kami membawamu ke rumah sakit. Jika tidak tentu akan membahayakan nyawamu," tutur Raka.

"Aku harap kamu baik-baik saja, Laras. Kesehatanmu lebih penting saat ini?: sambung Raka.

Laras tidak menyangka di mata Raka kini tidak ada dendam yang membara. Bahkan Raka sudah sudi mengantarkannya ke Rumah Sakit.

"Apa kamu masih membenciku, Raka?" tanya Laras. Raka menggelengkan kepalanya.

"Tentu saja tidak, Laras. Yang sudah lalu biarlah berlalu. Aku hanya ingin kita menjalin komunikasi dengan baik," jawab Raka.

"Walaupun aku sudah pernah mengecewakanmu. Apa kamu tidak membenciku Raka?" tanya Laras lagi. Raka terdiam mendengarnya.

"Rasa kecewa dan luka itu pasti ada, Laras. Tetapi saat ini tidaklah penting, karena yang terpenting saat ini adalah kesehatanmu agar kamu bisa segera sembuh dan pulih lagi seperti sedia kala," tutur Raka.

Laras mengagumi ketulusan Raka, walaupun Laras sudah menghianati Raka. Tetapi nampaknya Raka tidak membenci atau menyimpan dendam kepada Laras sama sekali.

Laras kemudian menggenggam tangan Raka. Raka pun dibuat kaget oleh sikap Laras.

"Maafkan selama ini dengan apa yang aku lakukan kepadamu, Raka," ucap Laras.

"Sudahlah, Laras. Jangan meminta maaf kepadaku! Aku sudah lama memaafkanmu," balas Raka.

Dia sebenarnya tidak nyaman ketika tangannya digenggam oleh Laras. Tetapi Raka kini balik menggenggam tangan mantan istrinya itu, agar bisa menguatkannya.

Laras kemudian tersenyum dan dia terdiam sambil memikirkan sesuatu sembari menahan rasa sakit yang begitu hebat menjalar di tubuhnya.

Laras kemudian menatap Raka lagi, Raka merasa semakin tidak tega dengan sakit yang dihadapi oleh Laras saat itu.

"Ada yang ingin kau sampaikan kepadamu, Raka?" tutur Laras. Raka pun tak hanya mendengarnya.

"Sudahlah, Laras. Lebih baik kamu fokus kepada kesehatanmu. Jangan membahas yang lain dulu!" cegah Raka. Tetapi Laras menggelengkan kepalanya.

"Tidak, Raka. Entah mengapa ada firasat bahwa aku tidak akan lama lagi berada di dunia ini," kata Laras. Raka pun kaget mendengar perkataan sang mantan istri.

"Jangan berkata begitu, Laras! Aku yakin kalau kamu pasti akan sembuh," ujar Raka. Namun Laras menggelengkan kepalanya lagi.

"Kalau aku sampai tidak ada umur. Paling tidak aku sudah mengatakannya kepadamu, Raka," kata Laras lagi.

Raka merasa penasaran dengan apa yang ingin disampaikan oleh Laras. Tetapi dia memikirkan tentang kesehatan wanita itu sebaiknya.

"Jangan memikirkan hal lain terlebih dahulu, Laras," balas Raka.

"Tidak, Raka. Kalau tidak saat ini, kapan lagi aku takut tidak bisa bertemu denganmu lagi," jawab Laras. Raka menghela napasnya.

"Baiklah kalau begitu. Memangnya apa yang ingin kamu sampaikan kepadaku?" tanya Raka sambil menatap Laras dengan sorot yang begitu lekat.

Laras kemudian mendesis lagi karena sakit yang dihadapinya semakin hebat.

"Aku ingin mengatakan sesuatu, jika anak kembar kita sebenarnya tidak dimakamkan di TPU Pohon Karet, Raka," Perkataan Laras membuat Raka terkejut mendengarnya.

"Astaga, kalau begitu di mana kedua anak itu dikuburkan, Laras? Katakanlah kepadaku agar aku bisa berziarah," cecar Raka.

Dia begitu merasa terkejut dengan pernyataan Laras. Tetapi Laras kembali menggelengkan kepalanya.

"Mereka tidak dikuburkan di manapun, Raka," jawab Laras lagi. Dia kembali meringis kesakitan Raka menjadi heran dengan perkataan yang keluar dari mulut Laras.

"Kalau begitu di manakah kedua anak kembarku itu, Laras?" tanya Raka lagi, rasa penasarannya kini semakin tinggi.

1
@Tie
ini diucapkan apa cuma dlm pikiran?tp ada ditimpali sm raka,apa raka bs baca pikiran?
@Tie
hatinya
siskaa putri
sepertinya menarik
Tester
Saya adalah pemberi komentar pertama
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!