Aira harus memilih di antara dua pilihan yang sangat berat. Di mana dia harus menikah dengan pria yang menjadi musuhnya, tapi sudah memiliki dirinya seutuhnya saat malam tidak dia sangka itu.
Atau dia harus menunggu sang calon suami yang terbaring koma saat akan menuju tempat pernikahan mereka. Kekasih yang sangat dia cintai, tapi ternyata memiliki masa lalu yang tidak dia sangka. Sang calon suami yang sudah memiliki anak dari hubungan terlarang dengan mantannya dulu.
"Kamu adalah milikku, Aira, kamu mau ataupun tidak mau. Walaupun kamu sangat membenciku, aku akan tetap menjadikan kamu milikku," ucap Addriano Pramana Smith dengan tegas.
Bagaimana kehidupan Aira jika Addriano bisa menjadikan Aira miliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bakso, Masalah atau Pendamaikah? Part 2
Aira dan Niana akhirnya tidak jadi makan bakso di sana. Niana pun lega mereka sudah menjauh dari si devil.
"Ai, memangnya tadi si devil menolong kamu?"
Aira mengangguk sambil mereka terus berjalan mencari tempat makan. "Kenapa si devil beberapa kali menolong kamu? Kenapa seolah Tuhan selalu mempertemukan kalian dengan cara yang unik?"
Aira menghentikan langkahnya. "Maksud kamu apa, Na?"
"Aku cuma heran saja, semakin kamu ingin menghindar dari si devil Kak Addrian itu, malah semakin kamu bertemu dan malah sampai kamu ditolong dia terus. Kamu merasa tidak sih dengan hal itu?" Tatap Niana datar.
"Aku tidak merasa begitu," jawab Aira santai walaupun dalam hatinya yang terdalam dia mengiyakan ucapan Niana.
Mereka akhirnya makan bersama di sebuah cafe yang tidak terlalu besar dekat pusat pertokoan. "Padahal aku ingin makan bakso. Eh! Kita malah nyasar makan di cafe," ucap Niana malas.
"Jangan salahkan aku, kamu salahkan saja si devil itu, kenapa dia merusak mood aku saja?"
"Mungkin saja dia menyukai kamu, Ai, makannya suka gangguin kamu." Niana langsung terkekeh, dan gadis di depannya malah mendengus kesal.
"Kamu itu mengesalkan. Si devil itu hanya mencari mangsa. Kamu lupa dia itu playboy cap buaya aligator."
Niana hanya bisa tersenyum saja mendengar sahabatnya ngomel. Setelah makan, Aira dan Niana memutuskan untuk pulang ke rumah. Malamnya Aira tampak sudah bersiap-siap dengan setelah dress panjang menutupi lututnya, lengan tiga perempat.
Aira akan keluar makan malam bersama dengan keluarga calon suaminya. Iya. Mas Dewa baru saja sampai di rumahnya dan langsung menghubungi Aira ingin mengajaknya makan malam romantis di restoran miliknya.
"Aira, Dewa, walaupun kalian sudah bertunangan dan sebentar lagi akan menikah. Bukan berarti Aira bisa pulang larut malam. Nanti saja kalau kalian sudah menikah. Kamu dan calon istrimu boleh kalian pulang sampai larut malam karena Aira sudah menjadi tanggung jawab kamu. Kamu mengerti, kan?" tanya mama Aira.
"Iya, aku mengerti, Ma." Dewa dan Aira berpamitan dan Merek berangkat ke restoran yang sudah Dewa pesan.
Aira benar-benar tampak bahagia bisa menghabiskan waktu berdua dengan kekasihnya. Mereka sampai di restoran yang cukup besar dan Aira dibawa oleh seorang pelayan restoran masuk ke bagian restoran lebih dalam.
"Ya Tuhan! Mas Dewa, kapan menyiapkan semua ini?" Aira tampak terkejut melihat ada meja berukuran sedang dengan dua buah kursi dan tersedia beberapa macam makanan kesukaan Aira serta ada nyala lilin yang membuat suasana out door di sana tampak nyaman dan romantis.
"Aku sengaja sudah menghubungi pihak restoran untuk menyiapkan semua ini. Apa kamu menyukainya?"
"Tentu saja aku sangat menyukainya." Aira memeluk Dewa dengan erat."
"Syukurlah kalau kamu menyukainya, Sayang. Sekarang kita duduk saja di sana." Dewa tak hentinya memegang tangan Aira yang ada di atas meja. "Aku senang hari pernikahan kita segera terlaksana dan kamu menjadi milikku selamanya."
"Aku juga tidak menyangka akan hal itu, Mas Dewa. Aku akan segera menjadi seorang istri dan ibu nantinya."
"Setelan kita menikah, bagaimana jika kita menunda dulu untuk memiliki anak, Aira."
"Kenapa, Mas Dewa? Apa Mas Dewa tidak suka anak kecil?"
"Suka, tapi aku maunya kita menghabiskan waktu berdua lebih banyak dulu, dan baru kita akan memikirkan memiliki anak. Kamu mau, kan?" Aira mengangguk beberapa kali.
Mereka menghabiskan banyak waktu di restoran itu untuk saling bercerita sampai tidak teras waktu menunjukkan pukul sembilan malam.