Juara 2 YAAW 2024, kategori cinta manis.
Datang ke rumah sahabatnya malah membuat Jeni merasakan kekesalan yang luar biasa, karena ayah dari sahabatnya itu malah mengejar-ngejar dirinya dan meminta dirinya untuk menjadi istrinya.
"Menikahlah denganku, Jeni. Aku jamin kamu pasti akan bahagia."
"Idih! Nggak mau, Om. Jauh-jauh sana, aku masih suka yang muda!"
Akan seperti apa jadinya hubungan Jeni dan juga Josua?
Skuy pantengin kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meminta Restu
Jeni sudah kembali ke kediamannya, wanita itu sedang duduk seraya menatap layar ponselnya. Dia memperhatikan angka yang berderet pada akun m-banking miliknya.
Baru kali ini dia melihat uang yang banyak di dalam akun pribadinya sendiri. Bahkan, dia juga diberikan uang tips sebagai tanda terima kasih karena sudah mengirimkan dengan cepat daster yang dipesan oleh si pemesan.
Jeni tersenyum kecut karena dia sudah tahu siapa yang membayar semua dasternya tersebut, ada rasa senang karena memiliki uang yang banyak. Akan tetapi, ada rasa bingung karena ternyata Josua yang memborong semua dasternya.
"Sebenarnya dia itu niatnya gimana sih sama gue? Beneran mau nikahin gue atau gimana sih? Atau lagi nyari simpati dari gue biar gue langsung luluh?" tanya Jeni.
Jeni kebingungan, wanita itu bahkan sampai mengacak-acak rambutnya karena merasa frustasi dengan tingkah Josua. Jika saja pria itu ada di hadapannya, rasanya dia ingin melayangkan protesnya.
"Kepala gue pusing, mending gue tidur aja. Besok juga berangkat kuliah bisa santai, soalnya kuliah siang," ujar Jeni yang langsung merebahkan tubuhnya.
Padahal niatnya setelah mengantarkan daster tersebut Jeni ingin membeli makanan yang enak, dia juga berencana ingin pergi bersama dengan Juliette. Karena dia ingin mentraktir sahabat terbaiknya itu.
Akan tetapi, hal itu malah dia lupakan karena di dalam otaknya tertampung banyak pertanyaan yang tidak bisa dia jawab sendiri. Dia juga merasa sedikit kesal karena ternyata ayah dari sahabatnya itu yang memborong semua dasar miliknya.
Keesokan paginya Jeni terbangun karena perutnya terasa begitu lapar, dengan cepat dia mandi dan membeli sebungkus nasi uduk yang tidak jauh dari rumahnya. Setelah itu dia langsung memakannya dengan begitu lahap.
"Buset! Ternyata gue lapar banget, makan nasi uduk sebungkus aja kagak cukup rasanya. Mau makan lagi tapi takutnya nanti kekenyangan, mending gue pergi ke pemakaman dulu. Nanti gampang beli makanan sepulang dari pemakaman,'' ujar Jeni.
Hari ini adalah hari ibu, tentunya Jeni ingin pergi ke pemakaman kedua orang tuanya. Dia ingin mencurahkan isi hatinya dan mengeluarkan semua unek-uneknya yang ada di dalam kepalanya kepada ibunya.
Walaupun Ibunya sudah tiada, tetapi Jeni yakin jika dia bercerita pasti ibunya akan mendengarkan dari surga sana. Itulah keyakinan dari gadis itu.
"Selamat pagi, Ibu, Pak. Ibu sama Bapak apa kabarnya? Pasti baik, karena Jeni juga baik. Tapi Jeni lagi kesel, lagi bingung juga. Ibu tahu? Ada seorang pria yang menyebalkan, Jeni kesel aja tuh kalau liat dia."
Jeni menghela napas berat, gadis itu kini sedang berada di pemakaman ibu dan ayahnya. Dia sedang mencurahkan isi hatinya kepada ibunya tersebut.
"Ibu tahu, nggak? Cowok itu udah berumur, ayahnya sahabat aku lagi si Juli. Masa dia ngajakin aku nikah sih Bu? Masa aku jadi ibu tiri? Masalahnya cowok itu nyebelin banget loh, Bu. Nyebelin banget tau," adu Jeni kepada ibunya.
"Masa sih?"
Jeni benar-benar merasa kaget karena di saat dia sedang curhat dengan ibunya, ada suara seorang pria yang bertanya seperti itu. Jeni langsung mengedarkan pandangannya mencari siapa yang sudah berbicara.
"Om! Ngapain Om di sini?" pekik Jeni ketika dia melihat Josua yang ternyata sedang berdiri tepat di belakangnya.
Sejak bangun tidur Josua tidak merasa tenang, entah kenapa dia ingin sekali melihat Jeni. Entah kenapa dia ingin sekali bertemu dengan gadis itu.
Maka dari itu, setelah sarapan dia langsung pergi untuk menemui Jeni. Akan tetapi, pria itu tidak langsung menemui gadis itu di kediamannya.
Josua malah memarkirkan mobilnya tidak jauh dari kediaman gadis kecil itu, lalu dia memperhatikan apa yang dilakukan oleh Jeni. Dia bahkan sempat tertawa kala melihat Jeni yang hanya memakai kaos pendek dan celana pendek untuk membeli nasi uduk yang tidak jauh dari kediamannya.
Ingin sekali dia menghampiri gadis itu, tetapi entah kenapa dia tidak berani. Saat dia melihat Jeni pergi dari kediamannya, barulah dia mengikuti ke mana Jeni pergi. Karena takut terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan terhadap gadis itu.
Josua sampai merasa jika dirinya itu sangat aneh, karena tidak biasanya dia ingin mengikuti gadis kecil seperti itu. Josua jadi merasa jika hal ini terjadi karena ulah Juliette.
Tadi malam dia dan juga Juliette membicarakan masalah Jeni, Juliette menceritakan tentang apa yang terjadi kepada Jeni dari mulai dia bertemu sampai saat ini.
Tentunya Juliette menceritakan bagaimana gigihnya Jeni dalam menghadapi kehidupannya sendirian, tanpa bantuan siapa pun.
Juliette juga menceritakan bagaimana keseharian Jeni yang sangat mandiri dan pekerja keras, tidak seperti dirinya yang manja dan selalu menengadahkan tangannya kepada ayahnya tersebut.
"Aku sengaja datang ke sini untuk meminta restu kepada kedua calon mertua aku," jawab Josua.
"Restu? Restu apa maksud, Om?" tanya Jeni dengan kebingungan.
Josua langsung menggenggam tangan Jeni, lalu dia menatap pemakaman ayah dan ibunya Jeni. Gadis itu sampai kebingungan dibuatnya.
"Om, Tante. Aku ingin menikahi Jeni, aku datang ke sini untuk meminta restu." Josua berbicara dengan sungguh-sungguh.
Jeni yang kaget sampai mengerjapkan matanya, dia juga bahkan sampai menepis tangan Josua dengan kasar.
"Apa, Om? Om mau nikahin Jeni? Om datang ke sini mau minta restu kepada kedua orang tua Jeni?" tanya Jeni dengan tidak percaya.
"Yes," jawab Josua dengan yakin.
Jeni yang mendengar akan hal itu merasa syok, tubuhnya bahkan terasa begitu lemas. Gadis itu rasanya ingin pingsan saja, beruntung Josua dengan sigap menahan pinggang Jeni.
"Jangan lemes kaya gitu dong! Belum Om apa-apain loh," ujar Josua.
"Om!" pekik Jeni seraya memukul pundak pria itu.