Rachel seorang mualaf mantan kupu-kupu malam dan dinikahi oleh seorang anak ustad, berharap pernikahannya akan membawanya ke surga yang indah.
Namun, ternyata semua tidak seindah yang dia bayangkan. Farhan menikahi Rachel hanyalah untuk menolongnya keluar dari dunia hitam.
Mampukah Rachel bertahan dalam rumah tangga yang tanpa cinta?
Jangan lupa subcribe sebelum melanjutkan membaca.
info tentang novel mama bisa di dapat di
ig reni_nofita79
fb reni nofita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13. Ayah Hakim dan Ibu Nur
Setelah melaksanakan solat magrib, mereka makan malam bersama. Ibu tampak tersenyum bahagia sepanjang makan malam.
"Nanti sehabis solat isya, ibu ajari kamu mengaji sedikit. Untuk memperlancar. Di kota kamu telah memiliki guru, bukan?" tanya ibu.
"Sudah, Bu. Ustadzah kenalannya Mas Farhan," jawab Rachel.
"Baiklah, berarti ibu hanya akan mengulang apa yang telah kamu pelajari," ucap Ibu Nur.
Farhan menatap kurang suka pada Rachel. Dia merasa tidak adil semua ini. Kenapa wanita itu diperlakukan ibunya dengan sangat baik, berbeda saat bersama Andin.
Setelah makan malam, ibu langsung mengajak Rachel mengambil wudu. Sambil menunggu solat isya Ibu Nur mengajari membaca Al-Quran. Setelah solat isya, kembali mereka mengaji bersama.
Ustadz Hakim pergi untuk mengisi dakwah di suatu mesjid. Sehingga Farhan hanya seorang diri di ruang keluarga. Pria itu membuka album dalam ponselnya. Ternyata tersimpan banyak foto Andin.
"Andin, sampai detik ini aku sengaja tidak mengganti nomor ponsel. Aku berharap suatu saat kamu akan mengabariku. Aku berharap kamu mendapatkan suami yang lebih mencintai kamu dari pada aku. Jika suatu saat ternyata pria itu mengecewakan kamu, aku di sini masih menunggu," gumam Farhan pada dirinya sendiri.
Saat dia sedang asyik bicara dengan foto Andin, ibunya muncul. Farhan tanpak kaget memgetahui kehadiran ibunya.
"Ibu ... Rachel-nya mana?" tanya Farhan saat tidak melihat kehadiran istrinya itu.
"Ibu minta dia istirahat. Apa yang sedang kamu pikirkan saat ini?" tanya Ibu.
Farhan memandangi ibunya dengan dahi berkerut. Apa ibunya melihat saat tadi dia menatap foto Andin? Pria itu menarik napas dalam. Dia sudah tidak ingin berdebat dengan wanita paruh baya yang telah melahirkan dirinya. Setiap membahas Andin, pasti akan berujung pertengkaran. Itulah salah satu alasan kenapa dia malas pulang ke kampung.
Bahkan Farhan pernah melawan apa yang ayahnya katakan. Meninggikan suara hanya untuk membela Andin. Dia sadar semua itu dosa, tapi dia juga tidak bisa terima setiap kedua orang tuanya menyalahkan Farhan.
"Kamu tahu semua ini salah. Kamu telah memiliki istri, tapi hati dan pikiranmu masih dengan wanita lain. Kenapa kamu menikah jika kamu belum bisa melupakannya?" tanya Ibu Nur.
Farhan menunduk, dia tidak berani menatap ibunya. Dia tahu nanti akhirnya wanita itu akan menangis jika mereka berdebat lagi. Dosa besar baginya karena telah membuat air mata ibunya mengalir.
"Jangan tanyakan itu lagi, Bu. Aku tidak mau berdebat dengan Ibu. Aku tdiak mau air mata ibu keluar karenaku. Apa Ibu ingin aku menanggung dosa besar karena membuat air matamu keluar?" Farhan balik bertanya dengan ibunya.
Apa yang Farhan katakan benar adanya. Mata wanita paruh baya itu sudah mulai tampak berkaca menahan air mata agar tidak jatuh membasahi pipi.
"Maafkan ibu jika membuat kamu marah. Membuat kamu terluka. Tapi percayalah, setiap orang tua menginginkan yang terbaik buat anaknya. Perasaan seorang ibu itu biasanya benar. Ibu bisa membedakan mana yang tulus dan tidak. Apa ibu menentang pernikahan kamu saat ini? Tidak 'kan? Karena ibu dapat melihat ketulusan dan kejujuran dari mata istrimu," ucap Ibi terbata. Tangisnya sudah tidak bisa dibendung lagi.
"Ibu baru bertemu beberapa kali dengan Andin. Kenapa bisa menyimpulkan begitu? Apa karena pakaiannya?" tanya Farhan.
Ibu Nur mengusap air matanya yang jatuh membasahi pipi. Merapatkan tubuh pada putranya itu. Tangan Farhan di raih dan digenggamnya.
"Seharusnya dengan pertemuan kami yang hanya beberapa kali itu dia bisa menyembunyikan kekurangannya. Biasanya orang akan memperlihatkan sikap baiknya saja untuk mengambil hati saat bertemu pertama kali. Namun, Andin telah memperlihatkan sesuatu yang kurang baik saat pertama bertemu. Apa lagi pertemuan-pertemuan selanjutnya," ucap Ibu Nur dengan mengusap tangan putranya.
Farhan kembali menatap ibunya. Melepaskan genggaman tangan wanita paruh baya yang telah melahirkannya. Pria itu mengusap air mata yang membasahi pipi ibunya.
"Maafkan aku," ucap Farhan pelan.
"Farhan, suatu saat kamu akan bisa membuktikan perkataan ibu. Andin itu tidak tulus mencintaimu. Rachel istrimu ini wanita baik, jaga dia! Jangan sampai kamu menyesali dan baru menyadari ketulusannya di saat dia telah pergi darimu," ucap Ibu Nur.
...****************...