Pernikahan Rahasia 2

Setelah satu jam Melvin menunggu, akhirnya Angel tiba di apartemen. Angel begitu terkejut ketika ia membuka pintu dan melihat Melvin sedang duduk di sofa ruang tamu di apartemennya. Untung saja Angel tidak langsung membuka cardigan dan kaca mata besarnya.

"Kau dari mana ?" tanya Melvin disertai sorot matanya yang tajam melihat Angel.

Apa kalian pikir Angel akan takut melihat kemarahan Melvin ? tentu saja tidak. Angel malah menjawab pertanyaan pria itu dengan sinis.

"Aku habis berbelanja dari mall." Angel mengangkat barang-barang di tangannya menunjukan kepada Melvin.

Angel berpura-pura tidak mengetahui jika Melvin mengikutinya tadi.

"Dengan siapa ?" tanya Melvin lagi.

"Sendiri." jawab Angel cepat.

"Kau itu kenapa ingin tahu urusan ku ?" Angel balik bertanya.

"Dan bagai mana kau bisa masuk ke apartemenku ?" Angel baru menyadari mengapa tiba-tiba Melvin ada di sana.

Sedangkan ia tidak pernah memberitahukan tempat tinggalnya. Apa lagi memberitahu kode akses apartemen.

"Aku bisa melakukan apa pun yang aku mau." Melvin beranjak dari duduknya berjalan menghampiri Angel.

"Kau jangan berbohong. Tadi aku melihatmu bersama seorang pria." kata Melvin tepat di depan wajah Angel.

Angel yang merasa tidak nyaman berada sedekat itu dengan Melvin langsung mendorong tubuh pria itu menjauh.

"Jika kau sudah melihatnya, mengapa masih bertanya." balas Angel sambil berjalan menuju kamarnya.

"Hey, kau mau ke mana ? kita belum selesai bicara." teriak Melvin yang melihat Angel pergi.

Angel hanya melambaikan tangannya ke atas tanpa menoleh ke belakang lagi. Ia langsung masuk ke dalam kamar meninggalkan Melvin yang masih ada di sana. Saat ini Angel begitu malas untuk meladeni suami dadakannya itu. Bisa-bisa merusak mood baiknya hari ini.

Melvin menyugar rambutnya karena kesal di tinggalkan begitu saja. Belum pernah ia se-frustasi ini menghadapi seorang wanita. Apa lagi wanita seperti Angel yang tidak ada cantik-cantiknya. Bahkan sangat jelek dan culun.

*

Sepasang suami istri yang tidak lagi muda baru saja menjejakkan kakinya di kota London. Abraham dan Sonia memutuskan untuk datang ke rumah Tama, kakak laki-laki Sonia.

"Maafkan kami, karena tidak bisa menjaga putri mu dengan baik." kata Diana yang begitu merasa bersalah kepada Abraham dan Sonia.

Diana adalah istri Tama, kakak ipar Sonia. Selama enam tahun ini putri pertama Abraham dan Sonia tinggal bersama mereka. Kuliah dan bekerja di perusahaan yang di pimpin oleh Tama.

"Apa dia pernah mengatakan sesuatu ?" tanya Abraham.

Diana menggeleng. Aurora terlihat begitu senang ketika mengatakan jika mommy dan Daddynya memintanya untuk pulang. Jadi, sedikitpun mereka tidak curiga.

"Mungkin dia belum siap untuk menikah." ucap Tama membuat kesimpulan.

Abraham menghela napas mendengar apa yang di ucapkan oleh kakak iparnya. Sementara Sonia dalam hatinya membenarkan apa yang di katakan oleh kakaknya. Sonia ingat dulu dia juga begitu, selalu menolak pria yang di jodohkan oleh orang tuanya. Mungkin putrinya juga merasakan hal yang sama.

Ketika mereka sedang berbicara serius, tiba-tiba seorang datang. Sontak saja keempat pasang mata melihat ke arah orang yang baru datang itu.

"Mom, Dad, Om, Tante." sapa seorang pria muda yang tak lain adalah Erland.

Erland adalah putra pertama dari Tama dan Diana. Erland baru dua hari berada dirumah setelah hampir satu tahun tidak pulang. Dan tujuan kedatangan Abraham kesini adalah untuk bertemu dengan Erland. Abraham mencurigai keponakannya itu yang sudah membantu putrinya bersembunyi.

"Erland, bisa om bicara dengan mu ?"