NovelToon NovelToon
Binar Cakrawala

Binar Cakrawala

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cintapertama / Cintamanis / Teen School/College / Romansa / Slice of Life
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: And_waeyo

Binar jatuh cinta pada kakak kelasnya sudah sangat lama, namun ketika ia merasa cintanya mulai terbalas, ada saja tingkah lelaki itu yang membuatnya naik darah atau bahkan mempertanyakan kembali perasaan itu.

Walau mereka pada kenyataannya kembali dekat, entah kenapa ia merasa bahwa Cakra tetap menjaga jarak darinya, hingga ia bertanya dan terus bertanya ..., Apa benar Cakrawala juga merasakan perasaan yang sama dengannya?

"Jika pada awalnya kita hanya dua orang asing yang bukan siapa-siapa, apa salahnya kembali ke awal dimana semua cukup baik dengan itu saja?"

Haruskah Binar bertahan demi membayar penantian? Atau menyerah dan menerima keadaan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon And_waeyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 15. Bertemu Lagi

Semua seperti yang Binar mau, ini sungguh sempurna. Satu SMA mungkin kecuali guru-guru dan satpam sekolah, benar-benar telah mengetahui jika ia pacaran dengan Cakra. Ketika tadi ia berpapasan dengan beberapa murid, mereka menanyakan kebenaran hubungannya dengan Cakra. Tentu saja, Binar membenarkan itu.

Kini, ia sedang berada di depan pintu kelasnya. Menunggu sang penyebab dari euphoria yang ia rasakan kini untuk berjalan bersama menuju parkiran dan pulang bersama.

"Binar."

Oh, dan tentu saja lelaki yang baru memanggil dan berhenti di dekatnya bukan lelaki yang ia maksud. Binar sudah terlebih dahulu menunjukan ekspresi tak tertarik pada Surya, meski ia tersenyum sedikit dan sebentar saja untuk menanggapi panggilan lelaki itu.

"Gue dengar lo benar-benar pacaran sama kak Cakra."

"Yap benar kok."

Surya tersenyum. "Congrats ya, gue ikut bahagia," katanya.

Binar menatap lelaki itu sembari mengangkat alis. Lalu mengangguk, "Thanks."

"Kalau gitu duluan ya Bi, semoga lo selalu bahagia," kata Surya.

"Of course kak Cakra lebih dari cukup buat gue bahagia, dah."

Lelaki itu tersenyum, kemudian melangkahkan kaki. Pergi menjauh dari Binar, bahkan hatinya juga mau tak mau harus melakukan itu. Binar masih menatap punggung lelaki itu yang semakin menjauh. Sampai sebuah wajah yang dimiringkan menghalangi pandangannya.

"Lihatin apa lo? khusu banget."

"Astaga!"

Gadis itu refleks terlonjak kaget dan termundur begitu saja. Binar memegangi dadanya yang bergemuruh karena terkejut dengan kedua mata yang masih membulat menatap Cakra. Apalagi, barusan ia merasa kena heart attack lagi ketika wajah Cakra begitu dekat dengan wajahnya. Tambah lagi, ketika lelaki itu sedang memiringkan kepala, Binar merasa Cakra jadi kiyowo kuadrat.

"Biasa aja, lo lihat gue kayak lihat setan. Pulang sekarang?"

Oke sekarang Binar yakin, Cakra sudah kembali seperti semula.

"Iya!"

Mereka berdua kini berjalan beriringan di koridor untuk menuju parkiran.

"Cielah, yang udah punya pacar mah beda. Jalannya nggak sendirian lagi hahaha."

Seorang perempuan tiba-tiba berjalan beriringan dengan keduanya dengan beberapa teman perempuannya juga. Membuat Binar yang barusan menoleh, kini mulai merasa terganggu. Ia ingat perempuan itu adalah salah satu perempuan yang ada di kelas Cakra tadi, Sasha.

"Apaan sok kenal, pergi sana! Hush!" Cakra mendorong perempuan itu.

"Ck iya, eh Dek hati-hati si Cakra kalau macam-macam tonjok aja." kemudian setelah mengatakan itu, Sasha segera berlari sambil tertawa melihat Cakra seolah akan melahapnya hidup-hidup.

Sementara, teman-teman gadis itu menyusul sembari sesekali menyerukan nama Sasha. Cakra menghela napas sambil menggelengkan kepala.

"Dasar nenek sihir," gumamnya yang masih bisa didengar Binar.

Tiba-tiba mood Binar menurun drastis. Kemarin Ravana, yang sekarang untungnya sudah ada pawangnya. Sekarang Sasha, tapi ini beda lagi. Kakak kelasnya yang merupakan salah satu anggota PMR di sekolahnya itu, Binar dengar baru putus beberapa minggu lalu. Kalau menurut Binar sih, Sasha masuk golongan salah satu aset cewek cantik di SMA. Ia melirik Cakra dengan ekor matanya sesaat. Kok mereka dekat banget ya? Pikirnya.

"Kak Cakra, hari ini aku mau ke suatu tempat dulu. Antar aku bisa kan?"

"Oke," jawabnya singkat.

Binar manyun tanpa sadar Cakra meliriknya sekilas dan mengulum senyum.

***

Setelah menempuh perjalanan yang bisa dibilang tidak dekat dan tidak jauh. Binar meminta Cakra memberhentikan motor di alun-alun kota. Pada saat seperti ini di sana tak terlalu ramai.

"Ngapain ke sini?" tanya Cakra setelah keduanya melepas helm dan turun dari motor.

"Ikut aja, jangan banyak tanya," kata Binar.

Cakra menaikan alis. Ini cuma perasaannya saja atau memang benar jika Binar sedang kesal mendengar dari cara bicaranya yang barusan rada jutek? Binar sudah melangkahkan kaki, tapi Cakra masih berdiri di tempatnya.

Gadis itu mengernyitkan kening, ia berhenti melangkah karena merasa tidak ada yang mengikutinya. Binar membalikkan tubuh, dan benar saja. Cakra masih berdiri di dekat motornya.

"Kak Cakra kenapa masih di sana? Ayo ikut aku," kata Binar.

"Ngapain gue ikut lo?" tanya Cakra sambil bersedekap dada.

"Ih banyak nanya deh."

Binar menghampiri lelaki itu. Lalu ia menarik tangan Cakra agar sang pacar mau melangkahkan kaki. Akhirnya, lelaki itu pasrah mengikuti saja ditarik Binar.

"Eh bentar."

Binar berhenti melangkah membuat Cakra juga berhenti melangkah. Kening lelaki itu mengernyit. Ditatapnya Binar yang kini juga mendongakkan kepala menatap padanya.

"Kak Cakra harus merem dulu!"

"Hah? Kenapa harus merem? Mau kemana sih?"

"Udah merem aja please biar fast." Gadis itu menggoyang-goyangkan pelan kedua lengan Cakra dengan ekspresi yang tanpa disadari Binar tampak begitu imut di mata lelaki itu.

Cakrawala membulatkan mata sesaat, ia meneguk salivanya kasar. Lalu mengalihkan pandangan.

"Yaudah iya," katanya kemudian memejamkan kedua matanya.

"Jangan ngintip loh!" kata Binar.

"Nggak! Cepat mau kemana, tuntun gue. Awas kalau sampai gue kesandung!"

"Iya bawel banget deh heran," gumam Binar yang masih bisa didengar Cakra.

"Gue dengar," kata Cakra.

Binar hanya mencibir saja. Ia menuntun lelaki itu dengan hati-hati. Setelah beberapa saat berlalu, mereka sampai di tempat tujuan yang dimaksud Binar. Di tempat itu ada seorang lelaki yang kini berdiri dari duduknya.

"Kak Cakra udah boleh buka mata," kata Binar.

Cakrawala membuka kedua matanya. Ia mengerjap beberapa saat untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Ia melihat Binar tersenyum, di samping gadis itu ada seorang lelaki ... yang Cakra kenal. Ia membulatkan kedua matanya ketika lelaki itu tersenyum ke arahnya.

"Ketemu lagi," ucap lelaki itu.

Kening Cakra berkerut dalam. Ia menatap Binar yang juga menatap ke arahnya. "Apa maksudnya ini?"

"Kak Seno pengen ketemu sama Kak Cakra, ada yang harus dia bicarain sama Kakak."

Cakra mengepalkan kedua tangannya erat. "Gue nggak mau! Jadi sekarang lo bersekongkol sama dia?!"

Lelaki itu kini membalikkan tubuh. Ia melangkahkan kaki.

"Cak sebentar aja, gue harus bicara sama lo. Lo boleh marah atau pun benci sama gue. Tapi dengar gue dulu, dan lo nggak boleh marah sama Binar, dia cuma bantuin gue."

Cakra menghentikan langkahnya. "Udah terlanjur," katanya. Lalu ia kembali melanjutkan langkah.

Binar membulatkan kedua matanya sesaat. "Kak Cakra tunggu!" ia menyusul lelaki itu dan kini mencekal pergelangan tangannya tetapi Cakra malah langsung menepis tangan Binar.

"Bukannya lo lebih senang sama dia? Yaudah sana, pergi! Gue nggak butuh lo!" Cakra mendorong Binar sampai gadis itu duduk terjatuh.

Senopati, Cakra, dan Binar sama-sama membulatkan mata terkejut. Ia tak sengaja mendorong gadis itu, namun Cakra memilih membalikan tubuh dan melangkah pergi dengan cepat. Sementara Senopati langsung menghampiri Binar dan membantu gadis itu berdiri.

"Lo nggak papa Bi? Cakra pasti nggak bermaksud ngedorong lo. Dia Cuma lagi emosi aja."

Gadis itu menganggukan kepala. Berusaha tersenyum meski jelas kedua matanya berkaca-kaca hendak menangis. Senopati menarik Binar dan mendekap gadis itu. Tanpa Binar kehendaki, air matanya jatuh, ia menangis.

"Maaf, seharusnya gue nggak bawa-bawa lo dalam masalah ini. Gue bakal berusaha hubungin Cakra sendiri, jangan khawatir sama hubungan kalian karena gue yakin itu bakal baik-baik aja. Gue antar lo pulang."

Binar mendorong pelan lelaki itu. Ia mengusap air mata yang menyusuri pipinya, kemudian menganggukan kepala. Ekspresinya murung memikirkan Cakra terlihat marah besar padanya tadi. Sampai kepalanya memikirkan berbagai spekulasi. Bagaimana jika lelaki itu meminta putus? Binar tidak mau. Mereka baru saja jadian, ini terlalu singkat untuk diakhiri. Ia yakin ia tak akan sanggup jika itu benar-benar terjadi.

1
anggita
biar ga cemburu terus, kasih like👍+iklan☝.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!