NovelToon NovelToon
Retaknya Sebuah Kaca

Retaknya Sebuah Kaca

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Seiring Waktu / Angst / Penyesalan Suami
Popularitas:1M
Nilai: 4.6
Nama Author: Arrafa Aris

Pernikahan yang didasari sebuah syarat, keterpaksaan dan tanpa cinta, membuat Azzura Zahra menjadi pelampiasan kekejaman sang suami yang tak berperasaan. Bahkan dengan teganya sering membawa sang kekasih ke rumah mereka hanya untuk menyakiti perasaannya.

Bukan cuma sakit fisik tapi juga psikis hingga Azzura berada di titik yang membuatnya benar-benar lelah dan menyerah lalu memilih menjauh dari kehidupan Close. Di saat Azzura sudah menjauh dan tidak berada di sisi Close, barulah Close menyadari betapa berartinya dan pentingnya Azzura dalam kehidupannya.

Karena merasakan penyesalan yang begitu mendalam, akhirnya Close mencari keberadaan Azzura dan ingin menebus semua kesalahannya pada Azzura.

"Apa kamu pernah melihat retaknya sebuah kaca lalu pecah? Kaca itu memang masih bisa di satukan lagi. Tapi tetap saja sudah tidak sempurna bahkan masih terlihat goresan retaknya. Seperti itu lah diriku sekarang. Aku sudah memaafkan, tapi tetap saja goresan luka itu tetap membekas." Azzura.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arrafa Aris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13. RSK

Apartemen Yoga ....

'Nak mulai detik ini dan seterusnya, ibu titip Azzura padamu. Sayangi, cintai serta didiklah putriku. Ajari juga maafkan dia jika Azzura berbuat salah padamu. Jangan sekali-kali berlaku kasar apalagi main tangan padanya. Sebaiknya kembalikan dia pada ibu daripada kamu melakukan KDRT.'

'Nak, sejak kecil Azzura kami didik dengan baik. Sedikit pun ibu dan almarhum ayahnya nggak pernah menyakiti apalagi membentaknya. Jadi, ibu mohon perlakukanlah Azzura dengan penuh kasih sayang.'

Ucapan terselubung pesan nasehat penuh makna dari bu Isma siang tadi, seolah masih terngiang-ngiang di telinga yoga.

Wajah pucat bu Isma masih terbayang di mata. Saat melihat Azzura menangis terisak dari kejauhan, Yoga merasa ada yang mengganjal di hatinya.

"Azzura apa sebenarnya yang kamu sembunyikan," gumam yoga sambil memijat pangkal hidungnya. "Sorat mata indahmu menyiratkan begitu banyak kesedihan di dalamnya."

"Entah mengapa aku sangat mengkhawatirkan dirimu. Aku merasa seperti diberi tanggung jawab oleh ibumu, pesannya tadi menyiratkan makna."

Asik dengan pikirannya sendiri, tiba-tiba ia tersentak kaget saat pundaknya ditepuk keras oleh seseorang.

"Yoga, apa yang sedang kamu pikirkan?"

Yoga berbalik menatap sang pemilik suara. "Kak Farhan."

Yoga kembali mengarahkan pandangan ke depan. Sedangkan Farhan berdiri disampingnya.

"Nggak langsung pulang Kak?" Yoga balik bertanya.

"Nggak, kebetulan aku lewat sini. Jadi sekalian mampir," jawab sang kakak dengan seulas senyum. "Kamu belum menjawabku."

Yoga terkekeh. "Mau tahu atau mau tahu banget," kelakar Yoga lalu meninju pelan lengan Farhan. "Hayooo, penasaran, ya."

"Apaan sih, Ga," dalih Farhan seraya menoyor kepala Yoga disertai tawa.

"Aku lagi mikirin jodoh buat Kak Farhan," kelakar Yoga lagi.

"Mikirin jodoh buatku? Apa aku nggak salah dengar? Sebaiknya kamu saja yang memikirkan jodohmu sendiri," ledek Farhan lalu kembali menoyor kepala Yoga.

"Zaman sekarang sulit menemukan cewek yang setia, Kak. Apalagi yang good attitude," aku Yoga disertai hela nafas.

"Hmm, kamu benar," sahut Farhan sembari memejamkan mata sejenak.

"Oh ya, Kak, bagaimana hubungan Kak Farhan dengan kak Aida? Apa baik-baik saja? Kapan Kakak akan melamarnya!" cecar Yoga.

"Entahlah, aku belum siap serta belum yakin," jawab Farhan. Ah, sudahlah, aku malas membahasnya, lagian aku masih ingin bebas dan nggak mau terikat dengan suatu hubungan serius."

Yoga menghela nafas, untuk yang kesekian kalinya jawaban sang kakak tetap sama.

.

.

.

Subuh dini hari ....

Setelah melaksanakan shalat subuh, Azzura lanjut membuat sarapan juga menyeduh kopi untuk suaminya.

Meski Close menyatakan tak akan menyentuh makanan yang ia masak, pikirnya nggak ada salahnya mencoba. Siapa tahu sang suami bakal mencicipinya walau hanya sedikit.

Seusai membuat sarapan, Azzura menata makanan dengan rapi makanan serta kopi di atas meja makan. Ia kemudian lanjut membersihkan diri.

Satu jam berlalu ....

Azzura sedang duduk di kursi meja makan sembari memejamkan ojol. Tak lama berselang dari lantai dua, Close memperhatikan Azzura yang sedang asik menatap layar ponselnya.

Close tersenyum sinis. Menuruni anak tangga kemudian berlalu meninggalkan Azzura. Ketika pria blasteran itu berada di ambang pintu, langkahnya terhenti ketika Azzura memanggilnya.

"Close, sarapanlah dulu atau paling nggak, cicipilah kopi ini," tawar Azzura.

Close memutar badan seraya menghampiri Azzura. Begitu berada di meja makan, ia meraih cangkir kopi lalu ....

Nyesss ....

Close menumpahkan kopi itu di atas kepala Azzura. Merasa belum puas, sang suami kemudian menghambur semua yang tersaji di atas meja.

Prak!

Prak!

Suara berisik piring juga gelas seketika memecah keheningan pagi. Azzura mematung memandangi semua makanan serta pecahan piring yang berserakan di atas lantai ubin.

"Apa kamu tahu? Di luaran sana masih banyak orang yang kurang beruntung ingin menikmati makanan seperti ini. Tapi, kamu dengan angkuh menghambur semuanya hingga nggak berbentuk. Akan ada masanya kamu ingin mencicipi makanan hasil olahan tanganku sendiri. Tapi, saat kamu menginginkan, mungkin aku nggak akan pernah memasak lagi," tutur Azzura kemudian berlalu meninggalkan Close.

Close bergeming mendengar penuturan Azzura barusan. Sedetik kemudian ia tersenyum sinis sekaligus melanjutkan langkah menuju garasi.

"Mencicipi masakan darimu? Hanya dalam mimpimu saja," ejek close kemudian melajukan kendaraannya menuju kantor.

******

Tin ... tin ... tin!

Dengan terburu-buru, Azzura melangkah keluar setelah membersihkan diri sekaligus mengganti pakaiannya.

"Akhh! Kakiku." Azzura mengangkat kaki sekaligus memeriksa telapak kakinya. "Dasar pria laknat!" maki Azzura seraya mencabut pecahan kaca di kaki.

Sambil menahan sakit, Azzura berjalan menghampiri bang ojol. "Bang, maaf ya, aku bayar ongkosnya saja, soalnya aku nggak jadi memakai jasa Abang," sesal Azzura.

"Nggak apa-apa, Mbak," kata bang ojol.

"Bang, ini ambil saja ongkosnya sisanya buat Abang saja," timpal Azzura seraya memberikan uang itu pada bang ojol. "Sekali lagi maaf ya, Bang."

"Iya, nggak apa-apa, Mbak," kata bang ojol lagi kemudian menerima uang itu dari Azzura.

Sepeninggal bang ojol, Azzura kembali ke dalam rumah kemudian membersihan semua pecahan kaca hingga bersih.

"Pria laknat! Jika bukan karena ibuku membutuhkan biaya pengobatan, mana mau aku menikah denganmu!" gerutu Azzura kesal.

Selesai membersihkan, ia mengirim pesan pada Nanda untuk segera menjemputnya.

Sambil menunggu Nanda, Azzura memilih duduk di sofa sembari memindai seluruh ruangan rumah.

Ia menghela nafas sembari menyandarkan kepala di sandaran sofa. Matanya kini berkaca-kaca mengingat kelakuan kasar suaminya tadi.

"Jika kamu nggak ingin mencicipi makanan itu, setidaknya jangan menghamburnya," ucap lirih Azzura. "Setidaknya makanan itu bisa dibagikan kepada pemulung. Apa yang membuatmu sangat membenciku? Sejak zaman kuliah, kamu selalu saja menghukum serta menghinaku tanpa alasan yang jelas. Parahnya lagi itu kamu lakukan di hadapan teman-temanmu."

Tak lama kemudian, Azzura segera beranjak dari sofa setelah mendengar suara klakson motor. Sesaat setelah berada di luar rumah ia menghampiri Nanda.

"Zu, maaf aku telat," sesal Nanda.

"Nggak apa-apa," balas Azzura. "Yuk ... Gas pool!" Gadis berhijab itu menepuk pundak sang sahabat.

Nanda langsung tancap gas menuju cafe tempat keduanya bekerja. Di sepanjang perjalanan mereka mengobrol santai bahkan sesekali tertawa cekikikan. Ketika berada di lampu merah, Nanda menggerutu kesal.

"Haish, lampu merah lagi, menyebalkan!"

"Nggak usah ngomel, Nek, nanti cantiknya luntur ... hahaha!" Azzura tergelak.

Di samping motor mereka ada sebuah mobil. Dari balik jendela kendaraan itu, seseorang terus saja memperhatikan Azzura disertai senyum penuh arti.

Begitu lampu berganti warna, Nanda kembali melajukan motornya menuju cafe.

...----------------...

1
Tuti irfan
Luar biasa
Thewie
laki2 anjing gayanya menyesal,khilaf..keparat kau close. tutup ajalah kau kayak namamu
Juniati Juniati
😭😭😭😭
Thewie
kok ada bawang merahnya Thor 😭😭😭😭
ay Susie
piye tow kiiiihhhhh
Surati
bagus
Epifania R
biarkan saja dia sekalian masuk RSJ
Epifania R
semoga azzura bahagia
Epifania R
jangan mau zu
Epifania R
rasaakan
Epifania R
lanjut
Epifania R
siapa yang datang
Epifania R
makin penasaran
Epifania R
massa mau saingan sama anak sendiri
Epifania R
mau kemana zurra
Epifania R
😭😭😭😭😭
Epifania R
😭😭😭
Epifania R
maaf tiada guna
Epifania R
😭😭
Epifania R
taunya cuman menebak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!