Siang itu teringat jelas dalam benakku, dia sangat mempesona di mataku. pemuda itu sangat menarik selain tampan dia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana Al Qassam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecanggunganku
Nampak pintu terbuka kulihat gus Izdi membawa nampan berisi 2 gelas susu, 2 roti sandwich, dan semangkuk kurma. beliau datang sambil tersenyum dan menutup pintunya kembali dengan kakinya. Dia membawa nampan tersebut di meja samping ranjang kami. Kemudian mengkodeku yang masih termenung di dekat jendela. beliau menepuk sofa di sampingnya, akupun datang menghampirinya.
" Maafkan aku ya kita belum sarapan sedangkan ini sudah pukul 10.00 siang pasti kamu lapar," ucapnya padaku. Aku yang masih berdiri ditarik olehnya hingga aku terduduk di sampingnya.
" Lepaskan dulu niqobnya, kita sudah halal tidak ada jeda diantara kita. Semua milikmu halal bagiku begitupun sebaliknya. Harusnya kamu memahami itu, bukankah selama ini sudah nyantri selama 6 tahun?" tanyanya padaku sambil menegaskan kembali bahwa aku sudah sah menjadi istrinya.
" Iya gus ... Berilah aku ruang, aku merasa sangat canggung sekali berada di dekatmu saat ini," ucapku dengan melepaskan niqob yang kupakai. Akupun langsung terkejut saat gus Iz tertawa lepas.
" Apa aku sebegitu anehnya buatmu wardah, sehingga kamu sangat canggung. Aku ingin romantis malah tidak jadi sikapmu ini membuatku geli," ucapnya sambil menyentuh ujung hidungku dengan jemarinya. Beliau kemudian berdiri dan berjalan menuju kamar mandi.
" Sebentar ya aku ke kamar mandi," dia masih saja tertawa kecil. Apa yang sebenarnya tadi aku lakukan kenapa beliau tertawa sedemikian rupa. Bukankah harus kukatakan semuanya biar tidak ada rahasia diantara kami. Dia malah nampak selalu tampan di setiap saat. Semakin tidak sehat hatiku ketika berada di dekatnya.
Beberapa saat kemudian beliau keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah. Rupanya hal itu menjadi pengganti lelah hari ini.
" Aku lelah dengan kejadian hari ini, hal ini sering kulakukan saat lelah," ucapnya dengan tersenyum karena aku menatap beliau dengan heran.
" Baiklah ... Bolehkah aku makan sekarang gus Iz?" tanyaku pada beliau.
" Sebentar .... Wardah panggil saya Mas dari sekarang aku akan memanggilmu sayang. Kita harus terbiasa dari sekarang jika ingin berjalan baik, " ucapnya yang aku ikuti dengan anggukan.
"Baik mas," belum sempat aku menutup mulutku gus iz sudah menyuapi kurma ke dalam mulutku dia tersenyum dan dengan santainya meneguk susu yang dia bawa tadi. Kejadian apa barusan ini membuat jantungku berhenti saja. Setelah makan tak berselang waktu sudah menunjukkan set. 12 kamipun melaksanakan sholat dhuhur berjamaah. Beliau melanjutkan berdzikir, aku meletakkan tubuhku di ranjang tanpa memakai hijab. Aku merasa lelah sekali hari ini. Tak terasa mataku terpejam tanpa diaba-aba.
Izdi yang menyelesaikan dzikirnya mendekati sang istri yang terlelap. Ia memperhatikan kecantikan wardah tanpa henti. Ia juga membelai rambut sang istri dengan hati-hati. Iz mencoba mengingat-ingat kejadian yang sangat menyakitkan baginya namun ada sedikit obat atas kejadian itu.
" Kenapa wardah kamu sangat taat pada orang tuamu. Seharusnya kamu bisa menjadi orang hebat tidak harus menikah denganku. Semoga kita bisa membina rumah tangga sebaik yang kita bisa. Waktu itu kamu masih anak- anak saat aku sudah dewasa. Aku tidak tahu jika kamu adalah jodohku. Kamu dari awal selalu menatapku tanpa jeda. Semoga kali ini tidak ada kecanggungan diantara kita, aku akan berusaha mencintaimu istriku," ucap izdi pada istrinya yang tertidur dengan pulas. Ia mengecup kening perempuan yang halal baginya itu. Dan izdipun tertidur di sampingnya dengan posisi duduk di samping wardah.
Achmad Izzudin Al Qassam
melelehhh akunya
terhuraaaa
gampang banget Gus iz bilang iloveyou