Kecelakaan yang membuatnya cacat dan berakhir menggunakan kursi roda membuat Zenita sang Nona muda gagal menikah dengan kekasihnya. Ia terpaksa harus menikah dengan supir pribadinya karena mempelai pria tidak datang ke pernikahan. Namun bagaimana jadinya jika keduanya sudah memiliki pujaan hati masing-masing namun dipaksa untuk bersama?
Apakah keduanya akan saling jatuh cinta seiring berjalannya waktu? Ataukah berakhir dengan perceraian?
Sementara sang mempelai pria yang tidak datang ke pernikahan itu kembali ke kehidupannya setelah pernikahan itu terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagita chn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Pemilik rumah sakit baru
Kini Devin tinggal dirumah barunya. Rumah yang tampak mewah dan megah tak kalah dari rumah keluarganya. Ia sungguh kecewa dengan kedaan yang ada terlebih dengan sikap ibunya yang membuatnya enggan untuk pulang ke rumah.
Ia juga terlihat akan menelpon seseorang dengan ponselnya.
"Halo. Bagaimana? Apa kau sudah mendapatkan info?" Begitulah yang dikatakan Devin sambil mendengarkan orang yang sedang berbicara ditelpon itu.
"Bagus. Besok aku akan kesana. Dan kau jangan lupa cari tau tentang dokter brengsek itu. Bila perlu beli rumah sakit dimana dia kerja. Akan ku berikan pelajaran padanya!"
Sekalinya marah Devin tidak akan main-main. Apalagi dia yang begitu dirugikan atas kejadian ini,sekalipun ia harus membeli rumah sakit akan dia lakukan pastinya.
*
*
Malam ini keduanya sudah makan malam dan membersihkan diri. Suster juga sudah selesai jam kerja, ia harus segera istirahat dan meninggalkan nona mudanya.
"Apa yang kau lakukan disitu? Tidurlah disini." Pekik Zenita yang melihat Franz malah duduk disofa karena waktunya tidur.
"Saya tidur disitu Nona?"
"Ya. Tapi jangan melawati batas ini" Zenita menaruh bantal guling di tengah-tengah ranjangnya. Ia sebenarnya enggan untuk melakukan ini tapi mau bagaimana lagi. Ketika dia membutuhkan sesuatu dia tinggal menyenggolnya pikirnya. Tidak harus berteriak-teriak memanggilnya disofa.
"Baiklah jika ini kemauan Nona." Franz pun menurut dan naik ke atas ranjang.
Keduanya langsung bersegera tidur. Terlihat sekali jarak terbentang diantara keduanya. Sudah seperti kutub utara dan kutub selatan yang tidak bisa mempersatukan keduanya karena terhalang dataran bantal guling.
20 menit berlalu. Sepertinya Nona sudah terlelap tidur karena pengaruh obat yang dikonsumsinya juga. Sementara Franz masih terusik. Ini baru pertama kalinya ia tidur dengan perempuan. Terlebih dengan Nona mudanya sendiri. Sungguh terasa canggung baginya.
Bagaimana aku bisa tidur jika suasananya seperti ini.
Franz pun memilih duduk dan ternyata sudah ada banyak pesan di ponselnya baik kerabat maupun tunangannya.
"Akhir-akhir ini kamu sibuk sekali mas. Kamu sehat-sehat saja kan?" Pesan dari Hazna yang baru saja dibaca oleh Franz.
"Maaf Hazna. Mas---" Franz yang sedang mengetik langsung menyadari istrinya yang akan jatuh dari ranjang.
"Astaga Nona."
Brakkk!
Sampai-sampai karena menahannya yang akan terguling dari ranjang Franz menjatuhkan ponselnya.
Membuat Zenita kaget dan terbangun dari tidurnya. Ia langsung menatap lekat Franz yang sedang membekapnya itu. Ia juga menyadari dirinya yang akan jatuh.
"Franz??"
Kedua mata itu sudah saling bertemu.
Franz yang kaget karena ponselnya jatuh dan Nona Zenita yang kaget karena bekapan Franz yang begitu erat padanya.
"Maaf Nona aku mengagetkanmu. Anda hampir jatuh." Keduanya sama-sama tegang saling bersitatap. Zenita juga menyadari dirinya yang hampir terguling ke bawah membuatnya tidak protes atas bekapan Franz itu.
"Awww!" Zenita baru menyadari tangannya yang tertekan oleh tangan Franz.
"Maaf Nona. Apa sakit?"
"Ti-tidak. Aku hanya kaget saja"
Drrttt... Drrttt...!
Sebuah panggilan tentunya langsung memecahkan keduanya yang sedang bersitatap.
(Hazna) Nama panggilan itu.
"Eum...Nona jangan tidur terlalu pinggir. Kalo Anda jatuh bagaimana?"
"A-aku tidak bisa bergerak lagi. Kaki satuku terasa kram."
"Akan ku bantu."
"Angkatlah telponmu dulu."
"Biarkan saja Nona. Sepertinya tidak penting."
Maaf Hazna kau sungguh penting bagiku.
Franz membantu istrinya dengan lembut untuk tidak tidur terlalu ke pinggir.
"Istirahatlah lagi Nona. Besok pagi kita harus kerumah sakit kan?
Zenita menganggukkan kepalanya setelah kembali terbaring di ranjang dengan benar. Sementara Franz juga bergegas tidur setelah ia mengambil ponselnya dan ditaruh dimeja samping ranjang.
Siapa Hazna? Sepertinya orang terdekat Franz. Waktu dihotel pun dia menyebutkan nama itu.
Sementara disisi lain Hazna sedang cemberut berat. Akhir-akhir ini dia begitu merasakan sikap berbeda Franz yang sedikit berubah.
"Mas Franz kenapa ya? Akhir-akhir ini berubah banget. Biasanya kalo aku telpon juga langsung diangkat. Pesan ku saja cuma dibaca doang. Apa dia sibuk banget ya, jam segini masih nyetir."
Malam pun berlalu.
*
*
Hari ini keduanya sudah berada dirumah sakit. Dokter pun langsung memeriksa Nona Zenita yang sedang kontrol itu.
Perkembangannya baik. Spertinya Nona Zenita benar-benar mengikuti anjuran dokter dalam masa pemulihan. Memang seperti itu adanya ,Zenita ingin sekali sembuh dan menunjukkan pada mantan kekasihnya bahwa ia bisa kembali seperti dulu lagi bahkan lebih dari yang dulu.
"Perkembangannya bagus Nona. Selalu rajin minuman obat ya. Agar anda cepat pulih kembali seperti dulu. Nona juga jangan terlalu banyak sering bergerak. Ini juga ada vitamin tambahan untuk Anda."
"Baik Dok. Aku juga ingin cepat sembuh. Makasih banyak dokter."
"Sama-sama Nona"
Waktu kontrol telah habis.
Kini waktunya membayar Administrasi rumah sakit. Zenita memang berniatan untuk membayar dalam jangka panjang 1 tahun kedepan. Agar sewaktu kontrol nanti ia pun tidak perlu ribet untuk membayar administrasi rumah sakit lagi.
"Maaf Nona seluruh biaya penanganan Anda sampai pulih sudah terbayarkan. Jadi anda tidak perlu khawatir untuk membayar kembali dimasa kontrol."
"Apa? Bagaimana bisa sepertinya Sus? Apa keluargaku sudah membayarnya?"
Tapi Mama menyuruhku untuk melunasi semuanya tadi. Siapa yang bayar?
"Eum..semua ini menurut peraturan baru rumah sakit Nona. Anda Nona Zenita Indra Wiratama kan? Pemilik rumah sakit baru telah menetapkan ketentuan ini untuk Anda."
"Aneh sekali. Aku juga bukan orang miskin yang tidak bisa bayar rumah sakit Sus. Siapa pemilik baru rumah sakit ini. Apa dia mengenalku? Kenapa dia melakukan hal besar ini?"
"Aku. Aku pemilik barunya." Tiba-tiba Devin muncul entah darimana asalnya mendekati mereka.
Franz dan Zenita pun sangat terkejut atas kehadiran lelaki itu.
Devin??
Untuk kesekian kalinya Devin dan Zenita bertemu lagi setelah gagalnya pernikahan itu dengannya.
"Apa maumu hah! Kenapa melakukan hal ini?? Kau pikir aku akan menerima semua ini? Tidak! Aku merasa jijik menerimanya!!" Sengit Zenita yang begitu benci padanya.
"Terserah kamu mau ngomong apa Bee. Tapi yang jelas aku akan buktikan kalo aku tidak ada niatan sedikitpun untuk meninggalkan pernikahan ini." Devin tidak akan menyerah. Semua ini terjadi juga bukan keinginannya. Jadi ia ingin membuktikan semua itu pada Zenita. Ia juga ingin membuktikan keseriusan cintainya tp yang begitu dalam pada Zenita.
"Apa kau sedang mempermainkanku? Setelah tidak datang ke pernikahan kau dengan entengnya ngomong seperti ini. Apa kau waras!!"
"Bee." Suara Devin semakin lembut. Bahkan ia sudah berlutut sekarang. Ia menetap kekasihnya dengan penuh cinta. Karena hatinya masih tetap sama dan tidak akan pernah berubah.
Sementara Zenita sudah berkaca-kaca. Ia tidak sanggup berbicara apapun. Karena dihatinya juga masih sangat mencintai Devin. Namun rasa sakit dihatinya karena pernikahan itu membuatnya enggan untuk menatap Devin yang sedang berlutut.