NovelToon NovelToon
Married With Mr. Idiot

Married With Mr. Idiot

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / CEO / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:13.6k
Nilai: 5
Nama Author: Naaila Qaireen

Niat hati mencari suami kaya agar terbebas dari belenggu ibu tiri, membawa seorang Lilyana nekat mengait pria kaya yang ditemuinya di taman. Namun, apa jadinya jika pria itu mengalami keterbelakangan mental alias idiot.

"Ya, ayo menikah ...!" pria berpenampilan tuan muda bertepuk tangan dengan gaya khasnya yang seperti bocah.

"Oh, no!"

Bagaimana kelanjutannya? Yuk, simak ceritanya.

***

Jangan lupa juga baca novel author yang lainnya: (My Son Is My Strength, Sang Antagonis & Membalaskan Dendam Janda)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naaila Qaireen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kembalinya Vian

Mata terpejam itu kini terbuka secara perlahan, cahaya remang-remang menyambut netranya yang berusaha menyesuaikan cahaya.

Pandangan menyapu ke seluruh penjuru ruangan yang tampak tak asing, ruangan yang merupakan kamarnya. Tetapi banyak sekali interior yang berbeda dari terakhir kali yang ia ingat.

“Argh!” Vian meringis memegang kepalanya tak kala ia berusaha bangkit, dan ia baru menyadari sesuatu yang bertengger di atas perutnya. Lelaki itu mengernyit, menurunkan pandangannya.

Matanya memindai bingung seorang gadis yang tanpa sungkan memeluknya bagaikan bantal guling, tidurnya amat damai sama sekali tidak merasa terganggu.

“Argh!” potongan ingatan membawanya pada sebuah pelaminan, ia yang mengucapkan janji suci, seorang gadis tersenyum manis padanya, bermain kejar-kejaran dengan gadis itu dan tertawa lepas.

‘Apa?! Kenapa?’ batin pria itu tidak mengerti, seiring dengan ingatan itu kepala semakin sakit.

“Bang? Abang bangun?” karena pergerakan serta rintihan kesakitan membuat tidur gadis itu terganggu. “Kenapa, Bang? Kepala Abang sakit lagi?” sontak saja hal itu membuat Lily panik, dengan cepat ia menyalahkan lampu utama membuat terang ruangan.

“Minum dulu, rambutnya jangan dijambak!” ia menurunkan tangan Vian pada rambutnya yang telah kusut tidak beraturan, setelah itu baru memberikannya segelas air.

Vian tak melawan, ia mengambil air tersebut dan meneguknya. Matanya tak pernah terlepas dari wajah gadis yang ada dalam ingatannya. Tapi semua itu masih samar-samar, dan berusaha ia rangkaian.

Lily mengambil alih gelas yang telah kosong itu dan menyimpannya kembali di meja nakas. Jam elektrik menunjukkan pukul 3 pagi, di luar masih sangat gelap.

“Abang lapar, ya? Kemarin ‘kan Abang nggak makan malam.” Lily mengusap rambut Vian dan menatanya agar sedikit rapi. Matanya menyiratkan kesedihan, tidak tega jika Vian selalu merasakan sakit tersebut.

“Kenapa?” tanya Vian datar, seumur hidup baru kali ini ia mendapat tatapan mengasihani dari seseorang.

“Jika bisa, aku ingin Abang berbagi rasa sakit itu padaku. Aku nggak bisa lihat Abang tahan semuanya sendiri....” Ungkap Lily, sama sekali tidak sanggup Vian menahan segala rasa sakit itu sendirian.

Deg! Pria itu tertegun, mata itu menyiratkan ketulusan dan kepedulian. Sama sekali tidak ada kebohongan di sana atau kepura-puraan.

“Bang! Jangan diam, aku nggak mau Abang kaya kemariii,” matanya besarnya berkaca-kaca, takut sekali Vian seperti kemarin yang berubah pendiam dan selalu mengabaikannya.

Karena ketakutan dan kekhawatiran melanda, membuat Lily menerjang Vian dengan pelukan erat.

Lelaki itu sampai mengangkat tangan karena terkejut, tidak menyangka gadis ini sangat berani memeluknya. Ingin menyingkirkan, tetapi isak tangisnya membuat ia mengurungkan niat. Alhasil ia membalas pelukan itu, hatinya berdesir tidak bisa melihat gadis ini sedih.

“Aku baik-baik saja, tidak akan seperti kemarin.” Kata Vian walaupun ia tidak tahu apa yang telah terjadi pada dirinya selama ini.

Lily mengangkat wajah dengan ingus berceceran, ia me-lapnya di baju pria itu tanpa sungkan.

“Iiyuuuh!” Vian jijik, mendadak menyesal membalas pelukan gadis ini.

“Maaf, habisnya Abang bikin khawatir.” Lirih gadis itu, dan bukannya berhenti ia malah kembali melakukannya lagi. Tidak melihat wajah pria itu yang sudah memerah.

Vian bangkit, melepaskan diri dari gadis aneh itu. Masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri. Menggosok badannya berulang kali, seolah membersihkan diri dari najis.

Ia juga heran melihat peralatan mandi serba pink yang bertengger bersamaan dengan peralatan mandinya.

Mulai dari sikat gigi, odol, handuk, dan lainnya. Semuanya berwarna pink yang membuat matanya sakit.

Lily terheran-heran, pasalnya sudah 1 jam Vian di dalam kamar mandi. Ia yang ke dapur, bahkan sudah kembali setelah menyiapkan pasta mengingat Vian yang tidak menyantap makan malamnya.

Kepala gadis oleng ke kiri ke kanan, dan akhirnya jatuh tertidur pada sandaran sofa. Meringkuk, melanjutkan tidurnya.

Ceklek! Vian keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuknya saja, menampilkan otot-ototnya yang tidak terlalu kencang akibat tidak dilatih selama mentalnya terganggu. Dan kini pria itu berencana kembali melakukan rutinitasnya setiap pagi untuk kembali membentuk otot-otot liat kebanggaannya.

Mata Vian tak sengaja jatuh pada pasta di atas meja dekat sofa yang telah Lily siapkan, dan gadis yang telah memenuhi pikirannya tertidur meringkuk dengan wajah tertutupi oleh rambut.

Vian berjalan mendekatinya, menyingkirkan anak rambut gadis itu yang menghalangi wajah. Wajah bulat, bulu mata lentik, dan hidung kecilnya yang sedikit tinggi membuat jari sang pria tanpa sadar menyusuri garis hidung gadis itu. Jarinya terus turun hingga membuat pria itu tertegun.

Bibir lembap semerah carry itu berhasil membuat seorang Alvian meneguk ludahnya susah.

“Haisss! Apa yang aku pikirkan!” semenjak tersadar pria itu seolah tidak mengenali tubuhnya, ia merasa inginnn... hanya dirinya dan Tuhan yang tahu. Padahal sebelum-sebelum ini, ia tidak pernah merasakan hal seperti ini. Bahkan wanita cantik dan sexy yang Kirana tunjukkan sama sekali tidak menarik perhatiannya.

Vian mengusap wajah, lalu mengangkat tubuh kecil Lily yang ternyata berat menuju ranjang. “Kecil-kecil tapi berat, apa yang dia makan?!” heran Vian sembari merutuk.

Ia masuk ke ruang ganti, memakai kaos premium dengan dipadukan celana pendek kesukaannya. Memangku laptopnya yang baru saja ia ambil dari laci dan menuju sofa.

Mie pasta yang tersaji di atas meja seolah menariknya untuk di sentuh, apalagi perutnya yang tidak bisa bohong bahwa ia sedang lapar.

“Mmm, tidak buruk,” gumam pria itu mulai memakan dengan lahap pasta yang gadis itu buatkan.

***

Pagi sekali, Kirana telah menyiapkan kopi serta cemilan dan membawanya ke ruang kerja sang suami.

“Akhir pekan bukannya Mas libur, ini kok masih kerja aja. Seakan enam hari nggak cukup untuk Mas kerja.” Nada protes itu mengalun di pendengaran Arthur membuat ia mengangkat wajah. Dilihatnya sang istri yang tampak cemberut, dengan bibir maju beberapa senti. Pria itu tidak bisa tidak menampilkan senyum tipisnya melihat wajah istrinya yang tampak kekanakan di usianya yang tak muda lagi.

“Nanggung Sayang, nyelesain dulu sisa pekerjaan kemari—“

“Biar pas masuk nggak menumpuk,” lanjut Kirana yang sudah sangat hafal, wanita itu memutar bola mata malas.

“Hahahah,” tawa Arthur mengudara, ia berdiri menuntun istrinya menuju sofa ruang kerjanya. “Mmmm, makasih kopinya. Nikmat seperti biasanya.” Puji Arthur berhasil menyingkirkan wajah memberengut istrinya.

Kirana menampilkan senyum dengan mulut terbuka seolah siap mengatakan sesuatu, tetapi sesat kemudian bibirnya kembali terkatup.

“Ada apa?” tanya Arthur yang begitu peka, dalam hati Kirana menyorakkan tawa. Pertanyaan itulah yang sedari tadi ia tunggu-tunggu.

“Mas, kapan Alan bisa bersama kita. Aku sudah tidak bisa lagi berjauhan dengannya.” Lirih Kirana dengan suaranya yang parau.

Arthur mengerti perasaan sang istri, bagaimana pun Alan adalah anak yang ia lahirkan sendiri. Ibu mana yang betah berjauhan dengan anaknya?

“Sebenarnya aku sudah memintanya untuk pindah ke kantor pusat, tetapi Alan menolak, mengatakan ia sudah sangat betah di sana.” Dalam hati Kirana merutuki anaknya itu, “Tetapi, karena permintaanmu aku akan memaksanya!” tegas Arthur membuat Kirana tersenyum, wanita itu menyimpan kepalanya di bahu sang suami—yang sungguh sangat pengertian!

***

1
Tantri Tantri
mana ni update yg baru
Lisa Kusmiran07
lanjut
R4Z1
up lagi Thor
Lisa Kusmiran07
Kirana penuh siasat
Lisa Kusmiran07
semangat up
Lisa Kusmiran07
Lily jangan terpengaruh sama nenek lampir,
Lovely_88
Hahahaha lucu 2 org yg sama2 polos ternyata 😅😅 lily otw unboxing nih
Lisa Kusmiran07
semangat kak up nya
Nurwana
keren...
Lovely_88
Bertindaklah lbh cerdas lili licik dibalas ama licik li kerjain jg tuh emak tiri'y Vian biar kapok loe kan cerdas li 😅😅klo perlu bikin kyk vian jg tu emaknya biar idiot.
Nur Afifah
😁😁😅
Lisa Kusmiran07
lanjut kak,,lucu menghibur
Naaila Qaireen: Siap Kak, makasih dukungannya❤
total 1 replies
Nurwana
Lily mo dikadalin....
Nurwana
dasar Nenek lampir Thu Kirana... gara gara obat itu Vian berubah total.
Nurwana
hahahaha 😂😂😂😂😂
Nurwana
jgan sampai nhe Vian pura pura idiot deh....
Lovely_88
kapan up'y kakak 😊g sabar nih
Lovely_88
aduh jgn2 yg ngebuat vian kecelakaan tuh semoga lili bisa nolongin Vian syukur2 bisa ngebuka deh y busuk'y paman'y 😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!