" Menikah dengan siapa?! om pamungkas?!!" suara Ratih meninggi, di tatapnya semua anggota keluarganya dengan rasa tak percaya.
" Pamungkas adalah pilihan terbaik untukmu nduk.." suara papanya penuh keyakinan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sadar
Pamungkas mengikuti langkah Ratih,
dibiarkannya Ratih berjalan mendahuluinya.
" Pelan pelan jalannya.. di depan itu jalannya kurang rata.." ujar Pamungkas,
tapi Ratih terus saja berjalan dengan langkah yang cepat.
Dan benar saja, karena tergesa gesa dan kurang awas perempuan itu tersandung jalan yang tidak rata.
Hampir saja Ratih jatuh ke atas aspal yang bentuknya tidak rata itu, untung saja Pamungkas sigap menangkapnya.
" Aku bilang apa Rat? jangan buru buru, tidak ada yang mengejarmu, kenapa kau jalan secepat itu?" tanya Pamungkas dengan tangan masih melingkar di pinggang Ratih.
Ratih diam tak menjawab sepatahpun, ia tak berani menatap Pamungkas.
" Ada apa denganmu? sejak tadi sore kau aneh.. malam inipun kau aneh, jika ingin mengeluh mengeluhlah Rat, meski om tidak begitu memahami hati perempuan, tapi om bisa memberimu saran yang terbaik menurut om?"
" Aku sedang bingung om," jawab Ratih lirih,
" bingung? tentang suamimu?"
Ratih menggeleng pelan, di pandang keponakannya itu dengan pandangan yang tak seperti biasanya, dorongan yang ia rasakan kali ini begitu luar biasa, rasanya sulit untuk menahannya, apalagi tangannya masih begitu erat melingkar di pinggang Ratih.
Entah mendapatkan keberanian dari mana, Pamungkas membalikkan tubuh Ratih sehingga keduanya dalam posisi berhadapan.
Tubuh yang kurus itu sedang dalam dekapan Pamungkas,
" Kau masih begitu mencintainya?" tanya Pamungkas pelan,
Ratih tak menjawab, ia tertunduk, semakin di rasakan semakin tak wajar saja,
Ratih takut pada perasaan yang tak ia ketahui dengan jelas ini.
" Ratih.." suara Pamungkas berat dan dalam,
" kau tau.. berhari hari bersama denganmu membuatku aneh..
aku bertidak di luar kebiasaanku..
Aku juga berusaha menenangkan diri malam ini,
tapi kau malah datang dan merusak usahaku itu..
sekarang katakan aku harus bagaimana Ratih...",
Ratih sontak menatap Pamungkas yang jauh lebih tinggi darinya itu, ia tak percaya kata kata itu keluar dari mulut omnya.
" Om.. aku.. aku tidak bermaksud.. aku juga dalam kondisi yang tidak tenang, jadi.." belum selesai Ratih bicara, tau tau Pamungkas menundukkan kepalanya dan membungkam bibir Ratih dengan bibirnya.
Benar saja, laki laki berusia tiga puluh lima tahun itu bersikap di luar kebiasaannya,
ia tak pernah menjadi orang yang agresif selama hidupnya, tapi di hadapan Ratih, kepantasan dan kelayakannya hilang.
Ratih yang terkejut merasakan bibir hangat Pamungkas menyentuh bibirnya berusaha menjauh,
namun Pamungkas sepertinya belum rela melepaskan bibir mungil itu begitu saja, ia mengecupnya, menciuminya, sampai Ratih benar benar tak berdaya untuk menolak.
Ratih merasakan kedua kakinya lemas tak bertenaga, entah perasaan apa yang merayapinya, sentuhan Pamungkas benar benar membuatnya panas dingin.
Ratih bukan seorang perawan, ia juga sudah puluhan bahkan mungkin ratusan kali di cium oleh Arga,
tapi kenapa rasanya berbeda, tak pernah ia di buat tidak berdaya seperti ini.
Ratih mencengkeram dada Pamungkas,
Jika tidak di hentikan mungkin Ratih bisa menyerah.
Tidak.. tidak boleh..! Ratih memperingati diri sendiri,
Di cengkeram lebih Kuat dada Pamungkas, hingga kuku Ratih terasa menusuk menembus kaos yang Pamungkas kenakan.
Seketika itu Pamungkas sadar dan melepaskan keponakannya itu.
Wajahnya merah padam dan kebingungan,
perasaan malu juga canggung menyerangnya seketika.
Pamungkas benar benar tidak tau harus berbuat dan berkata apa sekarang,
seketika ia bodoh,
apalagi melihat ekspresi Ratih yang masih terbengong itu.
" Harusnya kau tampar aku.." ujar Pamungkas dengan suara bergetar,
dengan langkah cepat Pamungkas melewati Ratih, dan masuk terlebih dahulu ke dalam hotel.
Sesampainya di kamar Ratih masih terdiam, ia mati matian meyakinkan dirinya bahwa yang terjadi antara dirinya dan omnya itu hanyalah halusinasinya.
Di sentuh bibirnya, masih terasa lekat bekas ciuman Pamungkas yang penuh perasaan itu.
" Astagaaa.." keluh Ratih sembari menarik bajunya karena frustasi.
" Masalah satu belum selesai muncul masalah lagi.." keluhnya.
" kalau papa dan mama tau aku berciuman dengan om bagaimana?
aduhhh..! gila kau Ratih! gila..!" Ratih mengacak acak rambutnya dan berguling guling di atas tempat tidur.
Sopir dan Pamungkas sudah siap di parkiran hotel, semua barang yang akan di bawa pulang juga sudah tertata rapi di bagasi belakang.
" Tidak ada yang tertinggal?" tanya si sopir,
" Saya kira tidak ada.." jawab Ratih lalu masuk ke dalam mobil.
" Ya sudah.. kita berangkat sekarang mas.." ujar Pamungkas masuk dan duduk di kursi depan samping sopir.
Sopir itu mengangguk dan segera masuk ke mobil.
Selama di perjalanan tidak ada perbincangan apapun, susana begitu canggung dan kaku.
Meskipun mereka berhenti di jalan untuk makan, tetap tak ada perbincangan diantara keduanya dan itu membuat si sopir heran.
emang kamu pikir si ratih itu ga punya hati apa.....
luka karna dikhianati sama org terdekat itu susah sembuhnya, kamu malah ngerecokin si ratih mulu
slading online juga nih
istri rasa ponakan itu perlu pemahaman yang besar 😆😆