Karena ditinggalkan oleh kekasihnya dalam keadaan hamil, Felinova terpaksa setuju menikah dengan lelaki pilihan orang tuanya untuk menutupi aib keluarga.
Faisal Ramadhan, lelaki pekerja keras yang hidup sebatang kara dan pernah diasuh oleh keluarga Handoko pada akhirnya menikah dengan putri tunggal keluarga konglomerat itu sebagai bentuk balas budinya.
Kehidupan pernikahan yang dingin dan tanpa cinta membuat Feli tersiksa, terlebih setelah ia diasingkan di desa kecil bersama suaminya yang lebih tua 15 tahun darinya.
Sanggupkah Feli bertahan dan jatuh hati pada ketulusan Faisal? Atau pernikahan itu akan usai setelah si bayi lahir seperti kesepakatan di awal?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon UmiLovi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyelamat
Selama hampir seminggu ini, Feli kerapkali mual dan selalu memuntahkan makanan yang tidak sesuai dengan seleranya. Obat yang diberi oleh Bidan tak cukup membantu mengatasi rasa mualnya, mungkin karena dosis yang diberikan cukup rendah sementara Feli sudah terbiasa dengan obat-obatan dosis tinggi yang ia dapat dari Dokter Spesialis.
Melihat Feli tersiksa mau tak mau membuat Faisal ikut merasa khawatir. Terlebih saat selera makan Feli menurun drastis.
"Apa kita perlu periksa ke Dokter Kandungan di kota?" tanya Faisal saat ia dan Feli tengah bersiap untuk tidur.
Feli tak menyahut, sejak Faisal membelikan kartu provider baru, ia mulai sibuk dengan gadgetnya lagi setelah sinyalnya kembali lancar. Ia mulai aktif lagi di sosmed polaroid ungu membagikan momen kesehariannya.
"Fel ..."
"Ya?"
"Gimana?" tanya Faisal lagi saat pertanyaannya tak digubris.
Feli menurunkan ponselnya dan menoleh pada Faisal yang tengah menatapnya.
"Nggak mau, ah!"
"Kenapa tidak mau? Daripada setiap pagi kamu mual-mual terus."
Feli menghela napasnya dalam. "Aku nggak mual kalo makan makanan yang manis."
"Tapi kamu juga butuh makanan yang bergizi. Apalagi kandunganmu masih muda, janin itu butuh nutrisi yang bagus untuk otaknya."
Feli kembali menolehi Faisal yang semakin cerewet akhir-akhir ini. Perkara tangan melepuh saja dia heboh berhari-hari dan meminta Bik Sum menyuapi Feli tiap kali makan.
"Aku cuma butuh healing, Kak. Aku nggak butuh ke Dokter."
"Kamu mau healing yang bagaimana? Biar aku minta Zul mengantarkanmu jalan-jalan."
"Nggak mau!!" jerit Feli tertahan.
Terakhir kali pertemuannya dengan Zul meninggalkan kenangan yang memalukan. Feli tak punya muka untuk bertemu lagi dengannya!
"Aku mau pergi kalo Kak Ical yang nyetirin!" putus Feli acuh.
Faisal tak menyahut, ia hanya menghembuskan napasnya berat. Bukan tak mau, tapi Faisal masih trauma. Sudah lama sekali sejak terakhir kali ia menyetir, sepertinya saat Feli masih kelas 6 SD. Dan itu berarti 7 tahun yang lalu. Sekarang Faisal sudah lupa mana pedal kopling dan mana pedal gas.
"Kenapa Kak Ical nggak pernah mau nyetir mobil? Seingatku Kak Ical bisa nyetir, kan?" selidik Feli mencoba mengingat-ingat.
"Iya, bisa. Tapi aku masih takut."
"Kenapa takut?" tukas Feli heran.
Faisal menoleh pada Feli dan mengawasinya lekat-lekat. Momen terakhir yang Faisal ingat saat ia menyetir adalah ketika ia menggendong Feli yang telah berlumuran darah. Faisal bahkan tak peduli pada luka di tubuhnya sendiri, ia berlari mencari bantuan karena waktu itu jalanan sekitarnya sepi dan mobil yang Faisal kendarai menabrak pohon dan terguling.
"Kamu tidak ingat kejadian terakhir saat aku menyetir?"
Feli menerawang, ia kemudian menggeleng. Di antara ratusan momen bersama Faisal, Feli tak bisa mengingat kejadian kecelakaan itu karena ia sempat gegar otak dan amnesia meski hanya beberapa bulan.
"Sudahlah. Tidak perlu dibahas. Tidurlah, sudah malam!" Faisal berbalik dan mematikan lampu nakas di samping ranjangnya.
Melihat Faisal seolah menyimpan sesuatu membuat Feli semakin merasa asing pada sosok suaminya itu. Faisal selalu memutus pembicaraan mereka bila membahas suatu rahasia. Apakah karena Feli tak cukup dewasa untuk berbagi masalah? Feli menghela napasnya dalam. Ia kembali menyalakan ponselnya dan berselancar di dunia maya untuk menghilangkan rasa jenuhnya.
.
.
"Dasar anak nggak tahu diuntung! Pergi kamu! Pergi!!"
Feli dan Bik Sum menghentikan langkah mereka saat sore itu seorang gadis terlihat tengah dipukuli oleh orang tuanya. Tetangga mereka hanya menonton, tak ada yang melerai atau melindungi gadis itu dari pukulan dan tendangan ayahnya. Melihat penyiksaan itu, jiwa kemanusiaan Feli terpanggil. Ia merampas kresek di tangan Bik Sum lantas berlari mendekat dan melemparkan kresek berisi pisang yang tadi ia beli di pasar pada lelaki tinggi besar itu.
"Aduh!"
Lelaki tua itu merintih sakit setelah pisang-pisang itu berceceran. Ia kemudian mengedarkan pandangannya mencari siapa yang berani melemparinya dengan pisang.
Feli melirik anak gadis yang masih meringkuk ketakutan, ia lantas mendekat dan membantu gadis itu berdiri. Para tetangga yang melihat keberanian Feli sontak berdecak tak percaya.
"Heh, siapa kamu?! Jangan ikut campur, ya!" bentak lelaki itu marah.
Feli menantang tatapan mematikan lelaki itu tak kalah tajam. "Namaku Felinova. Aku istri Pak Faisal, pemilik semua perkebunan teh di desa ini!"
Wajah lelaki itu nampak terkejut. Ia kemudian menoleh pada putrinya yang kini bersembunyi di belakang tubuh Feli.
"Ajeng! Ayo masuk! Buatkan lagi kopi yang manis untuk Bapak!"
Gadis bernama Ajeng itu masih tak bergerak, ia menarik sedikit ujung dress yang Feli kenakan. Dari gelagatnya yang sangat ketakutan, Feli yakin bila bukan sekali ini gadis seusianya ini disiksa.
"Ajeng! Masuk! Atau Bapak hajar lagi kamu!"
"Heh, beraninya ngancem sama anak kecil! Jangan kamu pikir perbuatanmu ini nggak bisa diproses hukum ya!"
"Pergi kamu, jangan ikut campur urusan kami!" Lelaki itu mendekat dan hendak menarik putrinya namun Feli lebih dulu menghalangi dengan tubuhnya.
Bik Sum yang menyaksikan kejadian menegangkan itu hanya bisa komat-kamit ketakutan. Ia tahu Non Felinya sangat pemberani, tapi melawan lelaki kekar seperti itu pasti tidak mudah!
"Berani kamu, ya!?" Tangan lelaki tua itu terangkat hendak memukul Feli.
"Berani kamu sentuh kulitku sedikit saja, aku pastikan tanganmu berpindah jadi kaki!" ancam Feli tak gentar.
Ajeng bergidik ketakutan, ia semakin merapatkan tubuhnya di belakang Feli. Meskipun dalam hatinya merasa takut, namun Feli berusaha terlihat tenang dan berani.
Beberapa tetangga masih saja melihat kegaduhan itu tanpa berani mendekat. Tanpa Feli sadari, salah seorang dari mereka menghubungi Faisal dan melaporkan kejadian sore ini.
"Kamu ... Brengsek! Ayo Ajeng, masuk!" Lelaki itu berhasil menarik lengan putrinya dan menyeretnya masuk.
"Nggak mau, Pak. Lepasin! Tolong saya, Mbak ..." Ajeng menatap sendu pada Feli untuk meminta pertolongan.
Sudah terlanjur basah, Feli berlari dan menghalangi jalan lelaki tua itu. "Lepasin dia!"
"Pergi kamu! Jangan ikut campur!"
"Lepasin dia atau aku bom rumahmu!"
"Berani kamu ya! Mentang-mentang orang kaya!"
"Aku nggak pernah takut sama orang jahat kaya kamu! Beraninya cuma sama anak gadis yang lemah," kecam Feli marah.
"Kamu ..." Tangan lelaki itu kembali terangkat, ia melepas cekalannya di tangan Ajeng.
Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Ajeng sontak berlari begitu tangannya terlepas. Ia pergi sejauh mungkin karena takut ditangkap lagi oleh Bapaknya.
"Ajeng! Kembali kamu!" teriak lelaki itu murka.
Feli tersenyum lega, lelaki itu kembali menatapnya tajam dengan napas naik turun.
"Kamu akan berurusan denganku!"
"Boleh, siapa takut!" tantang Feli.
Lelaki itu beringsut pergi dan masuk ke dalam rumahnya.
Brak.
Pintu ditutup dengan keras. Bersamaan dengan itu para tetangga berlarian menghampiri Feli yang tiba-tiba tersungkur lemas dan tak sadarkan diri.
...****************...
wahh sumpah y kak ical jd knytaan mlh lgsung nikah y jg ma kak ical bkn dgn yg mirip sma dia🤣🤣🤣
ku fkir jonas mw bicara klo dia ga akn bw feli k amerika degh krn dia jg ga tega misahin feli n love dr haikal