NovelToon NovelToon
FOREVER HATE YOU

FOREVER HATE YOU

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / One Night Stand
Popularitas:486.3k
Nilai: 4.7
Nama Author: Chyntia R

Jika ada yang paling dibenci oleh Brianna di dunia ini, itu adalah sosok lelaki bernama Arthur Matthews.

Arthur bukan hanya pria yang membully-nya di Universitas, tapi dia juga yang sudah menghancurkan hidup Brianna.

Lalu, apa jadinya jika mereka kembali dipertemukan dalam keadaan Brianna yang sudah berbeda? Apakah Arthur masih bisa bersikap semena-mena padanya? Atau justru ini adalah saat yang paling tepat untuk Brianna membalaskan dendamnya pada lelaki itu?

"Aku bukan lagi gadis yang dulu bisa kau injak-injak. Aku sudah menjadi wanita yang independen dan mampu melawanmu. Apapun yang terjadi, aku akan tetap membencimu, Arthur! Selamanya!" -Brianna Walton.

"Meski penampilanmu sudah berubah, tapi kau tetaplah Brianna yang dulu. Aku tidak sabar untuk kembali mengusik hidupmu karena kau adalah permainan yang selalu menyenangkan." -Arthur Matthews.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chyntia R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13. Cemburu?

Gerard dan Brianna kembali ke meja dimana Arthur berada. Mereka sudah selesai berdansa. Disana, terlihat Arthur tidak sendirian, dan Brianna dapat mengenali siapa pria yang sedang menemani Arthur di mejanya. Harry.

Harry tampak menyapa Gerard, namun sepertinya dia tidak mengenali Brianna sama sekali. Mungkin karena penampilan Brianna yang sekarang tampak 180° berbeda dari Brianna yang dulu.

Ketiga pria itu tampak bercakap-cakap yang entah apa. Brianna tidak ingin mencampurinya.

"Apa kau mau ku ambilkan makanan?" tanya Gerard pada Brianna. Tentu saja Brianna sungkan, seorang petinggi seperti Gerard menawarkan untuk mengambilkannya makanan.

Brianna menggeleng pelan. "Aku bisa sendiri, Tuan," jawabnya.

"Kau tau, kau bisa memanggil namaku saja jika diluar pekerjaan," kata Gerard kemudian.

Brianna langsung tertawa pelan. "Tidak perlu, Tuan," katanya sopan.

Brianna undur diri untuk mengambil makanannya di prasmanan, namun rupanya Arthur mengikutinya.

"Berhentilah mencari perhatian Gerard," bisik Pria itu mengejutkan Brianna.

"Aku tidak pernah mencari perhatian padanya."

"Itu menurutmu. Tapi yang kulihat kau pandai sekali mendekatinya."

Brianna memutar bola matanya jengah. "Kalau begitu, jangan melihatnya!" tukasnya keras.

Arthur tertawa pelan. Dia mengikuti Brianna yang mengambil makanan di prasmanan. Kemudian dia juga ikut kembali ke meja bersama wanita itu seolah-olah mereka memang tampak akrab.

Brianna kesal sendiri, melihat tingkah Arthur yang seolah sengaja membuat agar mereka tampak dekat. Sebenarnya apa yang diinginkan pria ini?

"Ku pikir-pikir aku pernah mengenalmu, Nona. Tapi aku lupa dimana," celetukan Harry membuat Brianna menoleh sepenuhnya pada pria itu.

Hal itu sontak membuat sebuah lengkungan senyum di bibir Gerard dan Arthur yang mendengarnya. Kedua pria itu larut dalam pemikirannya masing-masing. Gerard berpikir ucapan Harry hanyalah metode untuk mendekati Brianna. Sedangkan Arthur, tentu saja dia tak menampik hal itu karena seharusnya Harry sudah mengenali Brianna sejak tadi.

"Kau memang mengenalnya," timpal Arthur menanggapi Harry.

Brianna menunduk, dia sebenarnya tidak mau seorangpun mengingat sosok dirinya dimasa lalu, karena dirinya sendiri pun tidak mau mengingatnya. Dulu dia memang pintar dalam hal pelajaran, tapi dia selalu bodoh dalam hal keseharian. Brianna menyadari itu sekarang dan dia benci saat orang-orang mengetahui masa lalunya yang buruk.

"Oh ya? Ku pikir kau hanya mau mendekati Ms. Walton," kata Gerard yang juga merespon perkataan Harry.

Ketiga pria itu terkekeh, tapi tidak sama halnya dengan Brianna yang mendadak gugup jika mereka membahas masa lalunya.

"Dia Brianna, Harry. Kau ingat pesta kita di Villa Leon?" ujar Arthur mengingatkan teman lamanya tersebut, sontak saja mata Harry membola ketika mendengarnya, dia menatap Arthur dengan sorot tak percaya.

Sementara Brianna yang mendengar kalimat Arthur, mendadak bangkit berdiri dari posisinya. Dia tidak senang Arthur mengingatkannya pada kejadian masa lalu. Terlebih yang Arthur tekankan disini adalah apa yang sempat terjadi di Villa milik Leon.

"Aku permisi ke toilet dulu," ujar Brianna. Andai disana tidak ada Gerard, mungkin dia akan langsung pergi tanpa pamit, mengabaikan ucapan Arthur dan Harry yang kembali membahas masa lalu.

"Kau mau ku temani?" tanya Gerard yang seakan selalu menawarkan diri.

Brianna menggeleng tegas. "Tidak usah, aku bisa sendiri," paparnya. Lalu dia benar-benar pergi meninggalkan meja mereka.

Brianna memasuki bilik toilet sambil menahan gemuruh di dadanya. Kenapa Arthur harus mengatakan hal itu seolah-olah mengingatkan Brianna mengenai apa yang pernah terjadi diantara mereka?

Brianna menahan rasa sabarnya dalam-dalam. Terserah Arthur mau melakukan apa yang jelas dia harus tetap kuat saat berada didekat pria itu, bagaimanapun Brianna harus bertahan karena dia masih butuh pekerjaan ini dan lagi dia tak mau mewujudkan ucapan Arthur yang hendak membuatnya mengundurkan diri.

Brianna memilih menelpon Chico sejenak, barangkali suara putranya dapat menenangkannya tapi telepon itu hanya tersambung pada Flo yang mengatakan bahwa Chico sudah terlelap tidur. Yah, wajar saja. Hari memang sudah cukup larut, pikir Brianna.

Brianna keluar dari area toilet setelah memastikan keadaannya baik-baik saja untuk kembali menghadapi Arthur yang mungkin sudah bercerita banyak mengenai kebodohannya dulu pada Gerard disana. Terserahlah.

Namun Brianna lekas menyadari jika seseorang menunggunya di koridor toilet.

"Lebih baik kau pulang, aku akan mengantarmu."

"Atas dasar apa kau mengatur hidupku?" Brianna menatap Arthur sengit.

"Jangan sekalipun berharap bahwa Gerard serius denganmu. Dia pemain wanita."

Brianna tersenyum miring. "Apa pedulimu? Bukankah kau juga sama breng seknya?" ujarnya menohok.

"Terserah apa katamu. Tapi ku sarankan kau pulang daripada kembali ke meja itu lagi." Arthur berlalu dari hadapan Brianna begitu saja.

Brianna hendak kembali bergabung ke mejanya, dia mengabaikan pesan Arthur. Dia tak perlu menganggap pria itu ada.

"Maaf, Tuan. Aku permisi harus kembali resort," ujar Brianna pada Gerard.

Gerard mengangguk. "Aku akan mengantarmu," katanya.

Brianna sudah membuka mulutnya untuk menolak tapi Gerard seakan mengetahui jika wanita itu akan menolaknya.

"Jangan menolakku lagi, Ms. Walton."

Brianna melirik Arthur sekilas dan pria itu tampak melengos. Brianna akhirnya mengiyakan ajakan Gerard yang hendak mengantarkannya.

Arthur ikut keluar dari area Restoran beberapa saat setelah Gerard dan Brianna berlalu. Harry mengikutinya.

Arthur melihat bagaimana Gerard membukakan pintu mobil untuk Brianna dan wanita itu pun masuk ke dalamnya.

"Kau tau, dia tidak akan pernah tau kecemburuanmu jika kau tidak pernah mengatakannya," tutur Harry membuat Arthur tertawa remeh.

"Cemburu katamu? Apa yang harus ku cemburui darinya?" kilah Arthur.

"Entahlah. Yang jelas kau harus mengingat dua kata-kataku hari ini. Yang pertama adalah ... mulai sekarang kau harus memikirkan soal pernikahan, dan yang kedua, kau harus mengatakannya pada Brianna mengenai perasaanmu."

"What the ... kau bilang apa tadi? Perasaan?" Arthur terbahak.

"Mungkin kau bisa menipu dunia, Arthur. Tapi kau tidak bisa menipuku. Aku juga yakin Gerard Smith dapat membaca gelagatmu itu dan bersiaplah bersaing dengannya," kata Harry yang menepuk pundak Arthur kemudian.

Arthur segera pergi dari posisinya sekarang. Dia ikut kembali ke resort dengan harapan mendapati Brianna yang sudah tiba disana. Namun sayang, sepertinya Brianna tidak langsung kembali.

"Kemana mereka?" desis Arthur yang kemudian dongkol sendiri.

Brianna memang tidak langsung diantarkan Gerard pulang ke Resort karena pria itu mengajaknya berkeliling kota London sebentar.

"Apa sebelumnya kau pernah ke London?" tanya Gerard pada Brianna yang duduk disisinya dalam sebuah mobil dua kabin.

Brianna menggeleng lembut. "Belum. Ini pertama kalinya untukku," jawabnya.

"Maukah kau ku ajak berkeliling sebentar? Melihat pemandangan malam kota London?"

"Tapi, Tuan ..."

"Gerard, namaku Gerard, bisakah kau hanya memanggilku dengan nama itu?"

Brianna mengangguk sungkan. Gerard semakin tertarik pada wanita ini. Dia tampak pemalu dan tidak seperti kebanyakan wanita yang selama ini Gerard dekati. Kebanyakan mereka tertarik agresif. Dan Gerard bosan dengan tipe wanita seperti itu.

Gerard melihat sisi lain dari Brianna. Dia tampak anggun dan bersahaja. Juga terlihat sopan dan berkelas di waktu yang sama. Kepintaran Brianna seperti terpancar di wajahnya, tanpa perlu berkomunikasi lebih jauh Gerard tahu bahwa Brianna adalah wanita yang cerdas.

"Bolehkah kita membahas hal diluar hal pekerjaan?" tanya Gerard kemudian.

"Apa yang ingin kau tanyakan?" Brianna membalas menatap Gerard, membuat pria itu senang dengan hal ini. Ada kemajuan, pikirnya. Karena sebelumnya Brianna seperti enggan melihat padanya.

"Apa kau sudah mengenal Arthur cukup lama?"

Brianna menipiskan bibir. "Bisakah tidak membahas orang lain? Bagaimana kalau aku menanyakan tentangmu saja?" ujarnya membuat senyum dibibir Gerard mengembang sempurna.

"Yah. Kau mau menanyakan apa mengenai aku? Aku akan menjawabnya."

"Apa kau selalu bersikap manis seperti ini pada semua wanita?"

Sebuah pertanyaan yang dilontarkan Brianna cukup mengejutkan Arthur. Dia tak menyangka Brianna seberani itu menanyakan hal ini padanya, tapi dia menghargai pertanyaan Brianna dan tentu akan menjawabnya.

"Apakah menurutmu aku sudah bersikap manis padamu? Ku pikir aku hanya melakukan hal itu pada orang-orang yang membuatku tertarik, tidak hanya pada wanita tapi pada kebanyakan orang yang mampu mengambil atensiku," jawabnya.

Brianna tersenyum lembut. "Jadi menurutmu, aku sudah mengambil atensimu?" tanyanya kembali mencengangkan Gerard.

"Yah, sejak pertama kali melihatmu," akui Gerard pada akhirnya.

Brianna membuang pandangan ke arah jalanan dari kaca mobil Gerard.

"Kenapa?" Gerard tidak suka Brianna yang diam. Dia mau wanita itu terus bicara sembari menatap dirinya.

"Tidak ada. Aku hanya mau melihat pemandangan kota London dimalam hari." Brianna jelas menghindar.

Brianna tidak mau memperpanjang topik tadi karena mendadak dia mengingat peringatan Arthur yang mengatakan jika Gerard adalah pemain wanita. Setidaknya itu bisa Brianna jadikan cambuk untuk menyadarkannya setiap Gerard berlagak merayunya. Brianna tak mau melambung dengan segala ucapan Gerard, jadi biar dia menyadari keadaan sesegera mungkin supaya tidak termakan rayuan pria itu.

...To be continue......

1
Syarifah Syarifah
Luar biasa
Henny Aprilaz
bagus ceritanya
Henny Aprilaz
keren thor🥰
Henny Aprilaz
nah lho...gaskeun arthur🤣
Henny Aprilaz
wkwkwkw...cing garong🤣🤣🤣🤣
Henny Aprilaz
Haha ketemu c arthur...jodo yaaaa
Henny Aprilaz
loading otak c Arthur...tak menyadari bahwa dia mencintai c Bri....😇😇😇
Henny Aprilaz
semangat Bri🥰
Henny Aprilaz
kampret lo Arthur 😡😡😡
Henny Aprilaz
apakah Brianna mendapat pelecehan dari Arthur...d masa lalu
Henny Aprilaz
kayaknya waktu masa kuliah juga Arthur sudah menyukai Brianna dengan cara membully Brianna...menurut qu yaaaaa🤭
ncapkin
Luar biasa
Sry Handayani
flo bener" perempuan tulus
Lilis Ernawati
ceritanya bagusss... tp yg like kok ga byk yaaa
Sri Udaningsih Widjaya
Bagus ceritanya thor
Sry Handayani
bisa tur bisa
Lilis Ernawati
baguuuss bgt ceritanyaaa...
Sry Handayani
Luar biasa
Naruto Kurama
maksdnya 🫣 tiba2 the end,😁
sakura
....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!