Dewi Sri, seorang gadis 23 tahun yang memimpikan kerja di kantoran. Gadis dengan penampilan biasa saja dengan logat Jawa yang medok. Dijodohkan dengan seorang pria yang lebih dewasa darinya. Yang seharusnya berjodoh dengan kakak tertuanya.
Lucky Albronze terpaksa menerima perjodohan dari orang tuanya karena balas budi berhutang nyawa. Padahal dia sudah punya kekasih hati yang di impikan menjadi pendampingnya kelak.
Dan mereka berdua menjadi punya kesepakatan dalam pernikahan, yang hanya untuk membuat orang tua masing-masing merasa bahagia.
ikuti kisah selanjutnya yuk!
🥰🙏 dukung author ya. makasih ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bennuarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa suruh buka baju Sri?
Turun dari pesawat, tubuh Sri terasa seakan melayang. Gamang menginjakkan kaki di tangga pesawat. heh! kampungan memang. Sri mengakui itu. Baru kali ini merasakan naik kuda besi yang bisa melayang di udara itu, ternyata rasanya seperti ini.
Sri mabuk udara. Perutnya terasa mual. Kepalanya sedikit pening. Tapi Sri mencoba menutupi itu semua. Tidak mau Lucky mengolok-olok nya lagi. Si pria kaku itu pasti akan berkata kejam mengejeknya dengan kata 'kampungan' lagi.
Berjalan keluar bandara dengan tubuh yang terasa melayang itu tidak mengenakkan. Wajah Sri pucat dan buliran keringat menyembul di keningnya.
"Sayang. Kamu baik-baik saja?" Melani memegang lengan Sri dengan tatapan khawatir.
"Em.. Ndak apa-apa bune" Sri masih saja menyembunyikan.
"Kamu lelah ya? sabar sedikit ya. Kita sebentar lagi sampai rumah" Melani mengusap keringat di kening Sri.
"Iya bune, Ndak apa"
Melani kembali menggandeng suaminya. jalan di depan Sri dan Lucky. Beni mengikuti di belakang mereka. Tapi pusing kepala Sri makin menjadi. Rasa mual menyentak. Sri agak limbung.
Takut ambruk, Sri cepat menggamit lengan Lucky. Meremasnya agak keras. Berpegangan pada lengan Kokok itu. Terasa Otot lengan Lucky agak mengejang kencang. Tapi tak menghentikan langkahnya. Melirik jari lentik milik Sri yang bergayut di lengannya. Tapi dia diam saja. fokus lagi ke depan dan membiarkan tangan gadis itu masi meremas erat lengannya.
Sri tidak peduli nanti Lucky akan mengatainya apa. Dia benar-benar merasakan pusing. Kalau tidak berpegangan di lengan Lucky, mungkin sekarang juga dia sudah ambruk.
Di depan bandara seorang lelaki sudah menunggu mereka dengan dua mobil yang terparkir di sampingnya. Berperawakan sedang dengan rambut yang sudah mulai memutih sebagian. Usianya hampir sama dengan Frans. Tersenyum dan mengangguk hormat begitu melihat Frans sekeluarga ada di depannya.
"Selamat datang kembali tuan Frans"
"Baris. Aku rindu pada mu" ujar Frans seraya memeluk lelaki yang bernama Baris itu.
Mereka tertawa bersama. Tampak sangat akrab sekali. Baris melirik Sri dan tersenyum mengangguk. Sri membalas anggukan Baris dengan masih menggandeng lengan Lucky.
"Ah, ya. Ini Sri. Istri Lucky" ujar Frans mengenalkan Sri pada Baris. "Sri, ini Om Baris asisten papi"
Sri mengangguk lagi dan tersenyum ramah. Lucky hanya diam saja. Matanya tidak fokus. Melihat kearah lain.
"Mari tuan. Kita pulang" Baris mempersilahkan tuannya untuk masuk ke mobil.
Beni langsung sigap bergerak ke mobil yang satunya lagi. Kali ini mereka berpisah. Frans dan Melani naik mobil yang di kemudikan Baris, sementara Lucky dan Sri naik mobil yang di kemudikan Beni. Masalah koper bawaan mereka, sudah ada yang mengurus. Beni sudah menyuruh orang-orangnya untuk mengurus itu.
Mobil bergerak menuju kediaman keluarga Frans. Sri langsung merebahkan kepalanya di sandaran kursi mobil. Mencoba menetralkan rasa pusing dan mual yang menderanya.
"Ben, kau punya balsem?" tanya Lucky pada Beni.
"Ada frescare tuan" jawab Beni sambil melirik Lucky dari kaca spion.
"Tolong berikan pada nenek ini. Dia butuh kehangatan minyak angin" Lucky melirik Sri yang memejamkan mata dengan wajah pucat.
Sri sangat geram mendengar ejekan Lucky padanya. Tapi tenaganya untuk bertengkar sudah habis. Kepala pusing dan perut yang terasa mual, menguras tenaga Sri untuk menjawab hinaan Lucky yang mengatakan dia adalah seorang nenek yang lemah.
Beni langsung tersenyum geli mendengar itu. Sambil meraih frescare di laci dashboard dan menyerahkannya pada Lucky dengan mengulurkan tangannya ke belakang.
Lucky menerima lalu memberikan botol kecil seukuran jari tengah itu ke tangan Sri.
"Pakai ini. Agar pusingnya berkurang" ujar Lucky.
Sri masih menggenggam erat botol kecil itu. Rasanya malas sekali mengangkat tangan mengoleskan frescare ke pelipisnya. Sri hanya ingin segera sampai di rumah dan bisa merebahkan diri di tempat tidur.
Tak sabar Lucky merampok botol kecil itu dari tangan Sri, karena gadis itu masih diam saja tergolek lemah. Lucky membuka tutupnya lalu menggulirkan roll botol pada pelipis Sri.
"Apa lagi yang kau rasakan?" tanya Lucky. Berhenti dan menatap wajah Sri yang pucat.
Sri tidak menjawab. Hanya menunjuk perutnya dan berkata tanpa suara. "Mual"
Sri merasakan bajunya agak naik ke atas. dia menariknya turun kebawah. Tapi sekali lagi bajunya naik lagi keatas. Sri menariknya lagi kebawah. Kulit perutnya terasa dingin terkena udara AC mobil.
Sri mengerutkan dahinya. Merasa heran kenapa bajunya selalu terasa naik keatas ketika dia sudah menurunkannya berkali-kali.
Deg!!
Sri kaget. Baru menyadari kenapa bajunya terangkat keatas. Sri langsung membuka matanya tegang. Tampak Lucky mencoba lagi menaikkan baju Sri di bagian perut. Tanpa menyadari kalau Sri sudah melotot menatapnya yang sedang sibuk ingin mengoleskan frescare ke kulit perut Sri.
TOK!!
"Aduh!" Lucky mengaduh kesakitan.
Spontan Sri menggetok kepala Lucky. Lucky kaget dan langsung memegangi kepalanya. Melotot marah pada gadis bandel itu. Baru kali ini ada yang berani menyentuh kepalanya. Bukan menyentuh, bahkan Sri menggetok kepala Lucky dengan ruas jarinya.
Bunyi nyaring getokan itu sampai terdengar oleh Beni yang sedang fokus menyetir. Menyadari apa yang terjadi dengan pasangan pengantin baru itu di belakangnya lewat kaca spion, wajah Beni sampai memerah menahan tawa yang sangat sulit di tahannya.
Sumpah! Beni suka Sri! gadis pemberani yang bisa menggetok kepala tuan Lucky yang terhormat. Hahaahaa!!!! dalam hati Beni terbahak sepuasnya.
"Apa-apaan kamu?!"
Lucky berang. Marah dengan wajah merah dan mata melotot melihat Sri di sampingnya. Bukannya takut, Sri malah ikut melotot menantang Lucky. Tanpa ba-bi-bu, Sri merampok botol frescare dari tangan Lucky.
"Ojo sembarangan Mase! aku bisa mengolesnya! Ndak perlu cari alasan untuk lihat perut ku!!"
Sri mengomel yang membuat Lucky semakin marah dalam rasa frustasi. Menurutnya gadis ini sudah kelewat menjengkelkan. Bukannya berterima kasih sudah di tolong mengoleskan minyak angin, ini malah Lucky sendiri yang kena getahnya. Dituduh ingin melihat perut Sri. Padahal dia tulus hanya ingin menolong.
Dengan gemas Lucky menhentakkan punggungnya di sandaran kursi. Sangat merasa kesal dan jatuh harga diri di depan Beni. Beni tidak berani melirik Lucky lagi. Dia pura-pura tidak tahu dan tidak melihat kejadian itu. Fokus menyetir saja.
"Keterlaluan!!" gumam Lucky geram.
Sri hanya melirik Lucky skeptis. Mengoleskan frescare keperutnya tanpa merasa berdosa telah menganiaya Lucky.
"Siapa suruh buka baju Sri? Itu akibatnya" ujar Sri tanpa dosa.
Dada Lucky bergemuruh oleh amarah. Tapi dia tekan kuat-kuat. Kalau Sri laki-laki, tentu saja dia sudah mencampakkannya keluar dari mobil sekarang juga. Sayang, orang yang berani menggetok kepalanya adalah istrinya!! gadis!! dan sudah di serahkan tanggung jawab pula di pundaknya!!
"Siiaaall!!" maki Lucky geram.
🌺
🌹
🌺