Terjerat Cinta CEO Kejam

Istirahat pun selesai aku pun membereskan beberapa kerjaan di sebelum bertemu dengan pak rio.

Kini aku berdiri di pintu masuk ruangan pak rio

"tok tok tok"

"masuk"

aku pun membuka pintu ruangan

"chika, ada apa?" tanya pak rio saat melihatku masuk

"hmmm begini pak"

"duduk lah" ucap pak rio menyuruhku untuk duduk

"hmmm aku bisa meminta bantuan pak rio?" ucapku

"bantuan apa?" tanya pak rio

"hmmm aku butuh uang pak"

"maksudmu pinjam? Kamu bisa meminta pada hrd bila kamu memang butuh kasbon"

"hmm aku sudah bicara dengan bu dewi, tapi kata bu dewi aku tak bisa meminjam uang perusahaan"

"kenapa? memangnya berapa yang kamu butuhkan?"

"100 juta pak"ucapku

"untuk apa uang sebanyak itu chika?" tanya pa rio

aku pun menjelaskan semua yang terjadi pada pak rio

"begitu pak"

tampak pak rio terdiam dan sedang menimbang nimbang agar tak salah bicara

"menurut ceritamu yang harus kamu butuhkan itu 200 juta kan?"

"iyah pak"

"tapi chika menurut ku meskipun kamu membayar uang 100 juta itu pada renternir itu sekarang, belum tentu dia akan membebaskan mu, yang kamu butuhkan adalah melunasinya secepat nya. Dan mungkin sekarang kamu bisa membayarnya 100 juta tapi aku yakin dia akan memintamu sisa nya dalam waktu satu minggu kemudian, karena menurut ku yang di inginkan dia itu kamu "

"maksud pak rio"

" dia gak butuh uangmu tapi butuh dirimu untuk dia jual pada para pria hidung belang di sana"

Aku seketika menelan silvaku saat mendengar ucapan pak rio, sepertinya yang di katakan pak rio betul karena mereka tidak memberikan ku pilihan selain menjadi pela*ur mereka, mereka juga tau aku tak bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu 1 minggu

"jadi apa pak rio bisa membantu ku?" tanyaku

"uang segitu banyak bukan hal yang mudah aku berikan chika, tapi aku punya satu penawaran untukmu"

"penawaran apa pak?" tanyaku penasaran

"penawaran ini lebih baik dari pada kamu harus jadi pel*cur mereka"

Aku sedikit terkejut dengan apa yang pak rio katakan dan pikiranku kini terbang ke hal hal.yang sedikit membutaku merinding.

"apa itu?" tanyaku

"tuan damian membutuhkan seorang wanita yang bisa memberikannya keturunan"

"terus?"

"kamu mau jadi wanita tersebut?" tanya pak rio

"apa wanita itu hanya memberikan keturuanan lalu anak itu harus di berikan pada tuan damian"

"benar"

"apa bisa di sebut aku menjual anak ku sendiri?"

"bisa di bilang tidak, karena kamu akan menikah dengan tuan damian secara sah dan setelah kamu memberikan taun damian keturunan lalu saat anak itu berumur 3 tahun kalian akan bercerai dan hak asuh anak itu harus jatuh pada tuan damian, kamu tenang saja aku pastikan kamu dan anak kamu masih bisa bertemu"

"kenapa harus bercerai, kenapa tidak merawatnya bersama?" tanyaku

"karena saat itu kekasih tuan damian akan kembali ke tanah air dan yang aku tau tuan damian menunggu dia kembali saat ini, tapi tuan besar memaksa tuan damian agar segera menikah dan mempunyai anak " penjelasan rio

Seketika chika terdiam mendengar penjelasan pak rio

"kamu tenang saja chika bila kamu mau dengan penawaran ini aku pastikan kamu akan mendapatkan uang sebesar 300 juta belum termasuk nafkah dan lain ny setelah kalian menikah" ujar rio kembali

"hmmm tapi pak"

"kamu tenang saja, aku yakin tuan damian akan memperlakukan kamu dengan baik, bukan kan tuan damian pernah merawatmu saat kamu sakit kemarin"

"benar pak, tapi"

"pikirkan lah semuanya dengan baik chika, kamu bisa menghubungi ku bila kamu membutuhkan uangnya, " ujar pak rio sambil.memberikan ku kartu namanya

"aku yakin setelah kamu bercerai dengan pak rio kamu tidak akan menjalani kehidupan yang cukup prihatin sekarang chika, kamu juga bisa menikah kembali nantinya dengan pria yang mencintai kamu" ujar pak rio

aku terdiam cukup lama

"aku pikirkan dulu pak" ucapku

"pilihan ini lebih baik dari pada kamu harus menjadi pela*ur untuk mereka, aku yakin bila kamu terjun ke dunia itu kamu tak bisa kembali ke kehidupan awal lagi" ujar pak rio tapi aku hanya mengagguk dan keluar dari ruangan pak rio

Aku kembali ke ruang pantry , aku mencoba memikirkan apa yang pak rio katakan, memang benar mungkin hidup ku akan berubah bila menyetujuinya dan hidupku mungkin akan kelam bila tak menyetujui itu.

aku di suruh memilih sesuatu yang memang bukan pilihan di tambah kenyataan bahwa tuam damian ternyata mempunyai kekasih,

'tapi kenapa mereka tak bersama?

terus kenapa tuan damian malah ingin hamil dari perempuan lain, bukankah dia punya kekasih' pertanyaan itu terus berputar di kepala ku terus terusan.

Waktu terus berjalan waktunya pulang akhirnya tiba, aku dan ka sasa pulang bersama aku juga tak mengatakan apa pun pada ka chika tentang pak rio karena aku masih memikirkan semuanya dengan baik.

Kami menaiki transportasi umum dengan tenang tapi setelah kami berdua turun dan berjalan kaki tiba tiba

"CHIKA" teriak seseorang padaku kami berdua pun menoleh

"bu retno"

"panggil aku nyonya retno"

"nyonya retno" ucap ku sambil menelan silvaku, sial sekali ku kira aku bisa sedikit lebih lama pergi dari mereka ternyata tidak.

Mereka dengan mudah menemukan keberadaan ku ternyata

"kamu mencoba kabur ternyata yah?"

"ti tidak bu retno eh maksud ku nyonya retno, beri aku waktu 1 hari lagi besok aku pastikan uangnya sudah ada"

"kau banyak alasan, bawa dia" suruhnya pada para pengawal

"tunggu, baik baik saya akan telpon orangnya untuk membawa uang yang anda minta" ucapku saat para pengawalnya mulai mendekati kami berdua.

"chika kita kabur aja mendingan" bisik ka sasa

"percuma ka lihat berapa pengawal yang ia bawa"

"alah aku yakin kamu tuh gak bisa pegang uang tersebut kan pake alasan saja, pengawal cepat seret dia"

"beri aku waktu 5 menit, bila temanku tak mengangkat telpon nya kalian bisa membawa ku" ucapku sambil mengulur waktu

"baik lakukan cepat" ucap nyonya sekar sambil melirik jam tangannya.

"pergilah ka sasa" bisik ku pada ka sasa aku takut ka sasa malah terlibat

"tidak chika, kaka gak mungkin tinggalin kamu" ucap ka sasa

"tapi ka, sudah lah gimana kaka saja" aku mengambil hp ku dan mulai mencari kontak pak rio, awalnya aku akan berpikir semuanya dulu 1 hari tapi semesta tak ingin aku memikirkan hal tersebut karena mereka malah datang di waktu yang tidak tepat.

Sungguh hari yang cukup sial bukan.

Bersambung. . .