NovelToon NovelToon
Sisi Lain Dari Pagar Sekolah: Pengalaman Dan Penyesalan

Sisi Lain Dari Pagar Sekolah: Pengalaman Dan Penyesalan

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / Teen School/College / Slice of Life
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Atikany

Aku punya cerita nih, soal dunia ku yang banyak orang bilang sih kelam, tapi buat ku malah keren dan penuh dengan keseruan. Aku punya circle, sebuah geng yang isinya anak-anak yahut yang terkenal jahil dan berani. Seru abis pokoknya! Mereka itu sahabat-sahabat yang selalu ada buat ngelakuin hal-hal yang bikin adrenaline kita ngacir.

Kita sering hang out bareng, kadang sampe lupa waktu. Dari yang cuma nongkrong asyik di tempat-tempat yang biasa kita tongkrongin, sampe yang agak miring kayak nyoba barang-barang yang sebenernya sih, yah, kurang direkomendasiin buat anak muda. Tapi, yah, lagi-lagi itu semua bagian dari mencari identitas dan pengalaman di masa remaja.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atikany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 13

Di jam istirahat, perasaan ku campur aduk. Masa' sih, aku, yang biasanya jadi korban malak, sekarang malah diminta buat jadi pemalak? Rasanya kaya kebalik dunia gitu.

Tapi, kayaknya benar deh apa yang sering dibilang, pergaulan itu bisa bikin orang berubah, dan kayaknya aku udah mulai berubah.

Awalnya aku ragu banget, tapi di sisi lain, ada rasa penasaran yang ngebuat aku pengen tahu gimana rasanya jadi yang 'atas', yang ngendaliin situasi.

Rasanya itu seru, kayak main game tapi di kehidupan nyata. Aku mulai menepis semua rasa negatif itu, dan berusaha buat nyemangatin diri sendiri.

Aku melirik rombongan Miranda yang udah siap nongkrong di depan pintu kelas, tampang mereka penuh harap, kayak ngarepin drama yang menarik atau semacamnya.

Miranda, dengan gaya cheerleadernya, meniupkan semangat dari kejauhan. Bibirnya membentuk kata-kata, "Pasti bisa," tanpa suara, sambil anggukan kepala yang yakin. Aku, yang tadinya masih setengah hati, jadi makin tertantang.

Aku mendekat ke dua anak cowok yang masih duduk manis di bangkunya. Di kelas memang nggak terlalu rame, tapi beberapa anak lain juga masih ada, pada sibuk sendiri-sendiri.

Niatan ku mau malak tuh, tapi dalam hati kecil, rasanya canggung banget. Dengan tangan di pinggang, aku berusaha keras menahan kaki ku yang gemetaran.

"Hei, lu ada duit lebih nggak?" tanya ku dengan suara yang agak goyah.

Harun, yang duduk paling dekat sama ku, menjawab dengan santainya, "Ada."

Aku lirik lagi ke arah Miranda dan teman-temannya. Mereka kayaknya ngasih semangat, ada yang ngangguk-ngangguk dan senyum-senyum. Rasanya jadi ada dorongan buat lanjutin niatan ku, tapi sekaligus berasa salah.

"Oi, nih," ucap Ardi sambil ngeluarin minuman  dari lacinya.

Minumannya masih kelihatan dingin, masih berembun. Belum sempat ku pegang, tiba-tiba Harun langsung nyeletuk dengan nada tinggi.

"Jangan goblog!" teriak Harun tiba-tiba.

Kaget, dong, aku dengarnya. Kirain Harun marah, karena emang aku datang-datang langsung minta duit. Tapi ternyata enggak.

"Dia cewek, enggak baik kalau minum Puwer F," ujarnya sambil menyorong kepala Ardi dengan jari telunjuknya.

Aku baru sadar, minuman yang Ardi tawarkan itu 'Puwer F', minuman yang konon katanya mengandung kafein tinggi dan beberapa zat lain yang kurang baik untuk cewek.

"Ngapain ribut-ribut?" tanya Gilang yang tiba-tiba muncul dan langsung nyelonong duduk deket Ardi.

"Si Alisa lagi haus nih. Tapi si bego ini malah nawarin Puwer F," kata Harun santai, nunjuk-nunjuk ke Ardi yang tampangnya lagi kebingung.

"Lu haus?" Gilang langsung nanya ke aku.

Pandangannya langsung nembus mata ku, dan aku nggak ngerti kenapa, tiba-tiba ada perasaan aneh yang muncul.

Aku cuma bisa jawab, "Lumayan," padahal aslinya sih aku nggak terlalu butuh minum. Tapi gara-gara dia nanya gitu, jadi pengen sesuatu yang seger.

Gilang nggak pake basa-basi, dia langsung ngelambai-lambaikan uang dua ribu ke arah ku.

Aku yang lagi bingung makin bingung, "Hah?" keluar spontan dari mulut ku.

Gilang, dengan santainya, langsung jalan ke arah ku dan naruh uang itu di tangan ku.

"Katanya haus, yaudah beli aja," ucapnya pendek.

"Makasih," kata ku canggung

Gilang cuma mengangguk dan balik ke tempat duduknya, sementara aku masih berdiri di sana, memegang uang dua ribu, bingung dan terbengong-bengong.

Dua ribu rupiah di tahun 2014, bisa ku gunakan untuk membeli empat gelas es cekek, minuman yang bakal menyegarkan tenggorokan ku yang tiba-tiba merasa sangat kering.

Pikiran ku melayang ke kantin, membayangkan es yang dingin dan manis itu mengalir di tenggorokan.

Tapi di saat yang sama, aku juga berpikir tentang Gilang yang baru saja dengan entengnya memberikan uang itu. Sikapnya yang cool dan tenang dalam menghadapi situasi membuat ku bertanya-tanya. Ada sesuatu yang lebih dari sekedar sikap santainya.

\~\~\~

Hari itu kantin lebih rame dari biasanya,  aku dan rombongan Miranda berhasil dapet meja tengah yang cukup luas buat kita semua. Suasana bercanda dan gelak tawa mengisi tiap pojok ruangan, sembari suara garpu dan sendok yang beradu menambah ramai suasana.

Di tengah hebohnya situasi, tiba-tiba Caca, yang duduk di sebelah gue, nyeletuk dengan nada yang bikin aku terkejut.

"Kayaknya Gilang suka deh sama lu," ucapnya.

Dengan rasa penasaran yang menggebu, aku mulai mikir-mikir, bener nggak sih omongan Caca. Tapi belum sempet aku bales omongan dia, tiba-tiba Rian dari meja belakang langsung nyaut.

"Siapa yang suka?" teriaknya.

Suaranya cukup keras sampai-sampai beberapa orang di meja lain nengok ke arah kita.

Dengan refleks aku langsung nengok ke belakang, dan bam! Muka Rian udah deket banget sama muka ku. Jaraknya cuma beberapa senti, sampe-sampe aku bisa ngerasain hembusan napasnya yang bau kerupuk jengkol.

"Whoaaa..." teriak beberapa anak kantin yang kebetulan liat kejadian itu.

Rian, yang sepertinya juga kaget, langsung melotot ke ku dengan mata yang berbinar. Sementara itu, aku yang masih bingung dan agak malu dengan situasi yang tercipta, secepat kilat memalingkan muka, membelakangi Rian lagi.

Tawa riuh langsung pecah di sekeliling ku, sementara Caca masih ngakak ngeliat reaksi ku yang kaget campur jijik.

"Makan-makan," canda Miranda dengan tawa yang ceria, tapi aku makan dengan kaku banget.

Serius deh, rasanya aku pengen cepet-cepet balik kelas aja. Situasi di kantin itu mulai bikin aku ga nyaman. Sayangnya, makanan di piring ku masih banyak, rasanya sayang kalau harus ku tinggal.

Di meja belakang, tempat Rian dan teman-temannya duduk, aku bisa dengar suara mereka ngobrol dengan suara pelan.

"Wesweswes..." terdengar suara mereka ngobrol sambil sesekali cekikikan.

Pasti mereka lagi ngomongin kejadian tadi yang bikin aku sama Rian hampir cipika-cipiki secara ga sengaja. Mungkin bagi mereka itu lucu, tapi buat ku, itu momen yang bikin aku pengen sembunyi di bawah meja.

Di tengah keramaian kantin yang masih bising dengan suara orang-orang makan dan ngobrol, tiba-tiba Hanum lempar komentar yang langsung menarik perhatian ku.

"Hebat ya lu, tanpa usaha kerasa si Gilang dan Rian nyatol sama lu," dia bilang sambil ketawa ngakak. Aku cuma bisa geleng-geleng kepala mendengar itu.

Fifin yang duduk di seberang gue ikutan nyaut, coba menahan tawa. "Hooh, kayaknya lu enggak perlu ajaran dari kita karena secara alami lu berbakat," katanya, nyengir lebar.

Aku jadi tambah gak enak badan dengernya, tapi sekaligus terhibur juga sih.

Davina yang selama ini cuma nyimak, tiba-tiba ikutan nimbrung dengan nada canda, "Hu, suhu, ajarin dong," katanya sambil ketawa.

Suasana yang tadinya ku rasa cukup canggung jadi sedikit lebih ringan berkat candaan mereka.

Caca terus ngelanjutin tawaannya, makin keras, "Muka malu-malu meongnya bikin gemes," katanya lagi, sambil nyubit pipi ku seolah-olah gue ini kucing gemoy.

Miranda yang duduk di sebelahnya juga ikutan ledek, "Langsung merah gitu," katanya sambil nunjuk-nunjuk ke muka ku yang memang udah mulai merona karena malu.

Jujur ya, dekat sama mereka itu bener-bener ngasih dampak bagus buat kepercayaan diri ku. Meskipun kadang-kadang ide-ide mereka tuh nyeleneh banget dan bikin aku mikir, 'Ini seriusan?', tapi entah kenapa seru aja.

Ngeliat cara mereka bebas ngomong apa aja, aku jadi belajar buat lebih santai dan nggak terlalu mikirin apa kata orang lain.

1
Amelia
halo salam kenal ❤️🙏
Atika Norma Yanti: salam kenal juga ya😄
total 1 replies
Anita Jenius
5 like mendarat buatmu thor. semangat ya
Anita Jenius
seru nih mengangkat masalah pembullyan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!