Alexa Snowy Williams, putri bungsu Azka Abraham Williams, pemimpin Organisasi Black Alpha setelah kematian Axelle Williams, meninggalkan negaranya dan mencari kehidupan baru setelah ia mendapati kekasih yang sudah menjalin hubungan dengannya selama 6 tahun, berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.
Membuang semua identitasnya, ia menata kehidupan baru dan mencari seseorang yang mencintainya dengan tulus, tanpa tahu siapa dirinya.
Mungkinkah Alexa akan menemui cinta sejatinya? Ataukah ia akan kembali kepada kekasihnya yang telah menyesal?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MELIHAT KEADAANKU
Sejak hari di mana Michael secara diam diam mengecup bibir Alexa, sikapnya pada Alexa menjadi sedikit berubah. Ia tak lagi mengerjai wanita itu, namun tetap selalu mencari cara agar wanita itu bisa berada lebih lama di rumah yang ia tempati.
"Aku sudah selesai," ucap Alexa sambil membuka sebuah kemeja yang ia gunakan dan kini menampilkan dirinya yang hanya menggunakan T-shirt berwarna putih longgar.
"Apakah kamu memasak?" tanya Michael.
"Edith akan memasak sesuatu untukmu," ucap Alexa.
"Jadi kamu akan pulang dan membiarkan Edith bekerja sendiri?" tanya Michael lagi.
"Ada pekerjaan yang harus kulakukan," Ya, Alexa harus segera pergi ke rumah James karena hari ini ia akan menemui Claudia untuk membicarakan masalah Alpenze Coorp.
"Tidak bisa! Kamu harus menyelesaikan pekerjaanmu terlebih dulu," ujar Michael yang ingin Alexa lebih lama berada di dekatnya.
Bruggg brakkk
Dari arah belakang terdengar suara benda jatuh dan Edith segera keluar dari sana sambil berlari. Wajahnya terlihat panik dan mulai pucat.
"dith, ada apa?" tanya Alexa.
"Miss, Mommy."
"Ada apa dengan Mommymu?" tanya Alexa lagi.
"Mommy terjatuh," buliran air mata sudah turun di pipi Edith.
Alexa melihat ke arah Michael, "Izinkan kami pergi. Aku berjanji besok akan memasak untukmu."
"Aku ikut dengan kalian," pada akhirnya mereka bertiga langsung menuju ke rumah Edith.
Di rumah Edith, tampak adik adik Edith tengah duduk di lantai. Mereka baru saja mengangkat Mom Edna kembali ke atas tempat tidur. Nafas mereka masih terengah engah karena bobot tubuh Mom Edna memang agak besar.
"Mom!" teriak Edith karena melihat Mom Edna yang kini tak sadarkan diri. Michael yang melihatnya langsung menghampiri dan memeriksa Mom Edna dengan melihat mata serta memeriksa denyut nadi.
"Kita harus segera membawanya ke rumah sakit," ujar Michael.
"Aku telah menghubungi James, sebentar lagi ia akan datang," ucap Alexa.
Saat melihat kondisi Mom Edna, Alexa memang langsung mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan singkat pada James.
"Kamu menghubunginya?" tanya Michael.
"Ya," saat ini yang ada dalam pikiran Alexa hanyalah keselamatan Mom Edna. Sejak pertama kali ia menginjakkan kaki di Kota Erskine, ia telah mengenal Edith dan keluarganya. Bahkan tanpa sepengetahuan Edith, Alexa menyekolahkan adik adik Edith melalui perantaraan James.
Melihat Alexa begitu bergantung pada James, bahkan nama James yang terngiang di kepalanya saat keadaan seperti ini, membuat hati Michael terasa sakit. Ia menarik nafas panjang dan berusaha berpikir bahwa ini semua memang hanya demi keselamatan Mommy Edith.
Tak lama, terdengar suara mobil di depan rumah Edith. Alexa langsung keluar dan melihat James telah datang menggunakan sebuah mobil Van. Ia pun turun dan mengeluarkan sebuah brankar dari bagian belakang mobil.
James masuk ke dalam rumah dan bersama dengan Michael ia menggendong Mom Edna, kemudian meletakkannya di atas brankar. Alexa, Michael, Edith, serta adik adiknya ikut serta dalam mobil Van tersebut.
Edith terus meremas kedua tangannya, sementara Alexa memeluk adik adik Edith yang terlihat sangat sedih dan juga takut. Michael duduk di kursi depan bersama dengan James. Sesekali ia melihat ke belakang untuk memeriksa keadaan mereka.
Sesampainya mereka di rumah sakit terdekat, Michael langsung turun dan membuka pintu belakang. Brankar dikeluarkan dan bersama James, ia memindahkan Mom Edna ke brankar rumah sakit.
Kini mereka berada di depan ruangan gawat darurat dan menunggu dokter yang sedang memeriksa Mom Edna.
"Tenanglah, Dith," ucap Alexa sambil mengelus punggung Edith. Michael berdiri dan berjalan menuju salah satu mesin yang menjual minuman. Ia kembali, mendekati Edith dan adik adiknya, kemudian memberikan air mineral.
"Minumlah dulu. Kamu tidak boleh panik, karena semua itu akan berimbas pada adik adikmu. Lihat mereka, mereka saat ini sangat membutuhkanmu," Edith melihat ke arah adik adiknya yang tengah tertunduk. Ia merasa bersalah karena sejak tadi ia hanya memikirkan perasaannya sendiri. Mungkin adik adiknya lebih ketakutan karena mereka yang langsung melihat kejadian itu.
"Maafkan kakak," Edith langsung memeluk ketiga adiknya dan mengelus punggung mereka.
James datang setelah memarkirkan mobilnya. Alexa langsung berdiri dan menghampiri.
"Apa kamu sudah ke bagian administrasi?" tanya Alexa pelan.
"Sudah, Nona. Semua sudah selesai dan aku sudah meminta mereka untuk memberikan yang terbaik."
"Thank you, James," ucap Alexa.
Michael hanya bisa melihat interaksi yang begitu dekat antara Alexa dan James. Sampai saat ini, masih banyak pertanyaan di dalam benaknya mengenai hubungan Alexa dan James. Ia mulai yakin bahwa dirinya merasakan suatu rasa pada Alexa karena ia tak bisa melihat Alexa dekat dengan pria lain. Namun, ia masih harus meyakinkan dirinya lebih lagi.
*****
hoekkk .... hoekkk ...
Sisca terbangun dari tidurnya dan merasa perutnya bergejolak luar biasa. Ia langsung bangkit dan pergi ke kamar mandi.
hoekkk ... hoekkk ...
Ia memuntahkan isi perutnya beberapa kali, hingga yang keluar hanya cairan bening saja. Ia membasuh mulutnya setelah sebelumnya berkumur. Sisca kembali ke dalam kamar dan melihat Darren yang masih terlelap, seakan tak terganggu dengan suara suara yang ia keluarkan.
Baru saja Sisca kembali ke tempat tidur dan ingin kembali tidur serta memeluk Darren, perutnya kembali bergejolak.
hoekkk .... hoekkk ...
Suara Sisca yang memuntahkan isi perutnya, lama kelamaan membuat Darren terganggu. Ia pun mengerjapkan matanya dan meringis.
"Sayang, apa yang kamu lakukan? Mengapa kamu berisik sekali?" Darren menggeliat dan memutar tubuhnya, setelah itu ia kembali tidur.
Sisca yang berada di dalam kamar mandi masih terus memuntahkan cairan bening, hingga akhirnya Darren merasa istrinya itu terlalu berisik.
"Bisakah kamu pelankan sedikit suaramu?! Aku mengantuk! Apa kamu tidak ingat semalam akunpulang jam berapa? Aku butuh istirahat, pekerjaanku sangat banyak," ucap Darren dengan kesal.
"Apa kamu tidak akan bangun sebentar dan melihat keadaanku?" gumam Sisca dengan lirih.
Sisca hanya bisa menatap nanar ke arah kamar tidurnya di mana Darren berada. Ia berdiri di depan wastafel sambil memegang meja untul menyangga tubuhnya. Saat ini kepalanya pusing dan pandangannya mulai berputar putar.
"Sebaiknya aku segera kembali ke kamar dan berbaring. Kepalaku benar benar tidak bisa diajak kompromi. Apa yang sebenarnya terjadi padaku?" Dengan perlahan Sisca mencoba untuk kembali ke tempat tidur.
Namun, sampai di depan meja rias, kepalanya kembali sakit dan membuatnya tidak dapat melihat dengan jelas. Ia ingin menghampiri bangku bulat yang ada di depan meja rias, tetapi tangannya malah mengenai botol botol parfum hingga berjatuhan ke lantai dan menimbulkan suara bising.
Brughhh ...
Sisca terjatuh bersama dengan beberapa botol kaca yang kini sudah berhamburan ke lantai.
"Kamu berisik sekaliii!!" teriak Darren yang semakin kesal.
🧡 🧡 🧡