Vincent, seorang mantan tentara yang kehilangan salah satu kakinya dalam kecelakaan tragis, tersesat di dunia fantasi setelah terjebak dalam karakter video game favoritnya yang memiliki tubuh biomekanik.
Terpaksa menghadapi makhluk mitos dan tantangan baru, dia menggunakan keahlian tempur dan strateginya untuk bertahan hidup. Dengan bantuan teknologi biomekanik, Vincent mengumpulkan informasi dan mempersiapkan diri untuk menghadapi ancaman di dunia ini, sambil menemukan makna baru dalam hidupnya dan menghadapi tantangan dengan tekad yang kuat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tio Charisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Twilight's Glow Amidst the Darkness of the Heart
Saat Celine menyaksikan pertempuran itu dari kejauhan, dunianya terasa hancur berantakan. Ketakutan dan kagum bergumul dalam dirinya saat melihat Vincent, seorang manusia yang sebelumnya hanya dikenalnya sebagai sosok yang memberikan harapan baru, kini berjuang dengan keberanian yang memukau di tengah ancaman yang mengancam.
Tetapi di balik lapisan ketakjuban dan keberanian yang dia saksikan, Celine merasakan luka yang teramat dalam merebak di dalam dirinya. Beberapa hari yang lalu, dia merasakan kehancuran yang tak terkatakan, ketika dia menjadi korban kekejaman sekelompok manusia tak berperikemanusiaan. Mereka adalah para pemburu budak yang mempermainkan kehidupan dan martabatnya sebelum Vincent menyelamatkannya.
Setiap tembakan yang ditembakkan oleh Vincent memicu rangsangan emosional yang kuat di dalam diri Celine. Meskipun dia terinspirasi oleh keberanian dan tekad Vincent, namun bayangan-bayangan pengalaman mengerikan yang belum lama terjadi masih menghantuinya. Luka-luka trauma itu muncul ke permukaan, membebani hatinya dengan rasa sakit yang tak terucapkan.
"Dia tidak hanya berjuang untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk kita semua," gumam Celine dalam hatinya dengan suara yang hampir tidak terdengar, terombang-ambing di antara perasaan kagum dan rasa sakit yang mendalam. Matanya tak bisa lepas dari perjuangan heroik Vincent yang terus berusaha melindungi mereka, namun di balik sorotannya yang terpesona, ada kekosongan yang tak terisi oleh trauma yang masih segar.
Tiap gerakan dan tembakan Vincent memicu perang batin di dalam diri Celine. Dia merasakan semangat perlawanan yang membara, namun juga terjebak dalam pusaran kegelapan ingatan yang menyeramkan. Setiap detik, dia berjuang untuk menahan gelombang emosi yang melanda, berusaha menemukan keseimbangan antara harapan dan kehancuran.
"Tidak semua manusia buruk," batin Celine, terjebak dalam konflik antara keyakinan dan pengalaman pahitnya. Namun, bahkan saat dia berusaha mempertahankan imannya pada kebaikan manusia, luka-luka masa lalu terus membara di dalam hatinya. "Mungkin ada harapan bagi perdamaian di antara kita."
Meskipun Vincent terluka dan lelah, dia menolak untuk menyerah. Setiap gerakan dan tembakan yang dilakukannya dipenuhi dengan tekad yang menggetarkan, memantik semangat Celine untuk tetap bertahan. Namun, di balik permukaan keberanian dan keberhasilan, Celine terus berjuang dengan kelemahannya sendiri, mencoba mengatasi trauma yang masih menghantuinya.
Celine merasa kekhawatiran mendalam merasuki setiap serat jiwanya saat melihat Rajamala berhasil mencakar Vincent, meninggalkan luka besar di dadanya. Setiap detak jantungnya terasa berat, dan matanya tidak bisa melepaskan diri dari pemandangan yang menyayat hati itu. Melihat Vincent, yang selalu menjadi sosok pemberi harapan, kini terluka sedemikian parah, memicu rasa tak berdaya yang menggelora di dalam diri Celine. Luka yang menganga di dada Vincent bukan hanya luka fisik, tapi juga mencerminkan kerentanan manusia di tengah kegelapan yang mengancam.
"Luka itu begitu dalam," bisik Celine dengan gelisah, suaranya hampir tenggelam dalam gemuruh pertempuran yang masih berlangsung di sekelilingnya. "Vincent telah mengorbankan begitu banyak untuk melindungi kami, dan sekarang dia terluka parah." Rasa bersalah merayapi pikirannya, bertanya-tanya apakah ada yang bisa dilakukannya untuk meringankan penderitaan yang dialami oleh Vincent.
Meskipun Celine masih merasa ragu tentang manusia, namun melihat pengorbanan dan keberanian Vincent, menyentuh hatinya dengan cara yang tak terduga. Dia mulai menyadari bahwa di tengah kegelapan dan kekejaman, masih ada cahaya kebaikan yang memancar, dan Vincent adalah lambang dari kebaikan itu. Walaupun dirinya masih dipenuhi oleh keraguan dan trauma masa lalu, namun keberanian Vincent membuka pintu harapan baru di dalam diri Celine.
Dengan hati yang berat, Celine merasa dorongan yang kuat untuk membantu Vincent, meskipun dia belum sepenuhnya memahami perasaannya terhadap manusia. Namun, dalam momen-momen seperti ini, keberanian dan pengorbanan Vincent menuntunnya untuk melangkah maju, melampaui batas-batas ketidakpastian yang mengikatnya. Dia tahu bahwa meskipun langkah-langkahnya mungkin kecil, namun itu adalah langkah yang perlu diambil untuk menunjukkan rasa terima kasihnya pada Vincent, dan pada kebaikan yang masih ada di dunia ini.
.......
...***...
.......
Dari perspektif Elion, tiap detik terasa seperti serangkaian kegagalan yang tak berkesudahan, meresap ke dalam setiap serat jiwanya dengan rasa putus asa yang membebani. Terperangkap dalam kerumunan pertempuran, namun hatinya merasa terasing dalam kegelapan yang menyelimutinya.
"Kenapa aku selalu merasa menjadi beban bagi mereka?" bisik Elion dengan suara yang hampir tenggelam dalam gemuruh pertarungan. Di tengah kegaduhan pertempuran, wajahnya tercermin kesedihan yang mendalam, seolah-olah mencari jawaban yang tersembunyi di balik kepungan musuh dan suara-suaranya yang teriak-teriak. "Vincent begitu kuat, begitu berani. Dan aku... aku hanya seorang yang lemah."
Dalam keheningan pikirannya, Elion merenung tentang betapa tak berdayanya dirinya dibandingkan dengan Vincent. Meskipun dalam keadaan terluka dan tidak menguntungkan, Vincent masih mampu melawan dengan semangat yang membara. Rasa iri mulai merayap dalam hati Elion, menggerogoti keyakinan dirinya sendiri dan menyalakan api penyesalan yang semakin berkobar.
Setiap serangan yang dilancarkan oleh Vincent memperdalam keputusasaan yang menyelimuti Elion. Dia merasa dirinya terpinggirkan dalam pertempuran, seperti sebuah bayangan yang tak berarti di antara pahlawan-pahlawan yang gagah berani. Rasa iri terhadap keberanian Vincent menjadi semakin kuat, memenuhi hatinya dengan perasaan yang bertentangan antara pengagumannya terhadap Vincent dan ketidakmampuannya sendiri.
Tapi di tengah keputusasaan yang mendalam, Elion juga merasa tergerak oleh pengorbanan dan keberanian yang ditunjukkan oleh Vincent. Meskipun dirinya merasa lemah, namun semangat Vincent menunjukkan bahwa kekuatan tidak hanya terletak pada fisik, tetapi juga dalam tekad dan semangat. Hal ini memunculkan konflik batin di dalam diri Elion, antara rasa putus asa dan keinginan untuk bangkit dari keterpurukan yang menghimpitnya.
"Aku ingin menjadi seperti Vincent," gumamnya dalam hati, tetapi kata-katanya terasa hampa dalam kehampaan sekitarnya. Dalam tenggelamnya gemuruh pertempuran, suaranya hampir hilang, terkubur di antara keriuhan yang menakutkan. Pada saat itulah, Elion merasakan dirinya terdampar di tepi pertempuran, merasa terlempar dari perjalanan yang sebenarnya. Dia hanya bisa berdiri, meratapi kegagalan dan ketidakmampuannya, sambil berharap suatu hari nanti dia bisa memberikan kontribusi yang berarti bagi mereka yang dicintainya.
Namun, di bawah cahaya senja yang merona, semangat baru mulai membara di dalam diri Elion. Dia berdiri tegak di antara pepohonan yang menjulang, matanya terfokus pada pertempuran yang berlangsung dengan intensitas yang memuncak. Wajahnya yang sebelumnya dipenuhi oleh keputusasaan, kini terpancar dengan tekad yang baru.
"Demi mereka yang aku cintai, aku harus berubah," ucap Elion dengan suara yang teguh, senja memberikan kilauan emas pada langkah-langkahnya yang mantap. "Aku tidak boleh lagi menjadi beban. Aku harus menjadi pelindung yang kuat."
Saat angin sore berdesir di antara pepohonan, semangat baru itu terus berkobar di dalam diri Elion. Dia tahu bahwa dia tidak bisa lagi hanya menjadi penonton yang diam dalam pertempuran ini. Dia harus menjadi bagian dari perubahan yang ingin dia lihat.
"Masa depan yang lebih baik akan datang, tapi aku harus menjadi bagian dari prosesnya," pikir Elion dengan tekad yang bulat. Dengan langkah yang mantap, dia bersumpah pada dirinya sendiri bahwa mulai saat itu, dia tidak akan lagi berdiam diri di belakang, melainkan akan berdiri di garis depan.
Di bawah cahaya senja yang meredup, Elion bersumpah untuk menjadi kuat, siap menghadapi setiap rintangan yang akan datang, demi mereka yang dicintainya.