Andah, adalah mahasiswi yang bekerja menjadi penari striptis. Meskipun ia bekerja di hingar bingar dan liarnya malam, tetapi dia selalu menjaga kesucian diri.
Sepulang bekerja sebagai penari striptis.Andah menemukan seorang pria tergeletak bersimbah darah.
Andah pun mengantarkannya ke rumah sakit, dan memaksa Andah meminjam uang yang banyak kepada mucikari tempat dia menari.
Suatu kesalahpahaman membuat Andah terpaksa menikah dengan Ojan (pria amnesia yang ditemukannya) membawa drama indah yang terus membuat hubungan mereka jadi semakin rumit.
Bagaimana kisahnya selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CovieVy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Maafkan Aku
Andah tersentak melihat orang itu. Tama seakan tak pernah bosan mengganggu dirinya.
"Apa yang kamu inginkan dariku? Kenapa tidak memilih yang lain? Banyak yang lebih cantik dari aku!"
Tama tak berhenti menyeringai, dia memamerkan gigi-giginya yang tersusun rapi, tetapi matanya menyipit bagai serigala yang siap menangkap mangsa yang telah terjepit.
"Kenapa? Entah lah! Atau mungkin bisa saja karena rasa penasaran yang belum terjawab."
Namun, seringai itu berubah melongo menatap seseorang yang tiba-tiba saja berlutut. Kedua tangan gadis itu ditangkup di depan dada memasang wajah sayu.
"Aku mohon, aku memohon dengan sangat kepadamu untuk menyudahi rasa penasaranmu. Aku bekerja di sini murni hanya untuk mencari uang karena kebutuhan mendesak."
Tama melongo melihat ke bawah tidak bisa berkata apa-apa. Dia memperhatikan tatapan sayu yang perlahan meluluhkan hatinya.
"Aku telah memegang prinsip tidak akan melakukan hubungan sesuatu yang intim itu dengan pria yang bukan suamiku. Jadi aku mohon, lepaskan aku. Di sini, kamu bebas memilih siapa pun yang bisa memuaskan hasratmu, tetapi bukan aku."
Andah tidak menunggu jawaban dari Tama yang masih melongo, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Andah berlalu meninggalkan orang-orang itu.
"Apa yang kalian lakukan?" Mamih Lova baru saja datang merasa heran melihat apa yang dilihatnya.
"Apa kamu sudah berhasil meminta uang kompensasi kepada gadis itu?" tanya Mamih Lova kembali kepada Tama.
Mereka semua tersentak baru menyadari bahwa gadis itu telah menghilang dari pandangan mereka.
Tama seakan lupa dengan rencana ancaman menggunakan alasan tersebut. Sementara itu, Andah mempercepat laju langkah setengah berlari meninggalkan lokasi tempat ia bekerja.
Orang-orang yang baru saja tersadar dari hipnotis segera bergerak keluar mencari Andah. Namun, bayangan Andah telah menghilang. Tama memasang wajah tanpa ekspresi. Tangannya dikepal dan alisnya terlihat menyatu, terdengar dengkusan yang keluar lewat hidungnya.
Andah telah sampai di rumahnya. Saat mengecek ke dalam kamar, ternyata pria itu telah tertidur dengan memasang wajah sedih.
Andah naik ke atas ranjang, memandangi wajah rupawan milik Ojan, suaminya. Dibelainya rambut Ojan dengan lembut tersenyum tipis.
"Maafkan aku, meski pernikahan ini hanya lah sebuah kisah yang terpaksa kita jalani, tetapi aku berusaha tidak keluar dari batas norma susila yang mengikat tanpa tertulis."
*
*
*
Ojan masih merasa marah kepada Andah. Dia tidak menerima Andah tega memanggil orang bertubuh besar seperti tadi malam untuk mengusirnya.
Sehingga, membuat Ojan berangkat ke lokasi kerjanya sebelum Andah terbangun. Pintu gerbang tempat ia bekerja belum terbuka, Ojan meringkuk di sana menahan rasa lapar menunggu gerbang tersebut dibuka.
Dua jam kemudian, Bang Men datang melihat Ojan meringkuk dengan wajah sayu bibir memutih. "Lu kenape, Cah?"
"Ojan udah menunggu di sini sangat lama, Bang."
Sebelah alis Bang Men naik dan dia menyipitkan mata. "Minggir dulu! Gue mau buka pintu gerbangnya."
Ojan segera bangkit. Dia memegangi perut berdiri di belakang Bang Men.
Bang Men adalah orang kepercayaan Bang Ali. Hingga menyerahkan satu kunci cadangan kepadanya. Bang Men membuka gembok yang ukurannya sangat besar itu.
Setelah gembok itu dibuka, Bang Men mendorong pintu pagar yang tinggi tersebut lalu memutar papan pengumuman yang tadinya tertulis 'TUTUP' menjadi 'BUKA.'
Lalu Bang Men masuk ke area pencucian, diikuti Ojan yang melangkah lesu di belakangnya. Bang Men menyadari keanehan pada Ojan yang terus memegangi perutnya.
"Lu kenape?"
"Ojan lapar, Bang." Ojan terduduk lemas pada bangku kosong mengusap perutnya.
"Lu nggak sarapan dulu?" Ojan menggelengkan kepala.
"Kan sudah sering gue peringatkan, kita ini kerjanya bagai kuda, jadi kudu sarapan dulu!"
Lalu, dia memperhatikan kembali Ojan yang akhirnya membuat dia merasa kasihan.
"Pergi dulu beli sarapan sanah!"
Ojan menggelengkan kepala. Dia terlihat semakin lesu.
"Jangan bilang lu gak punya duit? Upah kemarin gimana?"
Ojan menghela nafas. "Kan sudah Ojan kasih semua buat Andah. Andah kan istri Ojan, jadi harus berikan semua uangnya."
Bang Men menepuk keningnya. Tanpa berlama-lama dia merogoh kantong celana mengeluarkan dompet menyerahkan uang berwarna hijau kepada Ojan.
"Beli sarapan dulu sana! Jangan lupa teh hangatnya juga!"
Ojan langsung sumringah melihat uang yang diserahkan Bang Men. Dia bangkit dan lagsung mengambil uang tersebut.
"Oyeah, makasi Bang." Ojan segera pergi keluar menuju warung sarapan terdekat.
Bang Men yang memperhatikan sedari jauh menggelengkan kepala. "Sepertinya mereka ada masalah?"
Bang Men segera menyiapkan segala yang dianggap penting untuk pekerjaan mereka.
Sementara Andah terlihat kebingungan di jalan mencari sang suami. Dia menggigit jari lirik kiri dan kanan mengharapkan bayangan suaminya segera terlihat.
Tiba-tiba dia teringat lokasi kerja suaminya. "Jangan-jangan dia udah di sana?"
Andah segera menuju ke sana. Ternyata, Ojan memang telah berada di sana sedang menikmati sarapan pagi di lokasi kerjanya. Andah menghela nafas lega, suaminya baik-baik saja.
Dia ingin melangkahkan kaki masuk ke dalam area pencucian mobil itu, tetapi kaki itu kembali ke posisi semula. Dia merasa ragu untuk menemui Ojan pagi ini. Akhirnya dia memutar arah kembali ke rumah.
*
*
*
Sore harinya, Andah memasak sesuatu yang spesial dibanding biasanya. Dia ingin Ojan sedikit gembira setelah dia memasak makanan istimewa hari ini.
"Tumben masak mewah ada dagingnya?" Inggrid melirik semua menu yang ada di atas meja makan.
"Iya, buat suami dan ayah." Andah menutup semua makanan itu dengan tudung saji.
Inggrid mencabikkan bibir. "Huh, cuma buat suami dan ayahmu? Tapi aku akan tetap akan memakannya." ucap Inggrid mengangkat dagu mengambil piringnya.
Karena masalah tadi malam, Andah memilih tidak pergi bekerja. Dia menunggu suaminya yang belum juga pulang. Jam di dinding telang menunjukkan pukul delapan belas lebih. Azan magrib telah menggema, tetapi batang hidung Ojan tak kunjung terlihat.
Andah mulai gelisah mondar-mandir menggigit jemarinya kembali. Waktu terus meringsek menuju malam, tetapi yang dinanti belum juga kembali.
Andah menengok jam pada dinding, jarum kecil menunjukkan angka sembilan, jarum panjang pada angka dua belas. Akhirnya Andah mengambil jaketnya memutuskan untuk mencari sang suami.
Andah segera mencari Ojan. Menyusuri jalan melirik kiri kanan dengan alis yang telah menyatu.
"Kamu di mana?" Andah setengah berlari melirik ke kiri dan ke kanan.
Dia menuju ke lokasi kerja sang suami, tetapi ternyata tempat itu sudah tutup. Andah seketika berubah menjadi layu berjongkok memukul-mukul pagar tempat itu.
"Ojaan, kamu di mana? Maaf kan aku, hiks ...." Tubuh Andah bergetar dan air bening terus berjatuhan di pipinya.
Tangan Andah terus memukul-mukul pintu pagar itu. "Ojaan, ayo pulang?" tangisnya.
Dari arah dalam, terdengar suara pintu pagar ditarik seseorang dan terbuka.
"Eh, bini si bocah ternyata."
Andah mengangkat wajahnya lalu mengusap air mata. "Bang Ali, Ojan mana?"
Bang Ali mengerutkan keningnya. "Bukan kah dia sudah pulang semenjak sore?"
"Apaa?"
takut lo brkl bpkmu smpe dipecat???