NovelToon NovelToon
Gadis Kecil Dan CEO Dingin Nisa And Rey

Gadis Kecil Dan CEO Dingin Nisa And Rey

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Syari_Andrian

Pengingat bahwa Aku tidak akan pernah kembali padamu. "Nico kamu bajing*n yang hanya menjadi benalu dalam hidupku. aku menyesal mengenal dan mencintai mu."

Aku tidak akan bersedih dengan apa yang mereka lakukan padaku. "Sindy, aku bukan orang yang bisa kamu ganggu."

Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitiku kembali

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syari_Andrian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencana musuh

Di sisi lain, di sebuah tempat yang jauh dari vila keluarga Adijaya, Sindy dan Nico tengah berbisik-bisik di dalam sebuah ruangan gelap. Mereka berdua duduk di meja besar yang dipenuhi dokumen dan peta, merencanakan langkah selanjutnya. Wajah mereka menunjukkan ketegangan yang lebih mendalam, mereka tahu bahwa apa yang mereka rencanakan bukanlah perkara sederhana.

"Apa yang kita lakukan sekarang, Sindy?" tanya Nico dengan nada yang semakin serius. Wajahnya terlihat lebih tegang daripada sebelumnya, seiring dengan ketidakpastian yang melanda. "Rey dan keluarganya sudah siap untuk melawan. Ini tidak akan semudah yang kita bayangkan."

Sindy yang duduk di sisi meja, memandangi peta yang terhampar di hadapannya. Dia menggigit bibir bawahnya, berpikir keras. "Kita tidak boleh mundur sekarang. Kalau kita berhenti, semua usaha kita selama ini akan sia-sia. Kita harus lebih pintar dari mereka. Lagipula, kita tahu apa yang mereka sembunyikan."

Mata Nico menyipit, merasa tertantang. "Lalu apa yang kita lakukan? Kita harus punya strategi yang lebih kuat. Kalau mereka sudah melibatkan orang-orang besar seperti keluarga Adijaya, kita harus berpikir lebih besar."

Sindy bangkit dari kursinya, berjalan mondar-mandir sejenak, sebelum berhenti dan menatap Nico dengan tatapan penuh tekad. "Ada satu hal yang kita tahu. Mereka tidak tahu siapa yang mereka hadapi. Mereka mengira ini semua hanya soal bisnis dan kekuasaan, tapi ini lebih dari itu. Kita tidak hanya berperang dengan kekuatan fisik, kita juga berperang dengan otak. Dan aku punya rencana untuk itu."

Nico mendekat, penasaran dengan apa yang ada di pikirannya. "Apa itu?"

Sindy tersenyum tipis. "Kita harus mempermainkan mereka. Jika mereka pikir kita terpojok, kita akan buat mereka merasa seperti itu. Aku sudah menghubungi beberapa orang yang bisa membantu kita. Orang-orang yang tahu bagaimana cara mengendalikan situasi ini."

Sindy mengambil ponselnya dan memeriksa pesan yang baru saja masuk. "Ini dia. Mereka sudah siap. Kita akan mulai dengan satu langkah kecil—menjatuhkan reputasi mereka. Kalau kita bisa menghancurkan kepercayaan orang-orang di sekitar mereka, kita bisa memperlemah kekuatan mereka. Dan Nisa... dia akan menjadi titik lemah mereka."

Nico tertawa sinis. "Jadi, kita kembali ke rencana awal, ya? Menjadikan Nisa alat kita untuk menekan mereka?"

Sindy mengangguk. "Tepat. Kita buat Nisa merasa terpojok, sampai mereka tidak punya pilihan lain selain menyerah. Lagipula, Rey tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti orang yang dia sayangi. Kita manfaatkan itu."

Nico merasa semakin yakin dengan rencana tersebut. "Baik, kita lakukan. Kita mulai dari sini."

Sindy melihat Nico dengan mata penuh tekad, "Kali ini, kita akan menunjukkan siapa yang mengendalikan permainan ini. Jangan biarkan mereka meremehkan kita lagi."

Dengan itu, mereka berdua mulai bergerak untuk mengeksekusi rencana yang sudah disiapkan dengan cermat. Sindy tahu bahwa sekali mereka mulai bergerak, tidak ada jalan mundur. Mereka akan mengatur segala sesuatu dengan sempurna, sampai akhirnya keluarga Adijaya dan Nisa tidak memiliki pilihan selain tunduk pada mereka.

∆∆

Sindy dan Nico melangkah lebih jauh ke dalam permainan mereka. Setiap langkah yang mereka ambil diperhitungkan dengan seksama, memastikan bahwa tidak ada celah yang bisa dimanfaatkan oleh keluarga Adijaya. Mereka mengatur beberapa langkah di balik layar, menggunakan informasi yang mereka dapatkan dari berbagai sumber, hingga akhirnya mencapai titik di mana mereka siap melancarkan serangan.

Hari berikutnya, Sindy dan Nico berada di sebuah kedai kopi yang terletak di pinggiran kota. Mereka bertemu dengan seorang pria berwajah keras yang tampaknya memiliki koneksi dengan pihak yang lebih berbahaya. Wajah pria itu tersembunyi di balik kacamata hitam, tapi matanya tetap tajam, mengamati Sindy dan Nico dengan penuh perhatian.

"Saya dengar kalian butuh bantuan," kata pria itu, suaranya rendah dan dalam, seolah sudah terbiasa berbisnis di dunia bawah tanah.

Sindy menatap pria itu, lalu mengangguk pelan. "Kami butuh kalian untuk mengacaukan reputasi Reyland Adijaya dan keluarganya. Kami tahu mereka sangat bergantung pada citra mereka. Jika kita bisa menghancurkannya, mereka akan jatuh."

Pria itu tersenyum tipis. "Saya bisa membantu kalian dengan itu. Citra adalah hal yang sangat sensitif bagi orang seperti mereka. Satu kesalahan kecil bisa mengguncang dunia mereka. Tapi kalian harus ingat, permainan ini tidak bisa dilakukan dengan cara biasa. Kita harus bermain kotor."

Nico yang merasa sedikit cemas, memandang Sindy. "Kita harus pastikan mereka tidak bisa membalikkan keadaan, Sindy. Jangan sampai mereka mengetahui siapa yang ada di balik ini."

Sindy melemparkan pandangan tajam ke arah Nico. "Tenang saja. Kami punya cukup informasi untuk membuat mereka terpojok. Kalian hanya perlu melancarkan serangan yang tepat waktu."

Pria itu mengangguk, lantas membuka sebuah map dan menunjukkan beberapa lokasi yang bisa digunakan untuk merusak citra Rey dan keluarganya. "Kami punya orang-orang yang bisa menyebarkan informasi. Kita mulai dengan menciptakan skandal kecil, yang lama kelamaan akan membuat mereka terlihat buruk di mata publik."

Sindy tersenyum puas, merasa yakin dengan apa yang telah mereka rencanakan. "Bagus, ini akan menjadi langkah pertama. Kita tunggu saat yang tepat."

Sementara itu, di luar kedai kopi, sebuah mobil hitam terparkir di seberang jalan. Seorang pria yang mengenakan jas hitam dan kacamata hitam, dengan tubuh tegap dan rapi, mengamati pertemuan yang sedang berlangsung di dalam. Ia menatap dengan penuh perhatian, memastikan setiap gerakan Sindy dan Nico tercatat dengan baik.

Di dalam mobil, seorang pria dengan ekspresi serius menatap layar ponselnya. "Mereka mulai bergerak," katanya, berbicara pada seseorang yang berada di sisi lain mobil.

"Bagaimana kita menghadapinya?" suara yang terdengar di ponsel itu bertanya.

Pria yang duduk di dalam mobil itu menghela napas panjang. "Kita tunggu sebentar lagi. Jika Sindy dan Nico benar-benar bergerak, kita akan mulai melawan mereka dengan cara kita. Tidak ada yang bisa menghancurkan keluarga Adijaya dengan mudah."

Dengan itu, permainan semakin intens, dan ketegangan pun semakin meningkat. Setiap pihak mulai menyusun strategi mereka, siap melangkah ke depan dengan kekuatan yang telah mereka persiapkan. Namun, tak ada yang tahu seberapa jauh mereka akan bertahan dalam permainan berbahaya ini.

1
Ellsya
Lumayan
Guillotine
Nyesel kalo gak baca.
thalexy
Thor, masih ingat sama penggemar yang gak sabar nungguin kelanjutan ceritanya?
Regrater
Kepayang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!