Cinta yang datang dan menetap di relung hati yang paling dalam tanpa aba-aba. Tanpa permisi, dan menguasai seluruh bilik dalam hati. Kehadiran dirimu telah menjadi kebutuhan untukku. Seolah duniaku hanya berpusat padamu.
Zehya, seorang gadis yang harus bertahan hidup seorang diri di kota yang asing setelah kedua orang tuanya berpisah. Ayah dan ibunya pergi meninggalkan nya begitu saja. Seolah Zehya adalah benda yang sudah habis masa aktifnya. Dunianya berubah dalam sekejap. Ayahnya, cinta pertama dalam hidupnya, sosok raja bagi dunia kecilnya, justru menjadi sumber kehancuran baginya. Ayahnya yang begitu sempurna ternyata memiliki wanita lain selain ibunya. sang ibu yang mengetahui cinta lain dari ayahnyapun memutuskan untuk berpisah, dan yang lebih mengejutkan lagi, ternyata Zehya bukanlah anak kandung dari wanita yang selama ini Zehya panggil ibu.
Siapakah ibu kandung Zehya?
yuk, ikuti terus perjalanan Zehya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yunacana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rugen
Peta Rugen, sourch by: Google.
Setelah terbang selama satu jam empat puluh delapan menit dari Inggris ke Jerman. Zehya dan Rose masih harus terbang lagi ke Rugen lewat bandara Rostock-Laage yang berjarak 90 km ke Rugen.
Sepanjang perjalanan Zehya menyibukkan dirinya dengan membuat list makanan apa saja yang akan dia makan selama di Put Garten. Zehya juga menulis beberapa kegiatan yang akan dia lakukan di sana. Sedang Rose hanya duduk dengan tenang, Menemani Nonanya.
Sesampainya di Bandara Rugen, Mereka di sambut oleh seorang lelaki berusia empat puluh tahunan, yang merupakan orang yang telah Reyhan minta untuk mengantarkan mobil yang akan di gunakan oleh Zehya selama di sana.
Karena sudah lelah dan ingin segera merebahkan tubuh di atas kasur yang empuk. Zehya dan Rose bergegas pergi menuju rumah yang akan mereka tempati.
Desa yang akan mereka tuju berada di pesisir paling utara di Rugen. Hanya ada sepuluh kepala keluarga yang tinggal disana. Rumah yang akan mereka tempati adalah sebuah rumah sederhana dengan tiga kamar berukuran besar.
Satu kamar untuk Zehya, Satu untuk Rose, dan satu untuk ruang melukis Zehya. Rumah itu sudah di lengkapi dengan berbagai furnitur dan perabotan yang mereka butuhkan. Reyhan juga sudah menyiapkan berbagai kebutuhan pokok, mulai dari bahan makanan, dan snack favorit Zehya. Tentunya lewat orang yang dia bayar.
Rose memarkirkan mobil yang mereka kendarai di depan rumah bergaya khas Rugen. Rumah dua lantai itu terlihat sangat asri dengan dua pohon apel dan taman yang tertata dengan rapi. Rumah itu merupakan satu-satunya rumah yang memiliki halaman paling luas.
" Rumah ini sangat nyaman, Rose... " Zehya yang baru keluar dari mobil terlihat sangat puas. Gadis itu berjalan ke bawah pohon apel yang tengah berbuah lebat. Tangannya meraih satu buah apel dan menggigit daging buahnya yang manis dan segar.
" Hm.. Persis seperti yang aku mau. Ayah dan Papa sangat luar biasa." Puji Zehya, Yang kini duduk di bawah pohon apel sembari menikmati buahnya.
Rose terkekeh, lalu menurunkan semua barang bawaan mereka dengan sangat cekatan. Zehya terkadang masih terheran-heran dengan kecepatannya dalam bekerja.
" Nona, Anda bisa bersantai disini. Saya akan menata barang bawaan kita," Ujar Rose setelah menutup pintu belakang mobil.
" Aku mungkin akan berjalan ke pantai, Lakukan pekerjaanmu. Aku akan pergi sendiri."
" Apakah anda ingin memakan sesuatu? Saya akan masak setelah selesai menata semua ini." Zehya beranjak dari duduknya dan kembali memetik apel. Kali ini dia memetik tiga buah sekaligus.
" Masak saja apa yang ada di rumah. " Rose mengangguk.
" Baik, Nona. Tolong jangan pulang terlalu malam." Rose mengingatkan, karena saat ini matahari sudah mulai tergelincir menuju peraduan. Zehya mengangguk tanda setuju.
" Aku hanya akan mengambil beberapa poto sunset di pantai, Rose ."
Zehya kembali menikmati buah apelnya dan berjalan menuju pantai, yang hanya berjarak satu kilometer dari rumah yang dia tinggali. Rose memperhatikan punggung Zehya hingga menghilang di belakang pagar rumah mereka. Setelahnya Rose baru membuka pintu rumah dan mengerjakan pekerjaannya.
...****************...
Zehya sampai di tepi pantai setelah berjalan melewati beberapa rumah warga. Beberapa orang tersenyum dan menyapanya dengan ramah. Zehya membalas senyum dan sapaan mereka dengan bahasa jerman.
" Gutten tag, Fraulein"
Selamat sore, nona
"Gutten tag, Mutter."
Selamat sore, ibu
Pemandangan yang tersuguh di depannya membuat semua rasa lelahnya hilang. Zehya melepas sepatu ketsnya dan berlarian di atas pasir pantai yang lembut. Gadis itu bermain air dan menari seirama dengan lagu yang ia nyanyikan.
Zehya rasanya ingin tinggal di sini lebih lama dari perkiraannya. Zehya sangat menyukai tempat ini. Berbeda dengan Swiss yang menyuguhkan Pemandangan pegunungan dan danaunya. Put Garten memberikan apa yang selama ini dia impikan.
Rumah sederhana dengan penduduk yang sedikit, pohon apel di depan rumah, dan laut yang begitu dekat dengannya.
Lelah menari bersama ombak. Zehya duduk di tepi pantai, menikmati sunset yang akan berakhir dan belaian angin pada wajahnya .
Zehya mengambil ponselnya dan mengabadikan Pemandangan indah di depan matanya dengan kamera ponselnya. Zehya mengambil beberapa engle, memeriksa hasil jepretannya dan tersenyum puas.
Zehya kembali menikmati suguhan alam di depannya dengan wajah yang berbinar bahagia. Hatinya terasa penuh. Rindu akan keluarganya terasa terobati walau hanya sesaat.
Zehya memilih pergi dan menetap sementara di berbagai negara selama sepuluh tahun ini bukan karena tidak nyaman dengan keluarganya. Namun sebuah kalimat yang dia dengar dari nenek nya dari pihak Bundanya membuatnya memilih pergi.
" Dia hanyalah anak haram yang terlahir sebelum kamu menikah. Dia tidak akan pernah ada jika bukan karena kecelakaan malam itu. Ingatlah Syeina. Anak ini hanya akan membawa kesialan untuk keluarga kita!"
" Cukup Mama! Zehya adalah anakku. Darah dagingku! Dia bukan anak haram!" Teriak Syeina membalas ucapan menyakitkan dari wanita yang melahirkannya.
" Tapi ada darah wanita lain dalam dirinya. Dia menerima ASI dari wanita lain yang pernah menjadi istri suamimu, Syeina!"
Air mata Zehya kembali mengalir setelah sekian tahun lamanya dia tidak menangis. Semua kata-kata jahat neneknya adalah fakta yang amat menyakitkan. Sekarang dia sudah mengetahui dan mengerti kenapa dia bisa hadir di dunia ini.
Jika saat itu Ayahnya tidak membantu Bunanya, mungkin dia dan Maher tidak akan pernah ada. Bedanya, nenek nya tidak menginginkannya. Sedang Maher begitu di cintai oleh keluarga Papanya.
Tidak cukup menyakitinya dengan kata-kata yang menyayat hati. Sang nenek juga memperlakukannya dengan sangat keji setiap kali wanita glamor itu datang berkunjung. Zehya yang di besarkan oleh cinta penuh kasih sayang dan kelembutan sejak terlahir di dunia, sangat terpukul kala mendapat perlakuan jahat dari sang nenek.
Masih sangat melekat dalam ingatannya saat sang nenek meninggalkannya di tengah kota Sidney saat mereka pergi bersama. Zehya yang baru berusia tujuh tahun saat itu sangat kebingungan.
Sang nenek memintanya untuk menunggu di depan mall ternama di Sidney dengan dalih akan membeli sesuatu dan segera kembali. Namun Zehya harus menunggu hingga hari berganti malam. Zehya percaya bahwa sang nenek akan kembali. Dia terus saja menyangkal bahwa sang nenek memang sengaja meninggalkannya.
Zehya menunggu sang nenek tanpa meminta bantuan pada siapapun, meski dia bisa. Dia melakukannya untuk membuktikan bahwa sang nenek tidak sejahat itu.
Namun nyatanya, Sang nenek memang ingin membuang nya dari garis keturunan keluarganya yang bermartabat dan agung. Wajah Zehya sudah membiru kala Axcel dan Daniel tak sengaja bertemu dengannya saat akan pulang ke rumah mereka.
Daniel dan Axcel segera membawa gadis kecil itu pulang kerumah mereka Alih-alih mengantarkannya pulang. Zehya hanya terus menangis dan tidak mau pulang ke rumah orangtuanya.
Zehya terus tinggal di rumah Axcell hingga satu minggu. Dia berangkat kesekolah dari sana, bersama dengan Axcell. Bagas dan Syeina tidak pernah seharipun absen menemui putrinya dan membujuknya untuk pulang, tapi Zehya hanya diam membisu. Hingga Bagas merasa putus asa dan meminta bantuan pada Reyhan.
Di dalam dekapan sang papalah Zehya menangis. Hanya kepada lelaki itulah Zehya mengatakan semua luka yang dia terima karena sang nenek.
Setelah kejadian itu. Reyhan meminta kepada Daniel untuk menjemput Zehya tiap kali sang nenek berkunjung ke Australia jika dia tidak bisa datang. Sejak itulah Zehya mulai memberikan batas pada Syeina.
" Buna, Aku sungguh menyayangimu... " Bisik Zehya pada angin yang berhembus.
Axcel apa Zain ini Thoor