Senja Kumala, anak kecil malang yang lahir dari seorang wanita yang tak menginginkannya. Ia lahir karena hasil pemerkosaan.
Ibunya sangat benci dirinya, ia kerap mendapatkan siksa lahir batin. Bahkan hingga ia dewasa dan menikah, penderitaan Senja belum berakhir.
Wanita malang itu hanya dijadikan istri kedua dan mesin pembuat anak untuk sang suami. Hingga akhirnya, ia bertemu dengan sosok pria yang masuk ke dalam lembah hitam. Sosok pria yang tidak percaya dengan adanya cinta dan kasih sayang.
Pria itu adalah Karang, anak yang memiliki masa lalu tak mengenakkan dan hampir merusak masa depannya. Dan masa lalu itu ternyata ada kaitannya dengan Senja dan ibunya.
Ada hubungan apakah mereka? Dan mampukah Karang menata kembali masa depannya dengan benar?
Dan siapa cinta sejati di masa depan Senja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Niat Buruk
"Iya, jadi saya nggak sengaja melihat Senja di sebuah restoran. Saya terpesona, dan mungkin ini yang namanya cinta pada pandangan pertama. Saya jatuh hati dengan Senja." Leo bicara dengan penuh keyakinan dan wajah yang seratus delapan puluh derajat berbeda dari beberapa menit yang lalu.
"Berapa kali kamu melihat Senja?" tanya Bu Patmi.
"Baru kemarin siang."
"Bagaimana bisa kamu menyebut ini cinta kalau kamu sendiri baru pertama kali bertemu dengan dia."
"Saya menyebutnya cinta karena saya merasa ingin dekat dengannya. Bukan hanya mengenal tapi lebih dari itu."
"Kalau begitu bilang saja ingin kenal. Jangan mengatakan ingin menikahi. Menikah memang kata yang sederhana tapi tidak dengan maknanya," omel Bu Patmi.
"Bukankah mengenal labih dekat setelah pernikahan akan lebih baik? Kalau istilah anak zaman sekarang, pacaran setelah menikah. Itu saya rasa jauh lebih baik."
"Taaruf saja harus mengenal lebih dalam. Harus tahu pendidikan, latar belakang, sifat, karakter dan lain sebagainya. Kamu baru ketemu kemarin ngajak nikah," cerca Bu Patmi yang membuat Leo kesal.
"Ibu," tegur Manda pelan. "Maafkan, Ibu saya memang dia seperti ini orangnya." Manda tak enak, ia merasa sungkan dengan ucapan Ibunya yang sarkas.
Tak ingin mempermalukan diri sendiri, Manda membawa sang Ibu ke dalam kamar. Bu Patmi tentu saja menolak. Beliau tahu betul anaknya, pasti Manda akan menerima pinangan dari pria asing ini, begitulah kira-kira yang ada dalam pikiran Bu Patmi.
Bukan Manda namanya jika tak bisa memaksakan kehendaknya pada siapapun. Dengan terpaksa Bu Patmi akhirnya berhasil di tuntun oleh Manda menuju kamarnya.
"Maaf, ya atas ketidaknyamanan ini. Maklum, Ibu saya sudah tua, jadi ya sifatnya kembali seperti anak kecil. Oh, ya sampai mana perbincangan kita tadi?" tanya Manda begitu ramah.
Mendengar pria yang saat ini di depannya meminang Senja membuat jiwa matrenya keluar seketika. Ia sudah membayangkan bagaimana hidupnya nanti jika Senja menikah dengan Leo. Pasti apapun yang ia mau bisa terbeli.
"Kita lupakan masalah tadi. Saya sampai lupa untuk berkenalan. Saya Leo. Tante, Ibunya Senja?"
"Ah, iya. Panggil saja Ibu Manda."
Leo yang mengerti gerak gerik Manda hanya mengumpat dalam hati. Ia tahu senyum dan keramahtamahan yang wanita itu tunjukkan saat ini adalah kepalsuan belaka. Sama seperti dirinya yang kini sedang menutup wajah aslinya dengan sebuah topeng kebaikan dan kemunafikan.
Manusia-manusia seperti ini sangat mudah untuk Leo pahami. Mereka hanya cinta dengan uang, pujian dan dunia. Kenapa Loe sangat paham? Karena ia sendiri juga demikian.
"Apa Ibu mengizinkan saya untuk mendekati Senja? Minimal untuk mengenal satu sama lain agar kami bisa memahami karakter masing-masing. Untuk urusan menikah saya kembalikan pada Senja. Tidak mungkin saya memaksakan kehendak saya pada orang lain."
Munafik sekali, sungguh bukan hanya topeng asli saja yang Leo sembunyikan. Tapi juga jati dirinya yang buruk, ia tutupi dengan kata-kata mutiara yang entah dari mana ia dapatkan.
"Tentu! Ibu tentu saja mengizinkan kalian untuk saling mengenal satu sama lain dan Ibu yakin Senja pasti bersedia menikah dengan Nak Leo. Saya akan senang jika punya menantu seperti kamu. Sukses di usia muda, itu adalah hal yang luar biasa menakjubkan untuk Ibu. Nanti akan Ibu sampaikan ketika Senja sudah pulang, biasanya dia pulang jam sepuluh sampai jam sebelas malam."
"Selarut itu? Dia perempuan dan itu terlalu bahaya. Katakan juga padanya nanti, kalau saya akan mengantar jemput Senja nantinya."
"Baik, akan Ibu sampaikan nantinya."
Selesai dengan obrolannya, Leo dan Fais izin untuk pulang. Sangat terlihat jelas di mata Leo bahwa Manda sangat senang dengan pinangan Leo. Ia yakin jika Senja menolak untuk menikah dengannya, pasti Manda akan berbuat sesuatu untuk menjadikan pernikahan ini nyata.
"Hati-hati, ya." Manda mengantar kepergian kedua pria itu sampai teras. Tak lupa ia melambaikan tangan pada mobil yang melaju dan meninggalkan suara yang semakin lama semakin jauh.
"Kamu ini apa-apaan, Manda? Kenapa kamu begitu mudah menerima pinangan laki-laki yang bahkan tidak kamu kenal dan baru hari ini kamu lihat?" protes bu Patmi marah.
"Ibu, aku belum menerimanya. Aku masih mengizinkan mereka untuk saling kenal dulu. Aku tidak akan langsung menikahkan mereka. Tunggu beberapa saat lagi, aku akan beri kesempatan mereka untuk saling kenal tidak langsung menikah. Memang kenapa jika mereka dekat? Nggak ada salahnya untuk saling kenal, kan?" Manda berlalu dari hadapan Ibunya.
Bu Patmi merasakan firasat tak enak pada Leo. Beliau merasa ia bukan pria yang baik untuk Cucunya. Meskipun beliau yakin Senja akan menolak, namun tidak dengan Manda. Jika Manda menerima pinangan ini maka hancur sudah semuanya. Pasti Senja akan dipaksanya untuk menikah dengan pria kaya tadi.
"Tuan, bagaimana jika gadis itu menolak untuk menikah dengan Tuan? Apa perlu saya carikan cadangan?" tanya Fais yang sebenarnya ia memikirkan sikap Bu Patmi tadi.
"Tidak. Kalaupun dia menolak, tidak dengan Ibunya. Kau tidak lihat tadi bagaimana berbinarnya mata Bu Manda? Aku yakin dia akan melakukan apapun untuk membuat Senja setuju menikah denganku. Aku tak peduli dengan nenek tua tadi. Yang terpenting adalah aku bisa memiliki Senja apapun dan bagaimanapun caranya."
Senyuman licik yang sempat hilang sesaat kini kembali di munculkan oleh Leo.
"Antarkan aku pulang," titahnya kemudian.
Untuk sampai rumah, mereka perlu membelah jalanan selama enam puluh menit. Fais Kembali ke kantor setelah itu, meski atasannya pulang lebih cepat tak berarti ia pun pulang lebih awal juga.
"Kamu udah pulang, Mas? Bagaimana? Apa semuanya berjalan lancar?" tanya Rida, istri Leo.
"Apa pernah yang aku lakukan berakhir gagal, Sayang? Tidak ada yang bisa melawan Leo, apapun yang aku inginkan harus bisa aku wujudkan degan cara apapun. Tidak peduli dengan prosesnya, yang terpenting adalah hasilnya."
Rida memberikan pelukan hangat pada suaminya.
"Kamu yakin, mengizinkan aku melakukan hubungan suami istri nantinya jika aku sudah menikah dengannya?" Leo memastikan Rida tak merubah pikirannya.
"Sebenarnya aku nggak mau, tapi yang terpenting kita punya anak, kan? Aku mau nanti program kembar sekalian, ya. Biar sekali saja prosesnya dan kita langsung punya dua anak. Setelah itu kita depak dia dari sini. Aku nggak mau kalau harus lama-lama punya madu. Dan, ya jika dia sudah hamil aku nggak mau kamu bersenggama dengannya."
"Iya, Sayang. Aku mengerti, siapkan aku air hangat untuk mandi."
Rida lalu berjalan lebih dulu menuju kamar untuk menyiapkan apa yang diminta suaminya. Ia mengizinkan suaminya menikah bukan tanpa alasan. Kecelakaan yang menimpa mereka satu tahun yang lalu membuat Rida keguguran dan rahimnya harus diangkat, itu artinya tidak ada kesempatan lagi bagi Rida untuk bisa merasakan hamil apalagi melahirkan. Karena keinginan Rida yang besar untuk memiliki anak dari daerah daging Leo sendiri, akhirnya Rida mengambil keputusan besar dengan mengizinkan Leo menikah lagi.
next up