Diumur yang tidak lagi muda, susah mencari cinta sejati. Ini kisahku yang sedang berkelana mencari hati yang bisa mengisi semua gairah cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhang zhing li, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengajak Jalan-jalan Bagian 1
Sampai pada akhirnya langkah non Dilla terhenti disebuah kedai permainan, yang sedikit membuatku binggung, sebab apakah dia mau ikutan juga?.
"Ada apa lagi, Non? Kamu mau main itu? Memang bisa?" tanyaku penasaran.
"Aku tidak mau main, cuma mau boneka winnie the pooh yang gede itu. Aaah ... heeeeeeh, boneka itu mengingatkanku dengan seseorang?" jawabnya yang kelihatan sudah sedih, dengan nafas berhembus panjang.
"Memang kamu suka?."
"Iya, aku suka. Kamu tahu sendiri 'kan Dio, dalam kamarku banyak sekali accecories dan boneka itu, sebab disebalik itu semua ada kenangannya," Sudah lesu sedih.
Hati terus bertanya-tanya. Sebenarnya ada apa ini? Kok wanita cantik disampingku ini yang selalu ceria tiba-tiba sedih.
"Tunggu disini? Aku akan mendapatkannya untukmu," cakapku memberitahu.
"Tapi Dio, itu-?" Suaranya tertahan ingin mencegah.
"Tunggu saja, ok."
Planningku hari ini adalah membuat hati majikan bahagia, jadi sebisa mungkin harus menuruti apa yang menjadi keinginannya. Uang pecahan berwarna merah sudah kubayarkan, untuk mendapatkan 20 lemparan. Karena hadiahnya gede-gede seperti kulkas, kipas angin, dll, jadi pembelian tiket untuk melemparpun mahal sekali harganya.
"Memang kamu bisa, Dio?" tanya majikan yang sudah menyusulku, bersiap untuk melemparkan bola.
Bola berwarna kuning siap meluncur untuk ditabrakkan dikaleng.
"Doakan aku saja. Semoga bisa mendapatkan apa yang kamu inginkan," suruhku sambil memberikan senyuman.
Plaak ... plung, hanya satu kaleng saja yang jatuh.
"Aaah, meleset pulak. Hadeh."
Plaak ... plung, yang kedua kalinya lagi-lagi gagal, hanya menjatuhkan tiga kaleng saja.
"Ayo Dio ... ayo ... cepat ... lakukan ... kamu pasti biasa, ayo! teriak majikan dengan nada melengkingkan suara sambil melompat kecil, sehingga semua orang tertuju melihat pada kami.
"Bisa ngak, tidak usah teriak-teriak, lihat! Orang-orang melihat ke arah kita dengan tatapan keanehan," cegahku berbicara pelan.
"Uuups, maaf!"
Bola tinggal 3 biji saja, dan akupun mulai sedikit menyerah dan kesal.
"Huuuuf, kamu pasti bisa, Dio! Demi membahagiakan majikan, kamu harus bisa mendapatkan boneka itu, semangat ... semangat," ucapku dalam hati menyemangati diri sendiri.
Dengan mata fokus, kaki sudah sedikit terbuka berkuda-kuda. Sekarang aku berancang-acang akan mencoba melempar dengan kuat, agar bisa mengenai kaleng tepat yang dibawah sekali, biar kaleng diatasnya jatuh semua dan aku bisa menang.
"Bismillah," ucapku sebelum benar-benar melempar.
Wajahku dan wajah Non Dilla begitu tegang, takut-takut bola ketiga yang terakhir tak bisa menjatuhkan semua kaleng.
Plaaaaak ... plung ... plung, bunyi kaleng telah jatuh semua.
"Haahahahahah," kegembiraan non Dilla, yang tiba-tiba langsung saja memelukku.
Akupun yang menerima perlakuan itu seketika tersentak kaget, dan mencoba pasrah apa yang barusan terjadi. Dia sudah melompat kecil kegirangan.
"Non ... Non," ucapku berusaha mencegah.
Merasa aneh dan tidak nyaman saja.
"Uuups, maaf Dio. Aku tidak sengaja, sebab saking bahagianya kamu menang," cakapnya melepaskan diri dari memeluk, yang sudah merasa tak enak hati.
"Gak pa-pa, Non!" jawabku berbalik tak enak hati, dengan mengaruk-garuk kepalaku yang tak gatal.
"Ini Mas hadiahnya."
Petugas permainan memecah ketegangan kami, sambil tangan memberikan surat hadiah.
"Ooh, iya. Terima kasih."
Langsung saja kubaca hadiah yang diberikan, dan ternyata tidak sesuai dengan keinginanku.
"Beneran hadiahnya ini? Tapi saya tidak menginginkan ini, tapi mau hadiah boneka itu, apakah tidak bisa ditukar?" tanyaku pada petugas permainan.
"Tidak bisa, Mas. Boneka itu harus menang 1 bola 1 kali lemparan, dan mas tadi sudah menggunakan lebih dari 15 bola," jelas petugas.
"Yah ... sayang sekali, Dio. Padahal aku ingin sekali boneka itu," respon majikan yang lemas.
"Apa tidak ada cara lain, bisa mendapatkan boneka itu? Contohnya aku akan kasih tambahan uang gitu?" imbuhku bertanya.
"Eemm, gimana yah?" kebingungan petugas permainan.
"Ayolah, Mas. Berikan boneka itu khusus untuk kami," rengek Non Dilla meminta.
"Iya mas, berikan saja boneka itu. Jangan sampai Nona ini akan menangis keras, sehingga dapat mempermalukan tempat kamu ini," celetukku membantu majikan.
"Ciiih," decih dengan sorotan matanya yang tajam.
"Baiklah, tapi tambah 2 lembar uang merah lagi, gimana?" tawaran petugas permainan mencoba bernegosiasi.
"Ayo Dio kasih saja uangnya!" perintah majikan.
Aku hanya bisa mengaruk depan kepala menggunakan jari telunjuk, sebab uang didompet hanya ada tiga lembar lagi yang tersisa.
"Ayo Dio ... ayo ... ayolah," rengek majikan lagi, dengan cara mengoyang-goyang lengan tanganku.
"Iya ... ya," Kepasrahanku memberikan uang.
Sungguh apes sekali hari ini, uang saku yang kubawa dari kampung telah menipis akibat memenuhi keinginan majikan. Gajianpun masih lama lagi, sebab baru dua hari bekerja.
"Hehhhh, apalah dayaku, saat ada niatan ingin menyenangkan hati orang lain, malah uang ludes dihabiskan orang yang kutolong itu"," Hembusan nafasku dalam hati berbicara.
anyway bagi satu perusahaannya ga akan bangkrut kalii bole laa
jangan suka merendahkan orang lain hanya karna orang itu dari kampung..
ntar km kena karma.
semoga dio bisa tahan y jadi pengawal Dilla
nekat banget sih km,,agak laen y cewe satu ini.. 😂🤦♀️