Sekuel Touch Me, Hubby
🍁🍁
Perjodohan karena hutang budi, membuat Sherinda Agastya, gadis cantik dan sedikit ceroboh itu terpaksa menerima pernikahan yang tidak dia inginkan sama sekali. Parahnya lagi orang yang dijodohkan dengannya merupakan kakak kelasnya sendiri.
Lantas, bagaimana kehidupan mereka setelah menikah? Sedangkan Arghani Natakara Bagaskara yang merupakan ketua Osis di sekolahnya tersebut sudah memiliki kekasih.
Bagaimana lanjutan kisah mereka? Baca yuk!
Fb : Lee Yuta
IG : lee_yuta9
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee_yuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Syarat
Bab. 9
"Tapi boleh nggak Rinda ajuin satu syarat?" tanya Rinda sebelum menjawab pertanyaan dari semua orang tentang persetujuannya dalam perjodohan sekaligus lamaran malam ini.
Papa Langit dan mama Ayumna tampak saling pandang, lalu dengan lembut mama Ayumna meraih tangan Rinda.
"Sebutkan saja syarat darimu, Sayang. Ghani bisa mengabulkannya, asal bukan setelah nikah minta cerai, oke?" ujar mama Ayumna dengan suara yang begitu menenangkan. Seolah menandakan wanita ini tidak pernah marah sedikit pun.
Tentu saja hal itu membuat ayah Aga dan bu Mela sedikit was-was. Pasalnya, putrinya yang satu ini suka ceplas ceplos.
Namun, hati mereka cukup lega di saat melihat gelengan kepala dari Rinda.
"Bukan kok, Tan—eh, Ma," ralat Rinda. "Ya kali Rinda langsung jadi janda setelah menikah? Mana masih muda banget. Nggak lucu kan nanti," seloroh gadis itu yang membuat suara tawa pecah di ruang tengah rumah keluarga Agastya.
"Lalu?"
Satu pertanyaan yang baru pertama kali keluar dari mulut seseorang yang sedari tadi hanya diam dan menatap ke arahnya dengan tatapan yang sangat sulit sekali Rinda jabarkan. Pasalnya, selama ini memang tatapan pria muda itu selalu datar dan pelit senyum. Berbeda ketika dia sedang bersama seseorang yang Rinda tahu dari gosip mulut turah, bahwa gadis itu merupakan kekasih Ghani.
Namun, Rinda tidak mau mengungkap atau menyinggungnya di sini. Yang ada malah justru dirinya yang akan mendapat masalah. Lebih-lebih ia belum tahu betul bagaimana sikap dan sifat dari seorang Arghani Natakara Bagaskara jika berada di rumah.
Mama Ayumna sendiri juga tampak sedikit terkejut di kala putranya menanggapi persyaratan yang akan dikatakan oleh Rinda. Kini, semua tatapan tertuju kepada Rinda. Menunggu jawaban dari gadis itu.
Rinda sendiri yang ditatap seperti itu, seolah tak terbebani sedikit pun. Di tambah lagi dengan apa yang bakal dia katakan.
"Rinda mau ini semua dirahasiakan di sekolah. Bagaimana?" pinta Rinda. Menatap Ghani dengan tatapan penuh maksud.
Bu Mela cukup terkejut kali ini. Biasanya, putrinya ini sangat suka sekali memamerkan barang miliknya kepada teman-temannya, walaupun itu bukan barang mahal. Namun, kenapa untuk yang satu ini justru disembunyikan.
"Sebagai suami ataupun tunangan, tetap, Rinda ingin dirahasiakan. Kalaupun nanti kita sampai menikah, juga tetap nggak boleh rame-rame," imbuh Rinda lagi yang ternyata bukan hanya satu saja syaratnya. "Nggak mau berangkat bareng juga. Rinda mau bawa motor sendiri. Jangan larang-larang Rinda mengejar apa yang Rinda suka. Yang penting nggak selingkuh."
Astagaaaa ... ternyata masih banyak juga permintaan gadis ini. Batin Nara yang sangat gemas sekali ingin memukul kepala adiknya. Tidak sadar apa dengan perkataannya di depan tamu.
"Tapi, Say—"
"Nggak masalah!" potong Ghani cepat dengan senyum penuh arti.
Mama Ayumna yang ingin menyelesaikan kalimatnya pun terdiam seketika, di saat melihat gelengan kepala dari sang suami.
"Oke, kalau begitu selesai, kan masalahnya malam ini?" balas Rinda. "Kalau sudah, Rinda pingin masuk ke kamar. Belum ngerjain PR," imbuh gadis itu.
Bisa-bisanya di saat seperti ini dan situasi yang cukup menegangkan bagi dua keluarga, gadis itu malah memikirkan pekerjaan sekolahnya.
"Rindaaa ...!" geram ibu yang sudah tidak tahan dengan tingkah laku putrinya sendiri. Dia sangat malu dan meminta maaf pada teman suaminya tersebut.
"Nggak apa, Mbak Mela. Namanya memang masih sekolah. Ya wajar kalau kepikiran sama tugasnya," sahut mama Ayumna yang sepertinya orangnya sangat baik dan pengertian.
"Bener banget, Ma. Sebelum Rinda jadi ibu-ibu rumah tangga, mending Rinda puasin dulu kan waktu bebas Rinda yang cuma sebentar ini?"
Itu bukan pertanyaan, melainkan sindiran yang Rinda arahkan kepada kedua orang tuanya. Gadis itu melirik penuh maksud ke arah ayah dan ibu. Bahkan tatapan matanya yang biasanya berbinar cerah, kini seolah tengah mendung. Dan Nara sangat menyadari perubahan emosi adiknya.
Sebelum semuanya tumpah, Rinda cepat-cepat mengerjapkan matanya untuk mengusir buliran bening yang menumpuk di sudut matanya. Dia ingin beranjak, namun ada sebuah suara yang menghentikan pergerakannya.
"Aku juga ada satu syarat," ucap Ghani tiba-tiba. Membuat semua orang kini menatap ke arah pria muda yang sangat tampan tersebut. Pun begitu dengan Rinda.
Ghani menatap intens gadis yang akan dinikahkan dengan dirinya. Membuat Rinda menelan salivanya dengan sangat susah.
'Awas saja kalau permintaannya aneh-aneh. Apalagi bikin dedek. Ribet banget. Mana gue belum belajar sama sekali tentang reproduksi manusia. Ntar malah salah adonan, gue yang disalahin.' batin Rinda di dalam hati.