NovelToon NovelToon
The One Who Give Me Butterflies Feeling

The One Who Give Me Butterflies Feeling

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / cintapertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: mom fien

Cerita cinta dari masa remaja saat SMU hingga dewasa.
Bagaimana proses pendewasaan terbentuk karena mengenal cinta.
Cinta itu seperti permen dengan berbagai rasa, manis, asam, juga rasa mint yang kadang terasa pedas tapi menyegarkan.

Aku membuat cerita ini tidak dalam bentuk panjang, tidak banyak drama dan bertele-tele.
Cerita fiksi yang berdasarkan detail kebenaran.

Semoga kalian menyukainya.
Full of love from me,
Author.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom fien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18: Minta izin

Setelah resmi menjadi pacarku, Danny lebih sering menemuiku. Sebisa mungkin ia akan menjemputku pulang kerja, dan makan malam bersama. Saat weekend kami berkencan, baik itu di Bogor ataupun Jakarta.

Disuatu weekend saat di Bogor, aku diajak Danny makan siang bersama keluarganya. Danny datang menjemputku di rumah lalu pergi ke restoran tempat keluarganya sudah berkumpul. Papanya menjabat tanganku dengan senyuman. Aku mencium pipi kiri dan kanan mamanya, mamanya berkata, "Halo Fann, sudah lama kita ga bertemu, tante senang kamu sama Danny lagi". Aku membalas ucapannya dengan senyuman. Aku juga menjabat tangan kakak Danny, dan berkenalan dengan calon kakak ipar Danny. Makan siang itu berjalan lancar.

Sabtu pagi ini aku dan orangtuaku bersiap-siap untuk acara pemberkatan pernikahan kakak Danny. Resepsinya sendiri diadakan nanti malam. Orangtuaku diundang ke acara pemberkatan dan resepsinya. Tetapi karena papaku ada kegiatan hari minggu pagi-pagi sekali, orangtuaku memutuskan hanya untuk datang di acara pemberkatannya saja, dan akan langsung pulang kembali ke Bogor sabtu siangnya.

Untuk acara resepsinya aku mengenakan one shoulder dress berwarna biru navy, panjang semata kaki dengan belahan tinggi diatas lututku sedikit disisi kanan. Keluarga besar Danny sudah berkumpul menginap dihotel tempat resepsinya berlangsung dari 1 malam sebelumnya. Aku akan dijemput supir keluarga Danny menuju tempat resepsi. Sebenarnya aku lebih baik berangkat menggunakan taksi saja, tapi Danny memaksa untuk menggunakan supirnya. Mamanya pun mengirimkan pesan singkat kepadaku untuk tidak sungkan menggunakan supir keluarga mereka, karena mereka semua sudah berkumpul di hotel jadi tidak lagi membutuhkan supir.

Sesampainya di tempat resepsi Danny datang menghampiriku, dia tampak tampan mengenakan black suit. Lalu Danny mengajakku untuk bersalaman dengan mempelai dan orangtuanya. Kemudian aku diajak berkeliling menyapa keluarga besar Danny, beberapa kenalan Danny, dan tentu saja bertemu Vina juga disana. Setelah selesai berkeliling, aku dan Danny makan di tempat area khusus untuk keluarga.

"Fann, kekamarku ya bentar, aku mau ambil powerbank sebentar"

"Ok" Kataku mengiyakan.

"Kamu tidur sama siapa Dann tadi malam?"

"Tidur sama kakakku, tapi tentu saja malam ini kamar itu milikku sendiri" Jawab Danny.

Kami naik lift menuju kamar Danny, sesampainya didalam kamar, Danny langsung menutup pintunya, memelukku dan mendorongku pelan ke dinding, lalu mencium bibirku, menggigit bibir bawahku meminta untuk lebih.

Tangan kanannya membuka belahan gaunku, mengelus pahaku lalu bergerak naik ke bagian atas mendekati celanaku. Kuhentikan tangannya.

"Jangan Dann" Kataku pelan.

Lalu Danny mengeluarkan tangannya dan kini memegang dadaku. Kini ia menciumi bagian pundakku yang memang terbuka tidak tertutup bahan kain.

"Dann jangan sekarang, nanti kamu dicari oleh keluargamu" Kataku berusaha menyadarkan Danny.

"Kamu sungguh menggoda Fann, aku tidak tahan" Kata Danny.

Lalu ia berkata kembali, "Tunggu sebentar aku menenangkan diriku dulu".

Danny kemudian masuk ke dalam toilet, sementara dia berada disana aku merapikan baju dan make upku, lalu aku keluar ke arah balkon kamar, mencari udara segar, sambil melihat lampu-lampu dan jalanan ibukota.

Kurasakan ada tangan memeluk pinggangku, kurasakan juga kini dagu Danny berada diatas pundakku, ia berkata, "Kamu sungguh membuatku gila Fann, ayo kita turun sekarang, sebelum aku lupa diri lagi".

Sesampainya di bawah kami berbaur kembali dengan tamu-tamu undangan, tidak lama aku pamit pulang, diantar oleh supir keluarga Danny lagi.

Beberapa bulan kemudian sepulang kencan kami di Bogor, Danny mengantarku pulang ke rumah, lalu berbincang bincang dengan orangtuaku. Awal perbincangan hanyalah obrolan ringan biasa, entah darimana mulainya tiba-tiba menjadi lebih formal.

"Jadi Dann, bagaimana pekerjaan kantormu, apakah kamu betah bekerja disana?" Tanya papaku.

"Ya om, aku menyukai pekerjaanku, lagipula waktunya fleksibel, memudahkanku untuk mengerjakan pekerjaan sampingan jika ada tawaran yang datang".

"Apa kamu sudah memiliki rencana bisnis lainnya?" Tanya papaku.

"Saat ini hanya rencana kasar, jadi masih memalukan kalau disebut rencana bisnis om" Jawab Danny sambil tersenyum.

Aku dan mamaku hanya menjadi pendengar dan sesekali tersenyum mengikuti pembicaraan mereka.

Lalu Danny memulai pembicaraan lagi.

"Maaf om dan tante, kalau boleh saya lancang, apa om dan tante menyetujui saya menjadi pendamping hidup Fanny suatu saat nanti?"

"Saya sendiri belum berbicara mengenai hal ini dengan Fanny, tapi saya ingin menunjukkan keseriusan saya dengan hubungan ini, karena pacaran dan menikah adalah hal yang berbeda, apa saya diizinkan jika suatu hari nanti meminta anak om dan tante?" Tanya Danny.

Aku sangat kaget mendengar hal ini, Danny benar-benar tidak memberitahukanku akan melakukan pembicaraan seperti ini dengan orangtuaku, mungkin orangtuaku juga kaget mendengarnya.

Lalu mamaku menjawab Danny, "Tante menyukaimu Dann, lagipula kamu dan Fanny sebenarnya sudah lama sekali berhubungan dari kalian masih di SMU, soal menikah tante serahkan semua ke Fanny".

Papaku pun kemudian berkata, "Ya, pendapat om sama dengan tante, semua om serahkan kepada Fanny".

Lalu papaku kembali bertanya, "Karena kamu sudah berani mengutarakan keseriusan kamu, boleh om tahu apa rencana masa depan kamu?"

"Mmm.. maaf sebelumnya om, tante, jika mungkin saya masih banyak kekurangannya. Saat ini saya hanya memiliki apartemen kecil berukuran 1 kamar pemberian orangtuaku".

"Saya ingin mengikuti jejak kakakku, memiliki rumah kecil untuk ditempati saat memiliki keluarga, saat ini saya sedang menabung dan mungkin dalam beberapa bulan ke depan akan mengajak Fanny untuk melihat-lihat rumah yang mungkin sesuai dengan budget saya, mungkin dipinggiran kota yang berbatasan dengan Jakarta".

Papaku kemudian berkata, "Dann, Fanny anak om satu satunya, jika kamu membutuhkan bantuan untuk masa depan kamu dan Fanny, pasti om dan tante bersedia membantu. Om tidak meminta banyak hal, hanya hidup berbahagia saja, itu saja yang om minta dari kamu".

Aku sebenarnya agak terharu mendengar kata-kata papaku.

"Ya om terima kasih, aku pasti akan datang ke om dan tante jika membutuhkan bantuan berupa masukan dan hal lainnya".

"Terima kasih om, terima kasih tante, karena untuk saat ini yang saya butuhkan hanyalah izin dari om dan tante".

Kemudian pembicaraan beralih ke hal lain yang lebih ringan, dan tidak lama dari itu Danny pamit pulang.

Saat mengantar Danny ke depan rumah, kami berbincang sebentar di depan pagar rumahku.

"Fann bagaimana perasaanmu tentang pembicaraan tadi?"

Lalu Danny berkata lagi, "Aku ingin segera mewujudkan mimpiku bersama mu Fan, dan sesuai kata-kataku dulu, kini aku berusaha menepatinya satu per satu"

Aku terdiam mendengarnya, ya semenjak kami jadian lagi, Danny memang menunjukkan keseriusannya dan terlihat lebih dewasa, ia sudah tidak cemburuan seperti dulu kami pacaran jarak jauh, ia mengerti jika aku kadang harus diantar pulang oleh rekan kerjaku yang laki-laki, sebisa mungkin ia akan bertanya, mendengarkan penjelasanku dan mendebat dengan logis, supaya tidak ada salah paham diantara kami.

Karena terdiam beberapa saat, Danny bertanya lagi, "Apa kamu masih punya keraguan terhadapku?".

Aku menjawab, "Ga Dann, terima kasih untuk tadi, terima kasih karena kamu mengatakan hal itu kepada orangtuaku, aku percaya kamu ada di masa depanku, cuma untuk menikah seperti yang kamu bilang tadi, masih ada banyak yang harus kita bicarakan lagi nanti suatu saat, disaat yang tepat".

"Terima kasih Fan, I love you" Kemudian Danny mencium pipiku, dan pamit pulang.

Ya, untuk menikah, sebenarnya aku tidak ingin cepat menikah, cuma aku belum pernah mengutarakan hal ini pada Danny, karena dia selalu mengatakan ingin menikah muda, apalagi saat ini kakaknya sudah menikah. Aku masih ingin main, berpacaran, aku masih ingin mengerjakan hal-hal menantang dalam pekerjaanku. Lalu aku berpikir, biarlah waktu yang akan menjawabnya, aku akan mengikuti alurnya saja.

1
Jayrbr
Jiwa saya terkoyak!
fien: terima kasih kakak 🥰
total 1 replies
Ignacia belen Gamboa rojas
Abis baca cerita ini, bikin aku merasa percaya sama cinta lagi. Terima kasih banget thor!
fien: waahhh seneng banget dengernya. nantikan bab selanjutnya ya 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!