Demi biaya pengobatan sang ibu membuat seorang gadis bernama Eliana Bowie mengambil jalan nekad menjadi wanita bayaran yang mengharuskan dirinya melahirkan pewaris untuk seorang pria yang berkuasa.
Morgan Barnes, seorang mafia kejam di Prancis, tidak pernah menginginkan pernikahan namun dia menginginkan seorang pewaris sehingga dia mencari seorang gadis yang masih suci untuk melahirkan anaknya.
Tanpa pikir panjang Eliana menyetujui tawaran yang dia dapat, setiap malam dia harus melayani seorang pria yang tidak boleh dia tahu nama dan juga rupanya sampai akhirnya dia mengandung dua anak kembar namun siapa yang menduga, setelah dia melahirkan, kedua bayinya hilang dan Eliana ditinggal sendirian di rumah sakit dengan selembar cek. Kematian ibunya membuat Eliana pergi untuk menepati janjinya pada sang ibu lalu kembali lagi setelah tiga tahun untuk mencari anak kembar yang dia lahirkan. Apakah Eliana akan menemukan kedua anaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya Wanita Bayaran
Hidup dalam kesepian, tidak memiliki satu pun teman membuat Eliana semakin tertekan. Tidak ada tempat untuk berbagi, dia bagaikan hidup sendiri di dunia yang luas. Dia pun tidak bisa berbagi dengan ibunya akan apa yang sedang dia rasakan, pria yang tidur dengannya pun tidak karena sampai saat ini tidak satu kalipun mereka pernah berbicara.
Hanya suara napas pria itu saja yang pernah dia dengar, selebihnya tidak. Dia pun sudah tidak penasaran lagi akan sosok pria yang tidur dengannya. Eliana tidak peduli karena hal itu tidak penting lagi. Yang paling panting ibunya dapat perawatan terbaik dan dia tidak perlu mengeluarkan uang walau dia sudah mendapatkan pekerjaan baru.
Eliana mencari aman, dia bekerja di toko bikini di mana tidak akan ada lelaki yang masuk ke dalam toko itu walau kemungkinannya ada. Eliana benar-benar tidak mau mengulangi kesalahan yang sama akibat peraturan gila yang harus dia patuhi.
Pagi itu, Eliana terbangun saat Grace membuka gorden sehingga cahara matahari yang menyilaukan masuk ke dalam kamar. Grace berbalik dan tersenyum melihat Eliana yang sudah terbangun dari tidurnya.
"Maaf membangunkan tidurmu, Nona. Aku sudah membuat sup untukmu, Tuan Muda berpesan untuk membangunkan dirimu agar kau bisa menikmati sup itu selagi hangat," ucapnya.
Memang Morgan yang meminta Grace membuatkan sup itu untuk Eliana karena dia merasa Eliana tidak seperti biasanya. Walau kegiatan mereka hanya bercinta saja namun pria itu bisa merasakannya.
"Sampaikan rasa terima kasihku padanya," ucap Eliana.
"Akan aku sampaikan nanti, segeralah bergegas," Grace keluar dari kamar, meninggalkan Eliana yang masih berbaring.
Eliana belum juga beranjak, dia ingin superti itu untuk sesaat. Dia pun tidak mau memikirkan kebaikan pria itu karena tidaklah penting. Nikmati saja apa yang dia dapatkan selama perjanjian di antara mereja masih berlangsung.
Cukup lama Eliana berbaring dan menikmati paginya. Aroma parfum Morgan yang tertinggal masih bisa dia cium, aroma maskulin yang menenangkan. Setidaknya dari semua yang ada dari pria itu yang dia sukai hanya aroma parfumnya saja. Biasanya dia akan menikmati aroma itu dari bantal yang digunakan oleh morgan tapi pagi ini tidak dia lakukan karena dia merasa pusing akibat aroma tersebut.
Eliana duduk di atas ranjang dengan perlahan namun kepalanya semakin pusing bahkan terasa sakit. Eliana memegangi kepalanya juga memegangi perutnya yang terasa tidak nyaman. Apa dia akan segera datang bulan? Semoga saja, dia sangat berharap karena jika dia datang bulan maka dia tidak perlu datang untuk melayani Morgan.
Walau kepalanya sakit, Eliana memaksakan diri untuk bangun dari tempat tidur. Lagi pula dia tidak bisa lama karena dia harus pergi ke rumah sakit seperti biasanya lala pergi bekerja. Ketika Eliana masuk ke dalalam dapur, Grace menatapnya dengan heran karena wajah Eliana yang terlihat pucat, tidak biasanya Eliana seperti itu.
"Apa kau baik-baik saja, Nona?" tanya Grace.
"Tentu saja, aku merasa sangat baik," Eliana tersenyum, dia tidak mau menunjukkan jika sesungguhnya dia tidak sedang baik-baik saja.
"Aku senang mendengarnya, nikmati sup ini," semangkuk sup diletakkan di atas meja, Eliana berusaha tersenyum padahal dia merasa mual saat mencium aroma sup tersebut.
"Tuan Muda berkata kau harus banyak makan karena tubuhmu terlalu kurus," makanan lain juga diletakkan di atas meja.
"Katakan padanya, tidak perlu mengkhawatirkan hal itu!" entah apa maksudnya tapi dia tidak peduli.
Eliana menghabiskan semua makanan yang dihidangkan oleh Grace, tidak ada yang dia sisakan walau sesungguhnya dia harus menahan mual yang semakin menjadi. Eliana bahkan pergi dengan terburu-buru dan setelah jauh dari rumah itu, Eliana memuntahkan semua yang baru saja dia makan.
Dia benar-benar bersyukur bisa menahannya tanpa dilihat oleh Garce karena dia tahu, Grace akan melaporkan hal itu pada Morgan dan memang itulah yang terjadi. Setelah Eliana pergi, Grace menghubungi Ray dan melaporkan jika Eliana menghabiskan semua makanan yang dia hidangkan sesuai dengen perintah Morgan.
Eliana berada di taman, itu adalah tempat untuknya menenangkan diri. Dia akan pergi setelah keadaannya membaik. Dia tidak boleh pergi ke rumah sakit dalam keadaan kacau, jangan sampai ibunya khawatir karena keadaannya diakibatkan terlalu banyak makan saja.
Cukup lama Eliana berada di taman, dia pergi ke rumah sakit setelah merasa lebih baik. Dia harap keadaannya tidak semakin memburuk karena dia harus bekerja namun dia tidak bisa menyembunyikan wajahnya yang pucat sehingga ibunya tampak khawatir.
"Ada apa denganmu, Eliana? Apa kau sakit?" tanya ibunya.
"Tidak, Mom. Aku baik-baik saja."
"Jika begitu kenapa wajahmu pucat seperti itu?"
"Benarkah?" Eliana memegangi kedua pipinya.
"Jangan terlalu memaksakan diri, Sayang. kau harus istirahat yang cukup. Jika kau sakit, Mommy tidak akan tenang."
"Jangan berkata seperti itu, Mom," Eliana duduk di sisi ibunya dan memegangi tangan ibunya, "Aku hanya kurang istirahat. Aku akan pergi ke dokter nanti untuk meminta beberapa Vitamin jadi Mommy tidak perlu khawatir."
"Baiklah, apa kau sudah makan? Keadaanmu bisa saja karena kau kurang makan dan lihatlah," Ibunya mengusap lengan Eliana, "Kau semakin kurus dibandingkan sebelumnya," ucap ibunya lagi.
Eliana tersenyum, apa dia semakin kurus? Tapi itu tidak jadi soal, mau kurus atau gemuk yang pasti dia tidak akan menarik perhatian pria mana pun lagi karena dia sudah menjual dirinya. Setelah melahirkan, dia rasa tubuhnya akan seperti wanita pada umumnya yang sudah pernah melahirkan.
"Aku sedang diet, Mom," dustanya padahal sesungguhnya dia sedang berhemat. Saat pagi dia akan menikmati makanan yang dibuatkan oleh Grace, lalu saat siang sepotong roti menjadi makan siangnya dan saat malam dia kembali makan makanan yang dibuatkan oleh Grace. Setidaknya dia tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk makan namun dia tetap membelikan ibunya makanan karena dia ingin ibunya makan apa pun yang ibunya mau sebelum ibunya tidak bisa makan lagi karena waktunya yang sudah habis.
"Berhenti untuk diet, tubuhmu sudah begitu kurus!" ucap ibunya.
"Baiklah, aku beli makanan kesukaan Mommy," Eliana mengeluarkan makanan yang dia beli saat di perjalanan.
"Kau selalu membelikan Mommy makanan, apa kau punya uang, Eliana?" tanya ibunya. Jujur saja dia khawatir karena Eliana harus mencari uang sendiri untuk keperluan mereka.
"Tentu saja ada, Mommy tidak perlu mengkhawatirkan masalah uang. Sekarang makan karena aku harus pergi tidak lama lagi."
Eliana menyuapi ibunya, menggantikan baju seperti yang biasa dia lakukan. Karena jadwal bekerjanya sudah berbeda, Eliana tidak bisa lama menemani ibunya. Keadaannya semakin aneh saat dia pergi bekerja. Kepalanya semakin sakit, perut pun semakin mual. Aneh, dia benar-benar harus pergi ke rumah sakit.
Eliana meminta ijin untuk datang terlambat, beruntungnya sang manager yang adalah seorang wanita begitu baik dan mengijinkan. Eliana pergi ke rumah sakit terlebih dahulu, jangan sampai harinya menjadi kacau gara-gara keadaannya, Bagaimanapun dia tidak mau dipecat seperti sebelumnya.
Cukup lama Eliana mengantri sampai akhirnya namanya dipanggil. Eliana masuk ke dalam ruangan, seorang dokter sudah menunggunya. Dokter yang dia pilih tentu saja dokter wanita.
"Apa keluhanmu, Nona?" tanya dokter itu.
"Aku merasa mual dan kepalaku begitu sakit," jawab Eliana.
"Jika begitu berbaringlah."
Eliana mengikuti perintah, entah apa yang dilakukan oleh dokter itu karena yang dia periksa justru perutnya. Eliana jadi was-was karena dia takut mengidap usus buntu, semoga saja apa yang dia takutkan tidak terjadi.
"Tidak perlu khawatir, kau sedang hamil," ucap dokter itu.
"Apa?" Eliana terkejut, apa dia tidak salah mendengar?
"Selamat, Nyonya. Ini akan menjadi kabar gembira untukmu dan suamimu. Aku akan memberikan obat mual agar Nyonya bisa beraktifitas."
Eliana tersenyum, suami? Dia hanya wanita bayaran yang bertugas melahirkan seorang anak untuk seorang pria yang tidak dia kenal. Eliana sudah duduk bersama sang dokter, tatapan matanya tertuju pada perutnya. Akhirnya dia mengandung benih pria itu. Apa dia harus senang akan kehamilan itu, atau dia harus sedih karena pada akhirnya, anak yang akan dia lahirkan nanti bukanlah miliknya.